Majalah Shift Indonesia - ISSUE 6 2013 Maret 2014 | Page 34
Substantials
KEDUA: Salah Mendefinisikan
Makna
Perbedaan definisi waktu sering
menimbulkan kesalahpahaman
antara pelanggan dan perusahaan.
Misalnya, perusahaan menjanjikan
waktu proses 10 hari kerja, tapi
pelanggan menganggapnya 10 hari
dalam kalender. Perbedaan definisi
operasional mengenai jumlah hari
saja bisa menimbulkan gap beberapa
hari antara pihak perusahaan dan
pelanggan.
sebuah inisiatif improvement yang tidak berdampak bagi perusahaan dan
pelanggan.
Sebagai contoh, lihat diagram berikut ini:
Sales
Aplikasi Baru
20 aplikasi /
jam
Cred.
Adm.
BI Checking
30 aplikasi /
jam
KETIGA: Kesalahan dalam
Menentukan SLA
Hingga saat ini, masih banyak
perusahaan transaksional yang
menentukan batas SLA (service level
agreement) berdasarkan kesepakatan
internal perusahaan antar pemilik
proses atau antar divisi. Padahal,
dari hakikat value, SLA seharusnya
berdasarkan Voice of Customer
(suara pelanggan), yang kemudian
diterjemahkan kedalam ukuran
SLA. Cara penentuan SLA selama ini
sangat rentan terhadap perbedaan
persepsi antara internal perusahaan
dan ekspektasi pelanggan.
Perusahaan merasa sudah memenuhi
SLA, tapi pelanggan tetap merasa
tidak terpenuhi ekspektasinya. Jika
demikian, tinggal tunggu waktu
hingga pelanggan mengalihkan
bisnis kepada kompetitor yang
lebih mampu memenuhi ekspektasi
mereka.
KEEMPAT: Secara Tidak Sadar
Masih Membatasi Inisiatif
Improvement
Kesalahan tersembunyi yang cukup
sering terjadi adalah pemilihan
inisiatif improvement yang masih
dalam pendekatan divisional (belum
menyeluruh atau belum end-to-end)
sehingga masih memungkinkan bagi
34 | Shift Iss