Majalah Digital Kabari Edisi 52 - 2011 | Page 8

[indonesia] Tiga tahun belum pulih, tahun 2005 Bom Bali II meledak. Terpuruk? Ya, tapi Bali belajar dari bom pertama. Pengamanan ditingkatkan, pemulihan dipercepat, investor diundang. Tahun 2006 pembangunan pesat di pulau Dewata itu, kondotel dibangun, rumah toko (Ruko) yang 7 tahun lalu kosong, kini penuh barang dagangan. Harga tanah berangsur naik lagi. Per-are (100 meter persegi ) paling murah seharga 98 juta sampai ratusan juta. Makin ke kota makin mahal. Orang asing bisa saja memiliki atau menyewa tanah di sana melalui cara penanaman modal asing (PMA) meski melalui proses panjang dan berbelit. Misalnya, mereka harus mengantongi izin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal di Jakarta untuk membangun usaha di Bali. Lalu, ada akta notaris perusahaan lokal yang isinya bisa terdiri dari orang asing saja atau joint venture dengan orang lokal. Surat pembebasan tanah yang ditandatangani Menteri Kehakiman juga wajib dikantongi. Dengan menyewa, orang asing mendapat hak pakai hingga 75 tahun. Banyak yang memilih jalan ini. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang ingin berbisnis dan tak ingin dipusingkan oleh masalah hukum di kemudian hari. Sehingga tak heran, kini Bali padat . “Sekarang Bali penuh sekali, panas dan tidak menyenangkan,” kata Gede Palgunadi, editor sebuah koran lokal. “Jangan bayangkan Bali seperti 20 atau 10 tahun lalu. Sekarang sampah di mana-mana. Nggak ada bedanya dengan Bandung. Jalanan juga macet. Sama saja dengan Jakarta,” katanya sambil menyebut, bahwa Bali tak punya blueprint pengembangan. Celakanya, investor lokal dan asing lebih tertarik menanamkan uangnya hanya di 3 kabupaten di Bali Selatan, yaitu Denpasar, Badung dan Gianyar. Tiga kabupaten itu adalah wajah Bali yang gempita; penuh pub, diskotik, club, dan mal modern. Juga vila dan hotel berbintang. Di sana terletak Ubud, Nusa Dua, Jimbaran, Gianyar dengan banyak sarana pariwisata lainnya. Itu yang membuat Bali sekarang terlihat padat, tak teratur dan penuh sampah. Berbeda halnya dengan kabupaten lain; Jembrana, Tabanan, Singaraja, Klungkun