Majalah Prasmulyan vo. 4 04 2015 | Page 6

6 Trending Topic. Kompetitif di Era Globalisasi, Bekali Diri dengan Ilmu Akuntansi Pada era globalisasi dan tren Information Communication Technology (ICT) saat ini, akuntansi kian dianggap sebagai salah satu tulang punggung bisnis. Isu penerapan ICT dalam akuntansi semakin lumrah diperbincangkan di negara maju. Berdasarkan data dari Sageworks. com, 76 persen dari perusahaan jasa akuntansi di AS merasakan bahwa teknologi dapat berdampak pada kemampuan perusahaan untuk melayani klien pada 5 tahun ke depan. Wajar apabila perusahaan tersebut akhirnya memikirkan juga IT outsourching, solusi Cloud-Based, peningkatan keamanan jaringan, hingga penggunaan sosial media. S ecara global, akuntansi pun semakin banyak diterapkan di berbagai skala usaha dan terus mengalami penambahan standar. Perusahaan skala besar – terutama multinasional - memerlukan laporan keuangan yang lebih akurat, cepat, terpercaya, dan memiliki standar internasional sehingga banyak mengadaptasi sistem informasi akuntansi yang terintegrasi ICT. Pada sisi lain, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) semakin banyak dituntut menerapkan sistem akuntansi, minimal untuk menghitung aset, unit cost, laba bersih, pajak, hingga laporan keuangan sederhana yang sangat berguna untuk keberlanjutan usaha mereka. Hingga tahun 2014, Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) Kementerian Keuangan mencatat setidaknya ada 226.000 organisasi di Indonesia yang memerlukan jasa akuntan. Sayangnya, angkatan kerja yang tersedia kurang dari 16.000. Artinya, Indonesia masih kekurangan tenaga akuntan profesional. Dalam konteks MEA, jumlah tenaga akuntan di Indonesia ini dapat pula dilihat dalam perbandingannya dengan negara ASEAN. Menurut data ASEAN Federations Accountants (AFA) tentang jumlah anggota asosiasi akuntan di negara ASEAN pada tahun 2014, Indonesia hanya memiliki 17.649 akuntan profesional yang tergabung dalam asosiasi – dalam hal ini Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Jumlah ini masih kalah dibanding Filipina (22.072), Singapura (27.394), Malaysia (30.503), dan Thailand (57.244). Begitupun dalam hal jumlah akuntan publik, Indonesia tetap kalah dibanding negara tersebut. Berdasarkan data PPAJP, dengan memiliki 1.000 Bagaimana dengan Indonesia? Isu integrasi ICT dan standar pelaporan keuangan bertaraf internasional seperti IFRS sepertinya belum begitu booming di Indonesia. Isu utama yang dihadapi Indonesia saat ini adalah minimnya jumlah tenaga akuntansi yang berstandar internasional jelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tanggal 31 Desember 2015 nanti. PRASMULYAN_#04.indd 6 28/05/2015 13:10:09