PERWAKILAN BPP
HADIRI SHARING SESSION METODE PENELITIAN GENDER
JAKARTA – Beberapa peserta dari Badan Penelitian dan Pengembangan( BPP) Kemendagri turut hadir sebagai undangan dalam acara“ Knowledge Sharing Session – Gender and Social Inclusion Perspective in Research for Development” yang digagas oleh Knowledge Sector Innitiative( KSI), di Hotel Arya Duta Jakarta. Peserta dari BPP tersebut di antaranya Teguh Narutomo dari Puslitbang Inovasi Daerah BPP Kemendagri, Moh. Ilham A Hamudy Kasubbag Perpustakaan Informasi dan Dokumentasi BPP Kemendagri, dan Sitti Aminah Peneliti BPP Kemendagri.
Acara tersebut merupakan diskusi bagaimana cara melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan gender dan sosial inklusi. Selain dihadiri dan dibuka langsung oleh pihak BPN / Bappenas, acara juga dihadiri oleh beberapa narasumber dan pembahas di antaranya Lies Marcus yang memberikan penilaian terhadap beberapa naskah penelitian dengan perspektif gender dari 16 mitra KSI.
Selain Lies Marcus, narasumber lainnya adalah Eko Utomo dari Indonesia Infrastructure Initiative yang memaparkan tema“ Integration of Gender Equality and Social Inclusion in IndII,” Widjajanti Isdijoso dari SMERU Research Institute memaparkan tema seputar pengalaman SMERU mengaplikasikan GESI( Gender and Social Inclusion) dalam penelitian ekonomi dan kemiskinan, serta narasumber Siti Maimunah dari Sajogjo Institute, dengan tema Visibilitas Perempuan Pejuang Tanah Air.
Sitti Aminah, Peneliti BPP Kemendagri merasa senang dengan adanya acara tersebut, menurutnya acara tersebut memberi pengetahuan baru tentang metode penelitian dengan pendekatan gender. Tidak lupa ia menyarankan agar KSI bersedia memberikan pelatihan terkait metode penelitian dengan perspektif gender, khususnya kepada para peneliti yang bergerak di pemerintahan seperti BPP Kemendagri.
“ KSI diharapkan bisa memberikan pelatihan dan pemahaman terkait metode penelitian dari perspektif gender khususnya GESI, hal tersebut dikarenakan lembaga penelitian yang ada di kementerian lekat sekali dengan rekomendasi kebijakan yang berhubungan dengan masyarakat banyak,” ucap Sitti.
Semangat perubahan
Dalam kesempatan yang sama, Lies mengatakan, pada umumnya penelitian GESI harus dititikberatkan pada semangat perubahan, bukan hanya sekadar riset.
“ Semangat perubahan bangsa, harus dimulai dari sejak bagaimana sebuah riset didesain, bagaimana pendekatannya, bagaimana memastikan ketersediaan data, serta sejak awal harus sudah mempersiapkan jika data tidak ada. Intinya lebih kepada pengelolaan pengetahuan untuk perubahan,” kata Lies.
Menurut Lies, riset GESI sangat diutamakan menggunakan metode partisipatif, dengan melakukan pelibatan terhadap perempuan secara dekat. Selain itu, desain riset harus mampu membuat visibilitas perempuan. Lies Menambahkan Riset yang dilakukan juga harus menjelaskan perubahan apa yang akan dicapai dalam relasi gender tersebut.
“ Harus sampai kepada pemahaman, setiap pengalaman perempuan itu‘’ sah” sebagai kebenaran. perempuan tidak bicara pun itu kebenaran, ketika konteksnya kekerasan. Tinggal bagaimana kita memahami diamnya itu,” terang Lies.
Kemudian Lies juga menjelaskan cara membaca data yang harus dilakukan para periset, menurut Lies, data pilah gender belum apa-apa jika hanya sebuah data. Data tersebut baru bermakna jika sudah memiliki statistik gender, yang memperlihatkan letak kesenjangannya. Selain itu, riset GESI diharapkan pada masa mendatang dapat menjadi pelajaran bagi perempuan lain dan untuk menyumbangkan pengetahuan di bidang GESI.
Terakhir Lies juga berharap hadirnya kesempatan lanjutan terkait isu-isu yang dianggap netral terkait gender diselenggarakan lagi, bukan hanya oleh KSI, tetapi lembaga donor lainnya.( MSR)
Bangun Kemitraan Dengan Lembaga Donor
JAKARTA – Harapan meningkatnya kualitas dan kuantitas penelitian dan pengembangan menjadi agenda utama Badan Penelitian dan Pengembangan( BPP) Kemendagri pada tahun mendatang. Beberapa cara yang sudah ditempuh pada tahun lalu, dengan membangun jejaring kemitraan dengan beberapa lembaga donor, sepertinya akan semakin ditingkatkan pada tahun mendatang.
Atas dasar itulah, BPP Kemendagri mengadakan pertemuan dengan mengundang beberapa lembaga donor seperti KOMPAK( Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan), Plan Internasional, Hivos International, UNICEF( Badan PBB untuk anakanak), serta Lembaga Kerja Sama Internasional Sekretariat Jenderal Kemendagri pada Desember lalu di Aula BPP Kemendagri.
Dalam acara tersebut Plt. Kepala BPP Kemendagri Dodi Riyadmadji mengatakan pentingnya peningkatan kapasitas lembaga penelitian dalam mensuplai naskah yang akan diterapkan menjadi kebijakan Menteri Dalam Negeri. Dodi juga berharap pertemuan dapat memberikan hasil kerja sama antara BPP dengan beberapa lembaga Donor tersebut.
“ Banyak hal bisa dibantu, bisa terkait dengan pengembangan SDM maupun metode penelitian sehingga bisa menghasilkan rekomendasi kebijakan yang tepat, bagaimana di antara kawankawan dari lembaga donor nantinya bisa bergerak dan berkolaborasi dengan BPP Kemendagri,” kata Dodi
Mengenai acara tersebut, Rasita dari Plan Internasional mengaku senang. Menurutnya acara tersebut bisa memberi informasi akan peluang bagi Plan Internasional untuk memberikan pengaruh kebijakan yang tepat guna, khususnya dalam hal pengentasan kemiskinan di daerah.
“ Selama ini kita tidak tahu harus masuk dari mana untuk memengaruhi pemerintah, dengan acara ini kami menjadi tahu dan seperti menemukan pintu masuk, agar intervensi kami bisa diterima oleh pemangku kepentingan,” ucap Rasita.( MSR)
10 VOLUME 1 NO 53 | | DESEMBER AGUSTUS 2016