memastikan bahwa mataku masih normal dan tak sedang
dalam tahap reparasi. Tapi tetap saja menunjukan angka
yang sama. Astaga,,,telat 30 menit, secepat kilat aku berlari
menuju halaman kampus yang telah dipenuhi oleh barisan
panjang layaknya antrian subsidi BBM. Baru saja beberapa
langkah terdengar suara mistis entah darimana asalnya
ternyata suara itu berasal dari angkot yang kutumpangi,
begitu paniknya aku karena telat sampai lupa membayar
angkot. Supir angkot hanya menatapku dengan senyuman
lebar, dan itu semakin membuatku ingin menghilang ke
kutub utara atau tinggal di planet Pluto selama sebulan.
Tapi yang kudengar planet Pluto telah dihapus dari daftar
planet tata surya, masa bodoh planet Pluto akan berubah
menjadi asteroid atau meteor sekalipun aku tak peduli.
Tatapan aneh dari beberapa penumpang di angkot mem-
buatku semakin ingin cepat-cepat berlalu dari tempat itu. “
Never mind who’s care about that ” batinku dalam hati. Ku
percepat langkah kakiku dan langsung bergabung dengan
deretan antrian subsidi BBM, salah maksudku antrian telat.
Rasanya keberuntungan tak begitu berpihak padaku tapi
it’s okay aku past i akan melewati semuanya dengan senyum
penuh kemenangan.
Saatnya bergabung
dengan teman-temanku yang
lain, pemandangan yang baru
bersama orang-orang baru.
Salah satu kenalan baruku
adalah Sisy, yang menurutku
sedikit cerewet dan lucu
dan yang kuingat sisy orang
pertama yang menyapaku di
kampus. Ketika itu Sisy menan-
yakan ruangan kelompoknya
padaku yang ternyata satu kelompok juga denganku. Sisy
fans berat sama salah satu panitia, menurutku apa tidak
terlalu cepat mengidolakan seseorang, tapi tak mengapa
lagi pula seperti kata ibu kosku “ gue harus bilang wooww
gituu..” Begitulah setiap lembaran kenanganku kembali
menghiasi pikiranku.
Dan aku sendiri adalah Pricill, The secret Admirer
of the year, kurasa itu julukan yang sangat tepat untukku.
Jika saja aku lebih peka pada suara hatiku mungkin saja
julukan itu tak akan menempel padaku. Tapi semuanya ku-
terima sebagai bagian dari bingkai cerita hidupku. Predikat
Secret Admirer yang melekat padaku dimulai ketika aku
ditugaskan panitia Ospek untuk membacakan puisi cinta
kepada salah satu panitia sebagai hukuman telat. Ketika itu
rasanya aku bagaikan patung liberty yang baru saja terkena
sindrom anti bicara. Dengan wajah memerah bagaikan
cabe rawit kupaksakan diriku untuk membacakan sisa-sisa
kalimat yang tertahan ditenggorokanku. Rasanya leherku
harus di transplatasi sebentar lagi karena dari tadi terus
menunduk, sampai detik terakhir pun aku tak tau siapa
yang kubacakan puisi cinta. Dalam benakku yang penting
tugasku selesai, dan ku berharap orang itu segera terkena
Alzheimer akut sehingga tak dapat mengingat kejadian
ini. Tapi ternyata salah semuanya berjalan tak sesuai
harapan, meski pada akhirnya meninggalkan kenan-
gan terindah. Beberapa hari setelah ospek kuliah aktif
dimulai dan aku disibukan oleh segudang tugas yang
menumpuk. Dan sindrom pelupaku kambuh lagi kali ini
aku lupa membawa dompetku. Seluruh isi tas ku aduk-
aduk tak karuan, ingin rasanya segera memakai mantel
ajaib Harry potter dan pergi menghilang ke samudra
antartika. Namun Tuhan selalu menyediakan pertolon-
gan tepat pada waktunya, disampingku berdiri seorang
cowok tinggi, dengan backpack dipunggungnya yang
langsung membayar angkot yang kutumpangi. Peras-
aanku mengatakan aku pernah melihat orang ini sebe-
lumnya tapi entah dimana,
orang itu
menatapku seakan tahu
apa
yang kupikirkan dan
bisa
menebak apa yang
kupikirkan sebelum
aku
mengatakannya.
“ Dompetmu pasti
keting-
galan.. “
ka-
tanya setengah
berbisik.
“ Iya tadinya karena takut
telat jadi terburu-buru, oh
iya makasih ya besok kuganti
uangnya ” jawabku dengan
tersipu malu.
“ Gak usah santai aja,, lagian
tadi kita satu angkot kebetulan
aja tadi motorku lagi direparasi
dibengkel. Oh iya aku Adrian ”
jelasnya panjang lebar lalu mengulurkan tangannya.
“ Aku Pricill,, makasih ya ” balasku sambil tersenyum.
“oh iya kamu ngambil jurusan apa.. ” tanya adrian.
“ jurusan Desain grafis..” jawabku singkat.
“ Sama aku juga anak Desain grafis semester lima, by
the way kamu yang kemarin baca puisi cinta itu kan..
puisinya romantis juga “ kata Adrian membuat jan-
tungku berdegup kencang dan hampir saja melintasi
lapisan ozon. Namun bukan karena puisiku dibilang ro-
mantis tapi karena ternyata masih ada yang mengingat
kejadian memalukan itu. Aku hanya tersenyum dengan
wajah yang sebentar lagi akan gosong menahan malu.
“ Pricill aku ke kelas dulu,, ini nomer handphoneku
kalau kamu butuh bantuan dalam hal desain grafis
hubungi aku aja siapa tahu ada yang bisa kubantu, ”
jelas Adrian panjang lebar sambil mengulurkan hand-
phonenya.
Awal pertemuan yang aneh tapi menyisakan goresan
dihati. Begitulah pertama kali mengenal sosok cowok
dengan nama lengkap Adrian Satria Wijaya. Orang yang
membuatku menyandang predikat The secret admirer
of the year. Terlebih Adrian benar-benar menepati