Majalah Kabari Vol: 91 September-Oktober 2014 | Page 27

CHEF YONO Ciptakan Masakan Indonesia dengan Cita Rasa Pas di Lidah Amerika C hef asal Solo, Jawa Tengah ini memiliki jam terbang tinggi di dunia kuliner Negeri Paman Sam. Beberapa kali ia menjuarai ajang kompetisi kuliner, bahkan beberapa kali didaulat untuk memimpin tim kuliner Amerika di kejuaraan memasak nasional dan internasional. Namun, yang paling membanggakan, ketekunannya mengenalkan dapur Indonesia ke penikmat kuliner Amerika. Simak terobosannya! Widjiono Purnomo, akrab disapa Chef Yono ini, memiliki catatan panjang di dunia kuliner yang digelutinya sejak lulus Akademi Perhotelan di Bandung, Jawa Barat. Tepatnya tahun 1976 ia mulai dengan bekerja di ruang makan Kapal SS Rotterdam di Holland America Line Cruise. “Enam tahun saya bekerja di sana, lalu menetap di Albany, New York pada 1978 setelah menikah,” ujar Yono yang mempersunting Donna, jodoh yang dijumpainya di Kapal SS Rotterdam. “Tinggal di negeri orang harus punya sesuatu yang dapat menghasilkan uang. Saya pun bekerja di 21 Restaurant di New York.” Setelah bekerja beberapa tahun, tepat pada 1982, terjadi perubahan yang sangat menggembirakan. Empunya restoran tempatnya bekerja mempercayakannya untuk mengelola restoran berikut dapurnya. Tentu semua itu didasarkan pada perilaku Chef Yono yang baik serta kecekatannya dalam bekerja. “Menerima kepercayaan ini berarti saya harus tahu dunia restoran secara menyeluruh. Baik dari segi kulinernya maupun cara mengelolanya. Saya banyak belajar dari teman-teman di Amerika. Tiap sebulan sekali mengikuti seminar-seminar untuk menambah ilmu,” tutur Chef Yono kepada Kabari akhir Agustus lalu. EKSKLUSIF BENCANA KEBAKARAN YANG MEMBAWA BERKAH Ketika mulai sepenuhnya mengelola restoran sendiri, masakan Indonesia sudah cukup dikenal dan digemari di Amerika. Mereka sudah bisa menikmati sajian Nusantara, seperti opor, gulai, rawon, soto madura, tahu semarang, dan bakmi goreng. Hanya saja, masakan asli Indonesia itu belum masuk di menu restoran. Sifatnya hanya menjadi sajian pelengkap di restoran yang menjual masakan Amerika. Waktu berjalan, pada suatu hari di tahun 1985, terjadi peristiwa yang tak mungkin dilupakannya. Entah apa penyebabnya, restorannya dilahap api hingga ludes. Sebagai kepala keluarga, ia sangat bingung. Restoran yang menjadi sumber rezeki keluarganya telah rata dengan tanah. Namun, ia segera sadar untuk tidak larut dalam kepedihan. Restorannya telah menjadi abu, tetapi lahannya tentu masih punya nilai jual. Benar, ternyata uang penjualan tanah tersebut cukup lumayan sehingga bisa membuka restoran baru di Albany. Memang, ukuran bangunannya lebih kecil, tetapi cukup nyaman untuk bersantap. Dalam tempo singkat, restorannya, Yono’s Fine Dining, segera didatangi pelanggan. “Saya menyuguhkan sesuatu yang berbeda dari restoran kebanyakan. Di daftar menu, saya masukkan masakanmasakan Indonesia. Jadi, di samping masakan Indonesia, juga ada hidangan kontinental. East meets west, dapur Timur bertemu dengan kuliner Barat,” imbuh Chef Yono yang tanpa disadari ia telah menjadi duta kuliner dari Indonesia. MASAKAN INDONESIA, LIDAH AMERIKA Chef Yono pun belajar banyak dari pengalaman sehari-hari mengelola restoran. Ia juga tidak malu belajar dari banyak chef yang ditemuinya. Semua pengetahuan itu menambah wawasan, sekaligus menambah rasa percaya diri untuk terus maju. “Saya berbeda dari kebanyakan orang mungkin ya. Saya percaya dengan nilai kebersamaan. Saling belajar, dengan memberi kita akan menerima. Learn more, sharing more, take and give. Ini benar-benar saya jiwai dalam hidup sehari-hari. Merangkul sesama, sambil belajar,” tuturnya. Tiada hari tanpa belajar untuk menjadi lebih baik bagi Chef Yono. Ia terus belajar hingga makin hari makin cekatan dalam meracik masakan Indonesia. Tetapi langganan restorannya bukan orang Indonesia saja, tetapi juga banyak orang Amerika. Tantangan baginya, menyajikan masakan Indonesia yang bisa diterima lidah orang Amerika. Telp: SF (415) 213-7323 - LA (562) 383-2100 - Jakarta 62-21-4288-6112 Majalah Kabari | 27