Majalah Shift Indonesia - ISSUE 6 2013 December | Page 60
pelanggan mulai berkurang secara signifikan dan
Kita akan segera kehilangan daya cengkram dan
lebih dari itu, perusahaan mulai mendapatkan tempat
Profile
tertinggal di belakang.
di hati pelanggan (customer recognition meningkat).
Improvement di Tiap Sisi
Kehidupan
Agnes Oon
Improvement
Semua pengalaman tersebut memacu saya untuk
terus mencari celah-celah perbaikan proses.
ibarat
perlombaan
lari,
dimana setiap pelari memiliki kesempatan yang sama
besarnya untuk berkompetisi dan memenangkan
Istilah Operational Excellence sendiri baru
mulai populer pada 2006, dan saat itulah Departemen
kejuaraan. Tergantung siapa yang mampu paling
cepat mencapai garis finish.
Operational Excellence dibentuk. Saat itu saya
Continuos Improvement (CI) telah menjadi inspirasi
lembur. Herannya, betapapun seringnya kami lembur,
ditawarkan untuk memimpin regional Asia Tenggara
dan bagian tak terpisahkan dari kehidupan seorang
tetap saja tidak mampu memenuhi deadline. Ini
yang berpusat di Singapura. Sejak itulah saya
Agnes Oon. Bahkan, CI mempengaruhi bukan
menyebabkan perusahaan harus membayar penalti
hanya sisi profesional Agnes, tapi juga kehidupan
yang besar, dan tingkat turnover karyawan-pun tinggi.
pribadinya. Kemampuannya melihat celah-celah
Semua krisis tersebut sangat mengganggu saya,
perbaikan dan semangatnya dalam menjalankan
seolah mengembangkan balon motivasi di dada saya
improvement menjadikan Agnes sebagai sosok
untuk menantang status quo.
Para pelari yang dilatih dan dipersiapkan
dengan
baik
akan
menunjukkan
hasil
yang
inspiratif bagi para praktisi CI yang mengenalnya.
Saya
beruntung,
karena
kebetulan
Kali ini Agnes bercerita panjang lebar soal Continuous
diperkenalkan
Improvement, DHL, perjalanan karir opexnya, hingga
program internal yang disebut Quality Education
kesuksesannya menjalani diet dengan metodologi
System (QES), yang difasilitasi Philip Crosby. Program
DMAIC.
ini diselenggarakan untuk membantu karyawan
dengan
bidang
Quality
melalui
membangun pola pikir yang didasari oleh kualitas,
Semua Dimulai dengan Rasa Frustrasi
yang bisa diterapkan dimanapun, termasuk dalam
Saya memiliki alasan bagus untuk memulai dan
pekerjaan sehari-hari.
menapaki karir di bidang Continuous Improvement.
Semuanya dimulai sekitar 20 tahun lalu, ketika saya
Progam ini memperkenalkan dan membantu
mulai bekerja di perusahaan pengiriman. Saat itu,
saya membentuk pola pikir kualitas, yaitu “Do-it-
saya dihadapkan pada operation dengan proses
Right-The-First-Time”. Pola pikir baru ini membantu
yang disesaki aktifitas non-value-added, dan semua
saya dalam usaha konstan mengurangi rework dan
orang menganggap memang demikianlah proses
waste pada proses operasional. Seringkali, dengan
seharusnya berjalan. Mengapa? Karena tidak ada
pola pikir yang telah mengarah kepada kualitas
yang berpikir bahwa ada cara lain; cara yang lebih
tersebut, saya bisa berinovasi dan mengadaptasi
baik. Karena begitulah selama ini proses berjalan.
metode-metode baru untuk menyederhanakan dan
secara aktif terlibat di program-program Continuous memuaskan. Hasil yang mereka dapatkan bergantung
Begitulah kebiasaannya. Begitulah budayanya.
menstandardisasikan proses kerja untuk meraih
Improvement di perusahaan.
konsistensi dalam dokumentasi dan laporan proses.
Saya
harus
ingat
betapa
frustrasinya
mengerjakan
semua
pekerjaan
ketika
kepada seluruh diri mereka, termasuk pola pikir,
emosi, keyakinan, stamina fisik, juga pengetahuan
Mengapa Harus Improve?
yang presisi akan arah dan tujuan lari mereka. Ketika
repetitif
Sejak mengenal pola pikir dan pola kerja yang
secara manual, dan betapa seringnya tumpukan
fokus kepada kualitas, pekerjaan perlahan menjadi
Progress dan Productivity. Ketika kita berhenti hasil akan menunjukkannya.
pekerjaan tersebut membuat kami semua harus
lebih stabil dan beban kerja lebih merata. Komplain
melakukan perbaikan, maka kita akan mandek.
60
I
Shift Issue 6
Bagi saya, improvement atau perbaikan berarti salah satu aspek tidak berjalan dengan sinkron, maka
Shift Issue 6
I
61