[indonesia]
Batik Tiongkok
Ada batik Malaysia, ada
pula batik Tiongkok.
Batik Tiongkok
berbeda dengan Batik
Tionghoa Peranakan.
Batik Tiongkok adalah
batik cetak mesin
yang beberapa tahun ini diimpor dari Tiongkok. Sedangkan batik
Tionghoa Peranakan adalah batik Indonesia yang dikembangkan
oleh keturunan Tionghoa di sebagian besar pesisir Indonesia sejak
puluhan tahun lalu.
Batik Tiongkok banyak dijumpai di Pasar Tanah Abang Jakarta. Para
pedagang di sana menjual batik buatan Pekalongan, Solo, ada yang
dari Tiongkok dan ada juga yang berasal dari Malaysia. Model pun
beragam, mulai dari kemeja laki-laki, kemeja perempuan hingga gaun.
Aneka batik itu, termurah adalah Batik Tiongkok. Harganya berkisar
antara Rp 30 ribu hingga Rp 80 ribu per buah. Sementara untuk
batik buatan Indonesia, harganya sekitar Rp 65 ribu sampai jutaan,
tergantung jenis dan motif.
Tahun 2006 ketika batik Tiongkok ini mulai membanjiri Indonesia,
perajin batik cap dari Pekalongan sempat merasakan dampaknya.
“Produk batik Tiongkok sempat menjadi ancaman bagi perajin batik
cap (printing) karena harganya 50% dari batik kami,” kata Yasir
Muhammad, pedagang batik asal Pekalongan. Sebagian besar motif
batik Tiongkok memang meniru corak dan motif batik Pekalongan.
Namun itu tak berlangsung lama. Karena kualitas, teknik dan motif
batik Indonesia lebih unggul dari batik Tiongkok. Terutama karena
batik Indonesia memakai teknik canting cap yang menggunakan
bahan baku lilin dan pewarnaan yang meresap di seluruh lapisan
kain. Sehingga warnanya tidak cepat luntur atau pudar.
Batik Amerika
Dari Malaysia, Tiongkok, kini batik juga hadir di Amerika Serikat.
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington DC mengadakan
lomba American Batik Design Competition di AS. Dalam kompetisi
yang berlangsung sejak 2011 lalu, para peserta Amerika diberi
peluang untuk merancang batik bergaya Amerika yang tetap
mengandung unsur batik Indonesia.
“Kompetisi ini merupakan proyek percobaan untuk merangsang minat
masyarakat Amerika terhadap batik Indonesia,” kata Duta Besar
Kabari Podcast
Indonesia
untuk AS,
Dino Patti
Djalal, ketika
batik hasil
lomba itu
dipamerkan
di Jakarta.
Para peserta
membuat
desain di atas kertas kemudian dilakukan desain ulang di kain oleh
perajin batik di Yogyakarta.
Sejak lomba ini diluncurkan, sekitar 100 karya masuk dari 18
negara bagian di AS. Sembilan pemenang dihasilkan, namun hanya
pemenang utama: Elizabeth Urabe, Kelly Cobb, dan Joanne Gigliotti,
yang mengunjungi Indonesia. Mereka berpameran dan melihat proses
pembuatan batik di Yogyakarta dan di beberapa daerah lainnya.
Karya-karya mereka sempat dipamerkan di salah satu ruangan hotel
The Palace, San Francisco, awal November lalu.
Para pemenang dianggap mampu mengombinasikan unsur batik
Indonesia dan AS. Elizabeth, lulusan Carleton College di Northfield,
MN, menerjemahkan dua budaya ini dalam batik yang bertema
“Devine Unity”. Ia menggambarkan gelora nilai kebebasan dan
kemerdekaan dalam bentuk dan pola yang luas serta ekspresif.
Batiknya didominasi warna natural yang ceria seperti hijau, oranye,
biru, dan kuning, yang mencerminkan bumi, langit, rumput, bunga,
dan matahari. Desain Elizabeth sangat mirip batik asli Indonesia.
Kelly Cobb dari Philadelphia mengangkat kode QR yang sangat
populer di Amerika untuk motif batiknya, dan melukiskannya dalam
warna indigo yang sedikit keunguan. Sedangkan motif batik kreasi
Joanne Gigliotti menggambarkan nilai-nilai kehidupan di Amerika yang
berkaitan dengan Indonesia yaitu matahari yang terbit dari Timur dan
menyinari Barat. Ciri khas batik Indonesia ini digambarkan dengan
baik oleh Joanne, yang juga adalah dosen desain di The Smithsonian
Institution.
Akhirnya bisa dibilang, batik adalah bahasa universal untuk
mengatakan tentang keindahan lingkungan yang dipadukan dengan
seni. Corak batik amat dipengaruhi oleh lingkungan di mana batik itu
berasal. Dan, akar batik itu tetap Indonesia. q (Indah)
Untuk share dan memberi komentar pada artikel ini,
Klik www.KabariNews.com/?37950
IKUT www.KabariNews.com
Kabari is the only Indonesian Magazine in the U.S. that uses Voice Podcast Technology
KabariNews.com #61, Mar - Apr 2012 | 17