kisah
“MESKI LELAH,
SAYA TETAP INGIN SEKOLAH”
Jakarta) lembaga bentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk
melindungi kaum buruh. Mereka melakukan program Remedial bagi
anak-anak buruh perkebunan. Yaitu program pelajaran tambahan
untuk perbaikan nilai. Mereka lakukan selepas anak-anak bersekolah.
S
ore menjelang, magrib akan datang. Seorang gadis
kecil turun dari boncengan motor. Pengendara mematikan
motor dan bersamanya menuju rumah. Berbincang sebentar
dengan seorang ibu. Tak lama, pengendara itu kembali ke motor dan
pergi. Gadis itupun bersiap shalat magrib. Mengaji sebentar. Lantas,
dia makan dan tidur. Besok pagi jam 7 dia harus sekolah. Bungsu dari
tiga bersaudara itu, lelah.
Namanya Yuni. Umurnya 12 tahun. Pelajar kelas 6 SD di Sukoreno,
Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember. Pagi, dia bersekolah.
Sepulangnya, harus membantu orangtuanya mengolah daun
tembakau yang sudah panen. Musim ini adalah waktunya
mengeringkan daun-daun emas itu di gudang tembakau dekat
rumahnya. Tanpa pelindung, dia “nyujen’. Yaitu menyusun daun-daun
tembakau dengan jarum kayu (sujen) dan benang atau tali untuk
dijemur di bangsal/gudang ]\