[indonesia]
ADA APA DENGAN JAKARTA?
Pilkada adalah ajang mempertaruhkan masa depan. Pemilih Jakarta
adalah pemilih yang cerdas dan terdidik serta tidak lagi bisa dikelabui
dengan kampanye hitam (kampanye yang menjelek-jelekkan lawan).
Pemilih Jakarta tidak mengandalkan nasib masa depannya sematamata kepada partai-partai politik, tetapi lebih kepada figur yang
dipercayai mampu membawa masa depan yang lebih baik. Bahwa
figur itu merupakan calon partai politik, tidak ada masalah. Dukungan
banyak tokoh kepada Foke-Nara, ternyata juga tidak berarti.
Apa yang salah dengan survei-survei itu? Direktur Eksekutif Soegeng
Sarjadi Syndicate, Toto Sugiarto mengatakan, bahwa ada tiga
kesalahan yang dilakukan lembaga survei sehingga hasilnya tak tepat.
Pertama adalah salah potret. Pemilihan orang yang disurvei adalah
ibu rumah tangga, karena paling mudah dijangkau. Sementara, pemilih
pemula yang memiliki kemungkinan sebagai swing voter terbesar justru
tidak tertangkap oleh lembaga-lembaga survei ini.
Kedua, wilayah Jakarta memiliki jumlah swing vote yang sangat besar
dibandingkan daerah lain. Saat disurvei, umumnya massa ini akan
menjawab ragu-ragu atau tidak tahu pilihannya. “Massa mengambang
yang cair ini membuat survei menjadi salah dan hasilnya justru
berbalik,” kata Toto.
Ketiga, adanya konflik lembaga survei yang merangkap sebagai
konsultan politik juga membuat hasil survei menjadi berat sebelah.
Karena terkadang pertanyaan yang diajukan kepada warga mengarah
untuk memilih ke salah satu pasangan calon.
Tiga kesalahan ini tidak disadari oleh lembaga survei sehingga dapat
mengatakan, bahwa pasangan nomor urut satu akan menang mudah
pada Pemilukada DKI Jakarta 2012 yang menawarkan enam pasang
calon.
Selain itu, berbagai lembaga survei ini juga tampak tidak membaca
angin perubahan yang berhembus di tengah warga Jakarta. Seluruh
survei dilakukan pada lebih dari 8 hari sebelum Pilkada. Padahal 7
hari menjelang Pilkada tersebut, terdapat banyak perubahan.
NEW! Online Dating
for Singles Indonesia Amerika,
www.MyPasangan.com
22 | KabariNews.com
Kabari Video
Pelajaran pertama dari Pemilukada DKI, faktor figur sangat penting.
Kalau di dalam lingkungan partainya ada tokoh yang potensial dan
memperoleh kepercayaan luas, memang layak diajukan. Pemilihan di
lingkungan partai pun harus dilandasi jiwa besar, bahwa pemilihan
itu dilandasi semata-mata bagi kepentingan nasional. Calon yang
diajukan harus memiliki daya jual tinggi, termasuk di luar partainya.
Kalau ternyata tidak memiliki daya jual yang tinggi, tidak mustahil
hanya akan menjatuhkan nama partai.
Pelajaran kedua, setiap partai makin dituntut untuk melakukan
pencarian bibit-bibit pemimpin, baik di lingkungan maupun di luar
partainya. Penemuan Jokowi dan Ahok dapat dikatakan hasil
kecermatan kedua pimpinan partai, PDIP dan Gerindra, yang
menemukan keduanya untuk dicalonkan sebagai pasangan gubernurcawagub. Hal yang sama mestinya juga harus dilakukan oleh partaipartai lain.
Pelajaran ketiga, partai-partai politik kita didorong makin terbuka.
Dengan demikian, tidak menutup kehadiran bibit-bibit pemimpin di
luar partainya, bagi kehormatan partai dan kepentingan nasional.
Rakyat juga tidak akan keliru memilih pemimpinnya. Sebab, calon
pemimpin yang diajukan oleh partai-partai sudah sangat selektif,
sebagai yang terbaik, baik dari luar maupun dalam lingkungan partai
yang bersangkutan. Ini pelajaran yang sangat berharga dari Pilkada
Gubernur DKI. n (1002)
Untuk share dan memberi komentar pada artikel ini
Klik www.KabariNews.com/?46761
7 Secrets for singles to become great partners
www.LaporanGratis.com/968
Courtesy of MyPasangan.com
IKUT www.KabariNews.com
Kabari is the only Indonesian Magazine in the U.S. that has the largest collection of videos more than 5,000,000
videoers since August 17, 2007. Thank you, Kabari Fans.