Media BPP April 2016 Vol 1 No 1 | Page 20

diubah dengan cara disiplin dan komitmen ,” sarannya . Multijurnal
Masih di hari yang sama , Jurnal Bina Praja milik BPP Kemendagri yang sudah terakreditasi LIPI dan memunyai website sendiri , disarankan oleh narasumber yang kedua , Evvy Kartini , untuk menjadi induknya multi jurnal . “ Lebih baik bikin satu rumah ( website ), di dalamnya ada 20 kamar dari BPP Daerah yang lain ,” imbuhnya .
Manfaat multiple journal ini adalah memudahkannya akreditasi jurnal di bawah naungan Kementerian Dalam Negeri , mengingat banyaknya lembaga daerah seperti Bappeda atau BPP Daerah memunyai hasil penelitian yang dimuat jurnal ilmiah . Jika jurnal terakses secara online , maka hasil penelitian akan dibaca semua orang , dan memudahkan tim penilai akreditasi untuk menilai
Salah satu keberhasilan jurnal dan tolok ukur suatu jurnal adalah banyaknya daftar sitasi ( menjadi sumber referensi untuk jurnal lain ) yang dipakai . Bahkan jika sudah terindeks di Google Scholar dan DOAJ , akan menjadi nilai tambah penilaian suatu jurnal . “ Kalau yang mensitasi ada 25 orang , maka nilainya 5 . Dengan sistem satu rumah ini , bisa saling sitasi satu sama lain . Tidak apa-apa , itu siasat untuk memajukan jurnal masing-masing . Asal penelitiannya sesuai dengan kajian yang kita miliki ,” paparnya .
Tips menulis dan menyeleksi naskah
Meski begitu , sejatinya menjadi pengelola jurnal tidaklah mudah , banyak kendala yang biasanya dialami . Salah satunya adalah krisis naskah , akibatnya artikel penelitian yang tidak berkualitas pun menjadi salah satu pilihan terakhir yang masuk dalam jurnal suatu lembaga .
Obing Katubi , peneliti dari LIPI memberikan saran dan masukan kepada para pengelola jurnal . Ia menjelaskan , menjadi peneliti yang berkualitas , pertama adalah mengikuti karakteristik suatu jurnal . “ Kalau jurnalnya bertema politik , ya menulis tentang politik jangan menulis tentang ekonomi ,” jelasnya .
Lalu untuk menulis jurnal berkualitas , peneliti harus menulis artikel dengan tema yang tidak terlalu luas . Fokuskan permasalahan yang akan diuji . “ Biasanya artikel ditolak karena menyatakan pentingnya penilaian yang dianggap sempit tersebut , tidak memberikan contoh yang memadai , tidak memperkirakan tingkat pengetahuan audien secara tepat , dan tidak mengaitkan panjang artikel dengan topik . Jangan memanjangkan artikel dari pembahasan tema yang sempit ,” jelasnya .
Selanjutnya ia menjelaskan , kebanyakan artikel ditulis tidak berdasarkan kebaruan yang ada . Banyak peneliti yang terjebak dengan penelitian terdahulu sehingga tidak menemukan hal yang berbeda dan menghasilkan buah pikirannya sendiri . “ Tunjukan hal yang baru tentang bukti Anda . Berikan penjelasan apa yang beda dari penelitian terdahulu . Review analisis Anda . Jangan berhenti pada temuan ,” ungkapnya .
Terakhir , Obing menyarankan agar para peneliti lebih hatihati dalam menulis . Kebanyakan penulis tidak membaca ulang tulisannya , sehingga banyak tata bahasa yang kurang huruf , tidak tepat atau biasa dibilang jorok . “ Bayar saja editor untuk mengeditnya , itu sah ,” tutupnya .
Tujuh poin manajemen bermutu
Selain masalah miskin naskah , beberapa kendala juga ditemukan oleh para pengelola jurnal utamanya dewan redaksi . Menurut Rachma Fitriati , setelah naskah masuk , sudah menjadi kewajiban dewan redaksi untuk menyeleksi naskah dan diserahkan pada mitra bestari . “ Tapi kebanyakan dewan redaksi menyerahkan naskah mentah kepada mitra bestari . Kesalahan besar dewan redaksi adalah tidak membaca terlebih dahulu naskah yang akan diserahkan ke mitra bestari ,” ungkapnya .
Sebenarnya hanya butuh 7 poin agar bisa tercipta manajemen pengelola jurnal yang bermutu . Yakni manajemen harus berkomitmen dan bertanggung jawab pada saat pengumpulan / penerimaan artikel , proses evaluasi makalah oleh dewan redaksi , jika diterima harus mengacu pada gaya selingkung dan secara substansi secara umum disertai lembar disposisi makalah dan diseleksi dari reviewer ( mitra bestari ) mengacu keterbaruan . “ Jangan terkecoh dengan judul artikel yang keren dan keterbaruan . Jangan langsung dikasih ke reviewer , baca dulu dan pilih teks yang memang layak ,” paparnya .
Lalu yang ketiga , pada proses revisi makalah , sebaiknya pada proses ini , ada tim khusus masing-masing yang menyeleksi . “ Ada yang memeriksa per item seperti bagian metodologi , dan teori ,” imbuhnya .
Selanjutnya , sebaiknya ada pengeditan naskah yang telah dinyatakan diterima oleh dewan redaksi , dan lakukan pengiriman hasil penyuntingan makalah untuk penulis , agar penulis tahu kapasitas kepenulisannya dan segera memberikan permintaan assignment of copywriter , untuk segera menerbitkan jurnal ilmiah . ( IFR )
18 VOLUME 1 NO . 1 | APRIL 2016