Majalah Digital Kabari Edisi 70 - 2013 | Page 18

[indonesia] lokomotif KA dari General Electric (GE), Amerika. “Jadi, semuanya benar-benar bergerak, bertindak. Tidak No Action Talking Only, seloroh Bambang Susantono, tapi sungguh-sungguh. CAPAI SASARAN TEPAT WAKTU Jalur ganda lintas utara Jawa, masih terus dikerjakan secara terkoordinasi. Proyek besar yang melibatkan banyak pihak, dari Kementerian Perhubungan, Provinsi Jawa Tengah, TNI, Polri, hingga masyarakat setempat diharapkan dapat rampung segera. Tentu dampak positifnya akan kembali kepada semua pihak. Kereta peti kemas usaha kecil menengah (UKM) serta tujuan wisata baru, seperti berwisata batik dan kuliner di Pekalongan. Jadi, destinasi wisata tidak hanya Cirebon, melainkan di daerah-daerah sepanjang Pantura juga. Dari sisi teori tata ruang, dengan ketersambungan atau konektivitas ini, utara Jawa menjadi koridor. Tidak terlihat desa lagi di sana, melainkan telah berubah menjadi kota yang bisa disebut desa kota. Bagi pelaku usaha, ini akan memberi keuntungan yang nyata. Bagaimana tidak? Kapasitas angkut barang berkali lipat banyaknya dari moda seperti bus dan trailer. Dari literatur didapat perhitungan matematis, bila 1 rangkaian KA terdiri dari 20 gerbong, katakan per gerbong mampu mengangkut barang seberat 32 ton, berarti total berat barang yang dibawa sebanyak 640 ton. Bila diperbandingkan, lebih jauh lagi, itu setara dengan daya angkut 320 mobil boks, 107 truk ringan 2 axle, 46 truk besar 2 axle, 32 truk besar 3 axle dan 20 trailer. Berarti lebih banyak barang yang terangkut dalam satu kali jalan, sehingga perusahaan bisa memangkas frekuensi pengangkutan, sekaligus biaya transportasi yang harus dikeluarkan. Lebih hemat dibandingkan mereka memakai jalan darat. Ditambah waktu tempuh menjadi lebih cepat, lebih aman, selamat dan kecil risiko dari kecelakaan. Maka perusahaanlah yang akan dimudahkan dan diuntungkan. Dan mereka bisa dapat lebih cepat bergerak dalam mengelola pendistribusian. Melihat peluang-peluang yang didapat dari terbukanya akses jalur ganda lintas utara Jawa Jakarta-Surabaya ini, PT Kereta Api Indonesia (KAI) juga telah merespons dengan baik. Mereka telah memesan 100 18 | KabariNews.com Yang tak kalah diperhatikan Bambang Susantono adalah bagaimana mewujudkan prasarana dan sarana transportasi yang humanis. Dengan kata lain, transportasi yang bisa diandalkan, nyaman, aman, selamat, dan dengan biaya terjangkau. “Belajar tak mengenal berhenti”. Karena itu dengan banyak melakukan perjalanan ke luar negeri, ia juga memanfaatkannya untuk studi banding. “Saya pernah mencoba keret a api d e n g a n kecepatan 431 km/jam yang disebut k e r e t a mag net di Shanghai,Tiongkok. Kontrasnya, naik kereta yang ditarik keledai di kaki Gunung Kilimanjaro, Afrika. Dari semua itu, saya petik pembelajaran yang pada intinya saya berkesimpulan, transportasi dipengaruhi oleh kultur budaya suatu negara,” ujar Bambang Susantono. Ditambahkannya, selain melakukan pembangunan prasarana, kualitas transportasi yang baik itu harus diiringi dengan pelayanan dan kemudahan bagi konsumen. Misalnya, pengadaan layanan call centre yang bisa terhubung ke seluruh jaringan stasiun kereta api di Indonesia. Semua pihak, dari pemerintah, swasta dan masyarakat punya pera