BPP Provinsi Riau
LAPORAN UTAMA
BPP Provinsi Riau
DARI IKAN HINGGA NANAS
Terik matahari terasa begitu panas di kulit . Pusat kota masih diramaikan tempat perbelanjaan dan rekreasi . Kendaraan berplat BW hilir mudik di jantung ibu kota Riau . Kami bergegas menuju STP ( Science Techno Park ) yang berada di kawasan Desa Baru , Kecamatan Siak Hulu , Kabupaten Kampar .
Jalan mulus aspal kami rasakan di perjalanan . Sepanjang kanan dan kiri terlihat pemandangan kelapa sawit dan gambut . Baru lima menit perjalanan , kami sudah disuguhi pemandangan jalanan yang sepi , beraspal , dan panas . Hanya beberapa mobil bak terbuka pengangkut hasil kelapa sawit atau barang-barang dari luar kota yang kami jumpai .
Perjalanan begitu lancar , tidak ada macet yang kami rasakan . Hanya saja , jika jendela mobil sedikit dibuka , terik matahari akan langsung terasa begitu kuat . “ Di Riau ini panas , karena atas bawahnya minyak . Di bawah ada minyak , di atas ada minyak kelapa sawit ,” ungkap Dam Supriyadi , staf BPP Riau yang mengendarai mobil yang kami tuju .
Tiba-tiba mobil yang kami tumpangi itu membelok masuk ke dalam lahan seluas 30 hektar dengan gerbang berkarat . “ Tittdin ..” suara klakson dibunyikan menandakan mobil minta dibukakan gerbang . Seketika petugas di dalam langsung membukakan gerbang , mobil kami masuk dalam lahan bertuliskan “ STP Puribangtek ” ( Pusat Riset Pengembangan dan Teknologi ) salah satu program BPP Riau yang menjadi andalan .
Berbekal informasi dari Arbaini , BPP Riau memang fokus pada STP Puribangtek yang sudah berjalan sejak 2005 itu . “ Programnya sudah mulai berjalan sejak tahun kemarin . Apalagi ada dukungan dari Kemenristek . Ada sembilan yang direncanakan Kemenristek terkait STP ini , namun hanya lima yang disetujui . Salah satunya BPP Riau ,” terangnya .
Diakui Arbaini , dalam hal pembangunan Kemenristek memang sangat membantu masalah pendanaan , namun untuk hal penunjang seperti gaji pegawai dsb , masih di bawah naungan BPP Daerah atau APBD . “ Dana khusus dari kami kemarin ada sekira 1,7 milyar yang kami gunakan juga untuk membuat pagar mengeliling 3 hektar , gaji dan tunjangan peneliti ,” paparnya .
Sementara terkait personil pengelola , BPP Riau mengaku masih menggunakan pihak ketiga seperti mengajak 150 mahasiswa UNRI ( Universitas Riau ) untuk pengelolan ikan . “ Tenaga dari kita , tapi skill itu dari mereka . Namun yang menggawangi masih dari pihak kami . Saya ( Kepala Badanred ) menunjuk orang untuk yang bertanggung jawab , tapi secara sistem pekerjaan kami berkerja secara bersama-sama ,” terangnya .
Di STP kami menjumpai pabrik biodiesel kelapa sawit dalam tabung besar bewarna biru terpampang di atas . Di dekatnya juga ada penangkaran ikan air tawar seperti ikan lele yang katanya dapat hidup dengan memanfaatkan air rawa . Menurut Arbaini , setidaknya memang ada empat hal yang menjadi fokus penelitian di STP tersebut .
Pertama , fokus pada budidaya ikan . Meskipun Riau diapit oleh daratan , dan tidak ada laut , mereka mampu mengelola ikan menjadi berbagai hal , baik itu ikan air laut maupun ikan air tawar . Dalam STP ini kami menjumpai ikan patin dalam kaleng kemasan yang bertuliskan “ Pindang Patin Khas Riau ”. Selain itu , ikan juga dikelola dalam bentuk kerupuk dan selai . “ Ampasnya juga kami buat selai . Kami bekerja sama dengan Universitas Riau dan UMKM , kami memang berencana memajukan ekonomi kreatif Riau ,” ungkapnya .
Tidak hanya ikan , di Riau kaya akan pohon kelapa-nya . Setidaknya , setiap kabupaten di Riau ada 400 ribu hektar pohon kelapa yang dikelola oleh beberapa pabrik milik masyarakat setempat . Mereka mengelola kelapa mulai dari dagingnya , air , hingga serabut . “ Kita buat nata de coco , air kelapa dalam kemasan , dan cocopeat ( sabut kelapa ) yang kami gunakan untuk media tanaman hidroponik ,” selorohnya .
Selain ikan dan kelapa , di Riau juga kaya akan tanaman Sagu . Ada 38 ribu hektar tanaman sagu yang tersebar di beberapa kabupaten seperti Kabupaten Meranti ,
10 VOLUME 1 NO . 2 | JUNI 2016