Majalah Digital Kabari Edisi 62 - 2012 | Page 24

khusus mempermainkan Hati Rakyat S uatu sore, bu Yani termangu. Beberapa hari ini barangbarang sudah naik. Beras, gula, cabai, sayuran, daging apalagi ikan segar. Uang pemberian suaminya yang cuma buruh di sebuah pabrik kecil tak cukup untuk seminggu ini. Dia berfikir barang apa yang bisa dijual atau digadaikan. Di pasar, penjual selalu beralasan bahwa harga barang-barang naik, karena bensin akan naik. Padahal saat itu, kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) itu belum dilakukan pemerintah. Bagi rakyat jelata seperti bu Yani, kenaikan harga bahan pokok sangat berarti. Mereka harus lebih berhemat untuk sedikit rupiah yang mereka dapatkan guna kelangsungan hidup keluarga. Ibu Yani dan puluhan juta rakyat berpenghasilan kecil di Indonesia harus memutar otak bagaimana mengatur pendapatan yang terbatas itu. Karena kenaikan BBM akan berdampak pada naiknya barang-barang penting sampai angkutan umum. Memang, akhir Maret lalu adalah hari-hari panjang bagi Indonesia. Tegang menantikan sesuatu dan itu adalah kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang rencananya dilakukan per 1 April 2012. Jumat 30 Maret, Dewan Per wakilan Rakyat (DPR) bersidang untuk memutuskannya. Sayangnya, jutaan rakyat yang menanti keputusan DPR atas usulan pemerintah itu terlalu dibawa ke ranah politik oleh wakil rakyat. Bagi masing-masing partai, inilah saatnya untuk menunjukkan kekuatan 24 | KabariNews.com dan siasatnya. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) yang sejak awal sudah menunjukkan ketidaksetujuan atas kenaikan harga BBM ini tetap pada pendiriannya. Begitu juga partai Hanura (Hati Nurani Rakyat) yang tetap bersikeras menolak kenaikan itu. Yang terlihat bermain dua muka adalah Golongan Karya (Golkar) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Awalnya mereka mendukung kemudian menolak, dan di sa ] \