kalau ujian mereka harus bisa bahasa Indonesia” kata
dia. Selain itu, di sanggar silatnya ini sebelum mengajar
Wona memperkenalkan juga dasar kebudayaan Indonesia. Misal, seperti yang dikatakannya, saat ada orang
yang baru ikut bergabung mereka akan ditanya soal
Indonesia itu ada dimana dalam peta dunia. Tak hanya
ingin mengajarkan jurus silat, tapi Wona juga ingin
murid-muridnya tahu dari mana asal silat yang diawali
dari peta Indonesia.
Nah, bagi mereka yang ikut dalam sanggar silatnya
ini dikenakan tarif sesuai dengan paket yang mereka
ikuti. Wona mengatakan paling murah hanya 100 dollar
saja dan layaknya pencak silat lainnya yang mempunyai
sabuk semacam bukti keahlian dari pesilat. Di sanggar
silatnya, Wona menerapkan hal yang serupa. “Memang
di setiap perguruan berbeda tetapi di sini saya juga
menerapkan sabuk supaya jelas tingkatan keahliannya”
tutur dia.
Online Lebih Efektif
Selain di sanggar, Wona berusaha mengenalkan silat
dalam berbagai cara dari mengikut berbagai festival
seperti festival tahunan Made in Indonesia Festival di
Marryland dan secara online. Hanya saja menurutnya
Promosi melalui online baginya cukup efektif karena
mereka banyak mengikuti dan tahu perkembangan
pencak silat melalui online, ketimbang offline. Kenapa
online?, karena dari pengalaman Wona yang dapatkan
dari keikutsertaannya dalam berbagai festival dan atraksi,
dia mengatakan tidak pernah mendapatkan murid yang
baru. “Promosi itu seperti marketing sifatnya, kalau sekali
saja promosi itu dilakukan pasti banyak orang yang lupa”
kata dia. Beda halnya jika dilakukan secara online, seperti
misalnya promosi di youtube atau media online lainnya,
antusiame orang Amerika terhadap silat akan terbentuk
secara terus menerus.
Akan halnya perkembangan dunia silat di Amerika
yang menurutnya masif di kota-kota besar di Amerika
Serikat. Hanya saja yang kurang adalah perguruan silat di
Amerika jarang bekerja sama untuk promosi. Promosinya lebih kepada masing-masing perguruan silat. Hanya
Wona berpendapat, ada baiknya jika perguruan silat
yang menyebar di seluruh Amerika dapat bekerja ssama
mempromosikan silat disana. “Saya kira akan lebih efektif
jika semua bekerja sama” imbuhnya.
Wona, selain aktif mengajar di sanggarnya, dia juga
ikut bertanding di kejuaran beladiri yang acap kali
diselenggarakan di Amerika. Berhubung disana tidak
ada pertandingan yang khusus hanya pencak silat yang
diperlombakan, Wona mengikuti kejuaraan beladiri campuran atau mixed martial art. “Murid-murid saya yang
remaja mendesak untuk ikut tanding, maka bertandinglah saya dalam beberapa kejuaraan bela diri disana”
kata dia. Sekaligus juga, dia menambahkan ingin memberikan contoh kepada murid-muridnya tentang jurus-jurus silat. April tahun lalu, Wona tanding dalam mixed
martial art dan berhasil memenangkan grand champion.
Di tahun ini, karena dirinya berhasil mengalahkan grand
champion tahun lalu, posisi Wona sebagai defending
championship. “Jadi Saya tunggu mereka yang berhasil
masuk final dan harus bertanding dengan saya” katanya.
Walaupun telah menjadi guru dan bertanding di
kejuaraan bela diri, bukan berarti Wona lantas berpuas
diri. Dia sampai sekarang ini terus mengasah kemampuan pencak silatnya. Sebab, menurutnya, aliran pencak
silat itu sangat banyak, ada pencak silat yang berkembang dari Jawa, Sumatera dan daerah lainnya. Teori
dan praktek tentu dipelajarinya” belajar di perguruan
dibawah Al Azhar, guru di Bukit tinggi, dan di Bintaro, kalau ada kemauan
pasti ada jalan untuk belajar, walau jauh
lokasinya dengan saya tinggal kalau ada
kesempatan waktu kenapa tidak” pungkas Wona. 1009
kl!k
www.KABARINEWS.com
13
004 • 19 AGUSTUS - 18 SEPTEMBER 2014