Majalah Digital Kabari Edisi 90 - 2014 | Page 13

kalau ujian mereka harus bisa bahasa Indonesia” kata dia. Selain itu, di sanggar silatnya ini sebelum mengajar Wona memperkenalkan juga dasar kebudayaan Indonesia. Misal, seperti yang dikatakannya, saat ada orang yang baru ikut bergabung mereka akan ditanya soal Indonesia itu ada dimana dalam peta dunia. Tak hanya ingin mengajarkan jurus silat, tapi Wona juga ingin murid-muridnya tahu dari mana asal silat yang diawali dari peta Indonesia. Nah, bagi mereka yang ikut dalam sanggar silatnya ini dikenakan tarif sesuai dengan paket yang mereka ikuti. Wona mengatakan paling murah hanya 100 dollar saja dan layaknya pencak silat lainnya yang mempunyai sabuk semacam bukti keahlian dari pesilat. Di sanggar silatnya, Wona menerapkan hal yang serupa. “Memang di setiap perguruan berbeda tetapi di sini saya juga menerapkan sabuk supaya jelas tingkatan keahliannya” tutur dia. Online Lebih Efektif Selain di sanggar, Wona berusaha mengenalkan silat dalam berbagai cara dari mengikut berbagai festival seperti festival tahunan Made in Indonesia Festival di Marryland dan secara online. Hanya saja menurutnya Promosi melalui online baginya cukup efektif karena mereka banyak mengikuti dan tahu perkembangan pencak silat melalui online, ketimbang offline. Kenapa online?, karena dari pengalaman Wona yang dapatkan dari keikutsertaannya dalam berbagai festival dan atraksi, dia mengatakan tidak pernah mendapatkan murid yang baru. “Promosi itu seperti marketing sifatnya, kalau sekali saja promosi itu dilakukan pasti banyak orang yang lupa” kata dia. Beda halnya jika dilakukan secara online, seperti misalnya promosi di youtube atau media online lainnya, antusiame orang Amerika terhadap silat akan terbentuk secara terus menerus. Akan halnya perkembangan dunia silat di Amerika yang menurutnya masif di kota-kota besar di Amerika Serikat. Hanya saja yang kurang adalah perguruan silat di Amerika jarang bekerja sama untuk promosi. Promosinya lebih kepada masing-masing perguruan silat. Hanya Wona berpendapat, ada baiknya jika perguruan silat yang menyebar di seluruh Amerika dapat bekerja ssama mempromosikan silat disana. “Saya kira akan lebih efektif jika semua bekerja sama” imbuhnya. Wona, selain aktif mengajar di sanggarnya, dia juga ikut bertanding di kejuaran beladiri yang acap kali diselenggarakan di Amerika. Berhubung disana tidak ada pertandingan yang khusus hanya pencak silat yang diperlombakan, Wona mengikuti kejuaraan beladiri campuran atau mixed martial art. “Murid-murid saya yang remaja mendesak untuk ikut tanding, maka bertandinglah saya dalam beberapa kejuaraan bela diri disana” kata dia. Sekaligus juga, dia menambahkan ingin memberikan contoh kepada murid-muridnya tentang jurus-jurus silat. April tahun lalu, Wona tanding dalam mixed martial art dan berhasil memenangkan grand champion. Di tahun ini, karena dirinya berhasil mengalahkan grand champion tahun lalu, posisi Wona sebagai defending championship. “Jadi Saya tunggu mereka yang berhasil masuk final dan harus bertanding dengan saya” katanya. Walaupun telah menjadi guru dan bertanding di kejuaraan bela diri, bukan berarti Wona lantas berpuas diri. Dia sampai sekarang ini terus mengasah kemampuan pencak silatnya. Sebab, menurutnya, aliran pencak silat itu sangat banyak, ada pencak silat yang berkembang dari Jawa, Sumatera dan daerah lainnya. Teori dan praktek tentu dipelajarinya” belajar di perguruan dibawah Al Azhar, guru di Bukit tinggi, dan di Bintaro, kalau ada kemauan pasti ada jalan untuk belajar, walau jauh lokasinya dengan saya tinggal kalau ada kesempatan waktu kenapa tidak” pungkas Wona. 1009 kl!k www.KABARINEWS.com 13 004 • 19 AGUSTUS - 18 SEPTEMBER 2014