Majalah Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 25 | Page 49
yang laik layar. Sejarah juga mencatat, bahwa Sriwijaya
dan Majapahit pernah menjadi kiblat di bidang maritim,
kebudayaan, dan agama di seluruh wilayah Asia.
Keperkasaan dan kejayaan nenek moyang kita di
laut haruslah menjadi penyemangat generasi berikutnya.
Bentuk implementasinya, bukan hanya sekedar
berlayar, tetapi bagaimana bangsa Indonesia dapat
memanfaatkannya demi pembangunan kesejahteraan
bangsa.
Kemaritiman Masa Kini
Dunia maritim Indonesia telah mengalami
kemunduran yang cukup signifikan, kalau pada zaman
dahulu mencapai kejayaan, baik dalam bidang politik
maupun ekonomi, sekarang ini tidak tampak sedikit pun
kemajuan yang dapat dilihat. Ironis memang, Indonesia
yang mempunyai potensi laut sangat besar di dunia
kurang begitu memperhatikan sektor ini.
Padahal, laut menjadi salah satu faktor dalam
mempertahankan eksistensi wilayah suatu negara
“Barang siapa yang menguasai laut, ia akan menguasai
dunia”, demikian dalil Alfred Thayer Mahan (1890) dalam
karyanya: The Influence of Sea Power Upon History
1660-1783. Ia mengemukakan premis, bahwa Indonesia
bisa belajar bagaimana dapat maju dengan landasan pijak
seperti Inggris dengan adagiumnya: “Britanica rules the
waves”. Pakar strategi maritim Inggris Dr. Geoffrey Till
dalam “Sea power: A Guide to the Twenty First Century
(2013) menyatakan ada empat komponen dasar menuju
terciptanya sea power sebagai basis Negara Maritim.
Basis yang harus dimiliki bangsa Indonesia adalah:
(1) masyarakat yang memiliki preferensi terhadap laut
(maritime community), (2) sumber daya maritim (sumber
daya laut, infrastruktur, perkapalan), (3) posisi geografis,
dan (4) political will pemerintah. Ternyata kita hanya
memiliki potensi pada sumber daya maritim (nomor 2),
dan posisi geografis (nomor 3) saja. Kita belum memiliki
maritime community (nomor 1) yang andal dan political
will pemerintah (nomor 4) yang jelas berorientasi
kemaritiman.
Padahal, keempat komponen itu merupakan prasyarat
bagi terciptanya pelabuhan-pelabuhan laut yang dinamis
dalam sistem perdagangan internasional, armada
perkapalan nasional dan angkatan laut yang kuat. Kejayaan
sea power suatu bangsa berkorelasi langsung dengan
kejayaan bangsa itu sendiri. Untuk menuju terciptanya
sea power, dibutuhkan tiga hal penting yaitu: kesadaran
maritim, preferensi public dan kepentingan nasional.
Strategi Bangkitkan Budaya Maritim
Sekalipun kaya akan hasil laut, bangsa Indonesia
tidak dikenal sebagai pemakan ikan. Oleh karena itu,
budaya maritim harus berwujud reformasi kultural, yang
diawali dari meja makan, di mana ikan harus menjadi
menu utama bangsa Indonesia. Gemar makan ikan
laut, selain mencerdaskan bangsa sebagaimana bangsa
Jepang memiliki tradisi kuat mengkonsumsi ikan, akan
mendorong terbenahinya tata kelola kelautan Indonesia.
Rata-rata konsumsi ikan orang Indonesia adalah
30 kg per tahun masih kalah dengan konsumsi ikan
orang Malaysia yang mencapai 37 kg per tahun. Jika
dibandingkan dengan Jepang, kita hanya separuh dari
konsumsi mereka yang mencapai lebih dari 60 kg per
tahun. Kalau konsumsi ikan saja masih rendah, itu artinya
tidak mengherankan jika penanganan illegal fishing tidak
dianggap penting.
Jika konsumsi ikan orang Indonesia menyamai orang
Jepang, artinya duakali lebih banyak kebutuhan ikan dari
data sekarang, itu akan mendorong pemerintah untuk
serius menangani lautnya agar kebutuhan konsumsi
ikan orang Indonesia terpenuhi. Serius menangani tata
kelola kelautan itu termasuk didalamnya adalah mengurai
keruwetan yang terjadi.
Kerugian Indonesia terkait dengan illegal fishing
diperkirakan mencapai Rp 30 triliun per tahun. Jumlah
triliunan ini adalah angka yang sangat besar dan dapat
dialokasikan ke pendidikan.
Oleh karena itu, pemerintah mendatang dalam
mewujudkan budaya maritim dengan cara mendorong
dunia pendidikan, keluarga dan lembaga terkait memiliki
program makan ikan laut. Membentuk suatu budaya
itu tidak bisa instan tetapi harus dididik, diajari dan
diedukasi. Ini hal yang sederhana tetapi akan mengubah
cara pandang bangsa Indonesia terhadap lautnya. Jika
makan ikan laut menjadi tradisi, kebutuhan makan
ikan meningkat, illegal fishing diperangi, pembangunan
infrastruktur kelautan dan kekuatan keamanan dan
keselamatan laut ditingkatkan.
Tetapi kita juga harus mengingat memoar Laksamana
Cunningham, “It takes a navy three years to build a
ship, but it takes a nation three hundred years to build
a tradition”, “angkatan laut membutuhkan tiga tahun
untuk membangun sebuah kapal, namun bangsa ini
membutuhkan ѥ