Majalah Cakrawala Edisi 422 Tahun 2014 | Page 75

B adai matahari super ini akan mendatangkan malapetaka di muka bumi, terutama sistem komunikasi dan pasokan energi, termasuk listrik. Sarana transportasi terancam lumpuh. Demikian pula pasokan obat-obatan. Seperti yang diberitakan Daily Mail, Jumat 1 Agustus 2014, letusan di permukaan matahari itu akan disertai dengan Coronal Mass Ejections (CME). CME sendiri merupakan peristiwa paling enerjik di tata surya ini. Saat berlangsung, sebuah gelembung besar akan tercipta dan memuntahkan medan plasma dan magnetik dari permukaan matahari ke ruang angkasa. “Hanya menunggu waktu, sebelum badai matahari dengan kekuatannya mendorong ke arah bumi,” ujar Ashley Dale yang melakukan penelitian doktor di bidang teknik kedirgantaraan di Bristol University, Inggris. Dale juga merupakan anggota dari satuan tugas internasional yang dijuluki Solarmax. Satuan tersebut bertugas mengindentifikasi risiko badai matahari dan dampak yang bisa diminimalisir, serta memberikan peringatan dini akan badai super tersebut. Belum diketahui efek apa saja yang kemungkinan akan dihadapi planet kita. Namun sejumlah ilmuwan telah menganalisis hal terburuk yang pernah terjadi akibat badai ini dari Peristiwa Carrington pada 1859 di mana hal serupa bisa saja kembali terjadi saat ini. Badai matahari terbesar sepanjang sejarah terjadi pada tahun 1859 yang dikenal dengan peristiwa Carrington Event. Nama itu diambil dari astronot Inggris Richard Carrington yang berhasil melihat lidah api sebelum terjadi badai matahari. Mengutip dari laman Space.com, akan ada tiga kerusakan terkait dengan bencana tersebut. Pertama, sinar-X dan radiasi ultraviolet dari pijaran matahari akan merusak jaringan radio dan menyebabkan kesalahan navigasi GPS. Kedua, satelit di luar angkasa akan terbakar oleh partikel energik seperti elektron dan proton. Dan terakhir, magnet plasma dari CME akan melanda bumi di hari berikutnya sehingga akan menghancurkan listrik. “Berkat STEREO-A, kita tahu banyak tentang struktur magnetik dari CME, jenis gelombang kejut dan partikel energik yang diproduksi olehnya. Dan yang paling penting dari semuanya, jumlah (peristiwa) CME yang mendahuluinya (sebelumnya),” ucap Pete Riley seorang ilmuwan yang menerbitkan makalah di Space Weather. Ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) tersebut telah memprediksikan dengan menggunakan parameter yang disebut Disturbance-Storm Time (DST) yang hasilnya terlihat banyak medan magnet di sekitar bumi bergetar ketika CME meletus di permukaan matahari. CME besar ini memiliki kekuatan sekitar 1022kJ energi atau setara dengan 10 miliar bom Hirosima dijatuhkan pada saat itu dan melemparkan sekitar satu triliun kilo partikel menuju bumi dengan kecepatan hingga 3.000 kilometer per detik. Namun, dampaknya terhadap populasi manusia relatif jinak karena infrastruktur elektronik pada kala itu berjumlah tidak lebih dari 124.000 mil (200.000 km) dari garis telegraf. Dale menyebutkan perisitiwa seperti itu tidak bisa dihindarkan lagi. “Sebagai suatu spesies, kita tidak pernah lebih rentan terhadap bintang terdekat kita. Akan tetapi dalam kemampuan, keterampilan, dan keahlian kita sebagai manusia mampu untuk melindungi diri kita sendiri,” paparnya. @Cakrawala (sumber viva.co.id) Cakrawala Edisi 422 Tahun 2014 75