khusus
mempermainkan
Hati Rakyat
S
uatu sore, bu Yani termangu. Beberapa hari ini barangbarang sudah naik. Beras, gula, cabai, sayuran, daging apalagi
ikan segar. Uang pemberian suaminya yang cuma buruh di
sebuah pabrik kecil tak cukup untuk seminggu ini. Dia berfikir barang
apa yang bisa dijual atau digadaikan. Di pasar, penjual selalu beralasan
bahwa harga barang-barang naik, karena bensin akan naik. Padahal
saat itu, kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) itu belum dilakukan
pemerintah.
Bagi rakyat jelata seperti bu Yani, kenaikan harga bahan pokok sangat
berarti. Mereka harus lebih berhemat untuk sedikit rupiah yang mereka
dapatkan guna kelangsungan hidup keluarga. Ibu Yani dan puluhan
juta rakyat berpenghasilan kecil di Indonesia harus memutar otak
bagaimana mengatur pendapatan yang terbatas itu. Karena kenaikan
BBM akan berdampak pada naiknya barang-barang penting sampai
angkutan umum.
Memang, akhir Maret lalu adalah hari-hari panjang bagi Indonesia.
Tegang menantikan sesuatu dan itu adalah kenaikan Bahan Bakar
Minyak (BBM) yang rencananya dilakukan per 1 April 2012. Jumat 30
Maret, Dewan Per wakilan Rakyat (DPR) bersidang untuk
memutuskannya.
Sayangnya, jutaan rakyat yang menanti keputusan DPR atas usulan
pemerintah itu terlalu dibawa ke ranah politik oleh wakil rakyat. Bagi
masing-masing partai, inilah saatnya untuk menunjukkan kekuatan
24 | KabariNews.com
dan siasatnya. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan
Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) yang sejak awal sudah menunjukkan
ketidaksetujuan atas kenaikan harga BBM ini tetap pada pendiriannya.
Begitu juga partai Hanura (Hati Nurani Rakyat) yang tetap bersikeras
menolak kenaikan itu.
Yang terlihat bermain dua muka adalah Golongan Karya (Golkar) dan
Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Awalnya mereka mendukung kemudian
menolak, dan di sa ]\