MAJALAH DIMENSI | Page 73

/ NAMA KONTEN /

Ada kala ketika membaca selayak memakan. Bila makan pada saat yang tidak tepat, berakibat seseorang muntah hebat. Tapi ada waktu dimana seseorang merasa tak pernah kenyang.
Ada kala ketika membaca selayak memakan. Bila makan pada saat yang tidak tepat, berakibat seseorang muntah hebat. Tapi ada waktu dimana seseorang merasa tak pernah kenyang. Dari sini mari kita mulai beranggap seolah bacaan adalah makanan. Makanan memiliki jenis yang beragam, sebab itu manusia mulai menggolongkannya. Mulai dari makanan penjaga hingga pembangun daya tahan tubuh. Makanan bagi jasmani yang sehat dan yang sakit. Kadang orang sakit enggan makan, tak doyan atau tak ingin. Lambung menolak jika dipaksa. Tubuh pun jadi lemas tidak mendapat nutrisi. Selanjutnya ada saat ketika orang sehat makan dengan berlebihan, seolah ia tidak akan kenyang.
Sekiranya kita paham pengibaratan di atas. Pada suatu masa manusia akan jenuh saat membaca, mungkin karena faktor tubuh seperti mata menjadi lelah, sehingga pikiran tak dapat mencerna apa yang dibaca. Sesuatu yang dibaca juga mempengaruhi kejenuhan si pembaca.
Kalimat pertama akan menjadi penentu. Umumnya bila bacaan sesuai dengan minat, ketertarikan sudah muncul dari awal dan pembaca akan terus mengikuti rangkaian kata berikutnya. Hingga tanpa sadar terbawa kedalam kehidupan yang ada padanya. Bahkan sampai kebutuhan jasmani terabai, lupa makan, enggan tidur. Kembali lagi, bacaan layaknya makanan. Sebuah kebutuhan bagi pikiran yang lapar akan wawasan dan haus oleh informasi. Bagai nutrisi bagi pikiran demi perkembangan pola pikir dan perluasan pengetahuan.
Bacaan disini merupakan bentuk karya tulis apapun termasuk koran, artikel pada majalah, juga buku. Terkatakan oleh sebagian orang bahwa buku merupakan suatu pelarian. Ketika dunia nyata tak ramah padanya, untaian cerita menjadi pelipur lara. Bukan semata pelarian dari kehidupan, namun sebagai rehat.
Buku dapat menunjukkan cara pandang lain, mengajak berpikir, membuat pembaca merenungi sesuatu, menyadarkan hal yang belum pernah terpikirkan, dan menginspirasi serta mengetuk hati. Buku ibarat pintu pada sebuah rumah. Untuk mengetahui apa saja yang ada di dalam rumah, baiknya orang masuk lewat pintu. Baru akan diketahui ada ruang tamu, kamar, dapur, kamar mandi, dan sebagainya. Penjelajahan dimulai dari sampul lalu halaman judul, lanjut ke halaman pertama, kata pertama, dan seterusnya.
Sebuah buku mungkin akan membuat pembacanya menikmati petualangan dengan lorong waktu. Sebuah pintu yang mengantarkan pembaca terjebak di dimensi waktu yang berbeda. Sampai di halaman terakhir si pembaca mungkin sudah memegang suatu kesimpulan, apa pengaruh buku tersebut bagi dirinya.
Membaca berbeda dengan menulis. Tidak semua orang yang suka membaca senang menulis. Namun memang banyak ditemukan orang berminat baca tinggi dengan kebutuhan untuk menulis yang tinggi pula.
Menulis dianggap sebagai merekam kenangan. Karena suatu saat ketika nantinya daya ingat tak dapat diandalkan, masa lalu dapat ditelusur lewat tiap kata yang pernah tertuang. Beberapa penulis juga merasa memiliki kewajiban untuk meneruskan semangat, memberi energi, menyampaikan suka duka serta keresahan hingga menunjukkan anggapan.

Tidak heran pernah dinyatakan bahwa hadiah terbesar sebagai seorang penulis adalah dapat menyentuh bahkan mengubah hidup pembaca karyanya. Seperti yang sering kita dengar, dalam hidup kita terus memilih. Sampai disini kita memiliki dua pilihan, menikmati sendiri atau berbagi? edisi 48 | majalah dimensi 73