MAJALAH DIMENSI | Página 7

/ SURAT PEMBACA /

Perlukah Kloset di Mushola Tata Niaga ?

BEBERAPA waktu yang lalu diadakan renovasi pada musala Tata Niaga . Diantaranya pengecatan ulang musala dan pemberian pagar di pintu masuk musala . Hal-hal yang sudah dilakukan tersebut sebenarnya sudah cukup baik mengingat musala Tata Niaga memang sudah cukup lama kurang mendapat ” sentuhan ” oleh pihak yang berwenang . Namun renovasi yang dilakukan agaknya terdapat sesuatu hal yang “ janggal ” yaitu pembuatan kloset di dalam tempat wudu musala . Saya pribadi sebagai pengguna musala Tata Niaga kurang setuju dengan adanya kloset di tempat wudu musala . Mengingat kondisi tempat wudu musala yang memang sudah sempit , dengan adanya kloset di dalam tempat wudu menyebabkan ruang gerak bagi kami semakin sempit dan semakin tidak nyaman jika ingin wudu . Padahal dapat dilihat pada saat jam istirahat tempat wudu musala selalu membludak oleh mahasiswa / mahasiswi . Selain itu faktor kebersihan juga sebaiknya menjadi pertimbangan dahulu bagi pihak yang berwenang sebelum membuat kloset di tempat wudu . Dengan adanya kloset di dalam tempat wudu meminimalisasi adanya najis menjadi sulit bukan ? Belum lagi jika ketika ingin berwudu kita mencium bau-bau yang tidak mengenakkan . Sungguh sangat tidak nyaman .
Saran saya sebaiknya jika ingin menambah kloset di lingkungan musala bisa dibuat di belakang tempat wudu , toh ruang terbuka yang tersisa masih banyak bukan ? Atau malah tidak usah bikin kloset baru saja sekalian , perbaiki saja kamar mandi di dalam gedung , renovasi , bikin yang bagus . Malu dong ruang kelasnya sudah bagus sekali gitu tapi kamar mandinya busuk . Kalau memang dana yang dianggarkan untuk renovasi musala masih sisa , tambah saja keran di musala , kalau perlu beli pompa air lagi untuk naikin air khusus untuk musaola Tata Niaga , kalau ternyata sudah ada ya tambah lagi pompa airnya dong . Karena problem yang sering terjadi adalah musala Tata Niaga sering kehabisan air karena tandonnya masih bareng-bareng dengan milik jurusan Akuntansi dan Administrasi Niaga . Belum lagi jika keran air dibuka bersamasama mengucurnya sangat kecil bahkan malah tidak bisa keluar sama sekali . Saya harap untuk selanjutnya ada tindak lanjut secepatnya dari pihak yang berwenang mengingat kami kuliah di kampus ini juga bayarnya tidak bisa dibilang murah . Apakah fasilitas yang kami dapat sebanding dengan jumlah rupiah yang kami bayarkan ? Sampai saat ini saya baru bisa menjawab , belum .

K3 Hanyalah Teori

MENEMPA ilmu di kampus Politeknik Negeri Semarang bagi saya pribadi cukup mengesankan . Di kampus inilah saya menerima banyak pengetahuan yang pastinya penting untuk masa depan kita sebagai mahasiswa . Metode perkuliahan tidak hanya sekedar teori namun disertai praktikum yang dapat membuat mahasiswa lebih mudah dalam mencerna ilmu yang diberikan oleh dosen . Menyinggung mengenai praktikum , ada aspek penting didalamnya yaitu K3 ( Kesehatan dan Keselamatan Kerja ). Banyak dari mahasiswa tidak mengindahkan aspek ini . Alat pelindung diri yang sejatinya dapat mencegah dari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan jarang terlihat dikenakan saat praktikum . Dari pihak pengajar sendiri juga jarang untuk memberi peringatan tentang pentingnya melaksanaan standar K3 sebelum melakukan pekerjaan praktikum . Bahkan dari pengajar sendiri ada yang tidak menggunakan perlengkapan “ standar ” praktikum seperti contohnya jas laboratorium . Lalu kotak P3K yang dapat berfungsi sebagai pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan juga tidak terlihat pada ruang-ruang yang digunakan praktikum . Hal-hal tersebut sungguh aneh apabila Politeknik yang terkenal dengan “ kuliah praktikum ” -nya namun kurang memperhatikan unsurunsur K3 dalam kegiatan praktikum . Untuk itu mohon para pengajar mulai memperhatikan kembali aspek K3 yang meskipun sepele namun dapat berdampak besar bagi korban apabila terjadi kecelakaan .
Charisma | Teknik Elektro
NN | Akuntansi edisi 48 | majalah dimensi

7