Majalah Shift Indonesia - ISSUE 6 2013 Maret 2014 | Page 48
Substantials
dicapai. Akibatnya, Lean Six Sigma
akan ditolak untuk dilaksanakan
karena sudah kalah mental sebelum
berperang atau merasa bahwa Lean
Six Sigma hanyalah dongengan yang
tidak mungkin dicapai di dunia
nyata, karena adanya keharusan
untuk mencapai tingkat kualitas
sigma enam atau 3,4 DPMO (defect
per million opportunities). Artinya
3,4 cacat dalam satu juta produk.
Padahal, yang terpenting adalah
breakthrough improvement yang bisa
Anda capai dengan menggunakan
Lean Six Sigma.
Berapapun besarnya cacat yang
sekarang ini terjadi di organisasi
Anda, tidak jadi masalah. Yang
penting seluruh sendi organisasi
melakukan inisiatif perbaikan
dengan konsisten sehingga terjadi
peningkatan atau improvement yang
signifikan.
Berapapun besarnya
cacat yang sekarang ini
terjadi di organisasi Anda,
tidak jadi masalah. Yang
penting seluruh sendi
organisasi melakukan
inisiatif perbaikan dengan
konsisten sehingga
terjadi peningkatan
atau improvement yang
signifikan.
Contoh sederhananya: katakanlah
organisasi Anda memiliki level cacat
30 persen. Dengan implementasi
Lean Six Sigma, Anda berhasil
mengurangi level cacat menjadi 5
persen. Sadar atau tidak, itu adalah
penurunan yang sangat signifikan!
Walaupun jika dihitung dengan
asumsi satu juta produk masih ada
cacat sejumlah 50.000 produk dan
belum mencapai tingkat kualitas Six
Sigma, tapi organisasi telah berhasil
mengimplementasikan Lean Six
Sigma dengan sukses. Itu adalah
48 | Shift Issue I | 2014
memiliki kualitas yang sesuai dengan
ekspektasi mereka.
kita harus tambahkan 5 orang lagi.
Namun jika saat ini ada 15 orang,
maka kita harus kurangi 5 orang. Jadi,
Lean Six Sigma menganut prinsip pas.
Tidak kurang, tidak lebih.
susu pada karyawan shift malam,
karena ingin berhemat maka susu
ditiadakan. Hasilnya, moral karyawan
yang bekerja di malam hari, karena
memang secara fisik dan mental
lebih berat, akan menurun. Karyawan
akan merasa dirugikan dan tidak
dipentingkan. Hal itu tentu akan
berdampak buruk pada perusahaan
jika terus dibiarkan.
Satu contoh lagi, seringkali
perusahaan ingin berhemat namun
Bahaya dari paradigma yang keliru
adalah inisiatif yang keliru, seperti
yang terjadi pada contoh diatas. Jika
perusahaan menerapkan sistem
demikian, bukan pertumbuhan
yang akan didapat; hanya stagnasi
jangka panjang. Sebagai gambaran,
perusahaan tadinya memberi
dengan cara yang salah. Katakanlah
perusahaan mengganti bahan baku
produk dengan yang lebih murah
dan kualitasnya agak lebih rendah.
Misalnya, perusahaan roti yang
tadinya menggunakan tepung terigu
kualitas tinggi lalu menggantinya
dengan terigu kualitas menengah
yang lebih murah, tentu akan
berpengaruh pada produk roti
yang dihasilkan. Pelanggan akan
merasakan perbedaannya, lalu
menilai produk tersebut sebagai
produk dengan kualitas yang
menurun, dan beralih pada produk
lain dengan harga sama namun
activities atau waste, yang menempel
di proses-proses bisnis perusahaan.
Kuncinya adalah merampingkan
proses; menghilangkan bagianbagian proses yang memperlambat
namun tidak memberik