B
adai matahari super ini akan mendatangkan
malapetaka di muka bumi, terutama sistem
komunikasi dan pasokan energi, termasuk listrik.
Sarana transportasi terancam lumpuh. Demikian pula
pasokan obat-obatan.
Seperti yang diberitakan Daily Mail, Jumat 1 Agustus
2014, letusan di permukaan matahari itu akan disertai
dengan Coronal Mass Ejections (CME). CME sendiri
merupakan peristiwa paling enerjik di tata surya ini.
Saat berlangsung, sebuah gelembung besar akan tercipta
dan memuntahkan medan plasma dan magnetik dari
permukaan matahari ke ruang angkasa.
“Hanya menunggu waktu, sebelum badai matahari
dengan kekuatannya mendorong ke arah bumi,” ujar
Ashley Dale yang melakukan penelitian doktor di bidang
teknik kedirgantaraan di Bristol University, Inggris.
Dale juga merupakan anggota dari satuan tugas
internasional yang dijuluki Solarmax. Satuan tersebut
bertugas mengindentifikasi risiko badai matahari dan
dampak yang bisa diminimalisir, serta memberikan
peringatan dini akan badai super tersebut.
Belum diketahui efek apa saja yang kemungkinan akan
dihadapi planet kita. Namun sejumlah ilmuwan telah
menganalisis hal terburuk yang pernah terjadi akibat
badai ini dari Peristiwa Carrington pada 1859 di mana hal
serupa bisa saja kembali terjadi saat ini. Badai matahari
terbesar sepanjang sejarah terjadi pada tahun 1859 yang
dikenal dengan peristiwa Carrington Event. Nama itu
diambil dari astronot Inggris Richard Carrington yang
berhasil melihat lidah api sebelum terjadi badai matahari.
Mengutip dari laman Space.com, akan ada tiga
kerusakan terkait dengan bencana tersebut. Pertama,
sinar-X dan radiasi ultraviolet dari pijaran matahari akan
merusak jaringan radio dan menyebabkan kesalahan
navigasi GPS. Kedua, satelit di luar angkasa akan terbakar
oleh partikel energik seperti elektron dan proton. Dan
terakhir, magnet plasma dari CME akan melanda bumi
di hari berikutnya sehingga akan menghancurkan listrik.
“Berkat STEREO-A, kita tahu banyak tentang
struktur magnetik dari CME, jenis gelombang kejut
dan partikel energik yang diproduksi olehnya. Dan yang
paling penting dari semuanya, jumlah (peristiwa) CME
yang mendahuluinya (sebelumnya),” ucap Pete Riley
seorang ilmuwan yang menerbitkan makalah di Space
Weather.
Ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA)
tersebut telah memprediksikan dengan menggunakan
parameter yang disebut Disturbance-Storm Time (DST)
yang hasilnya terlihat banyak medan magnet di sekitar
bumi bergetar ketika CME meletus di permukaan
matahari. CME besar ini memiliki kekuatan sekitar
1022kJ energi atau setara dengan 10 miliar bom
Hirosima dijatuhkan pada saat itu dan melemparkan
sekitar satu triliun kilo partikel menuju bumi dengan
kecepatan hingga 3.000 kilometer per detik. Namun,
dampaknya terhadap populasi manusia relatif jinak
karena infrastruktur elektronik pada kala itu berjumlah
tidak lebih dari 124.000 mil (200.000 km) dari garis
telegraf.
Dale menyebutkan perisitiwa seperti itu tidak bisa
dihindarkan lagi. “Sebagai suatu spesies, kita tidak
pernah lebih rentan terhadap bintang terdekat kita. Akan
tetapi dalam kemampuan, keterampilan, dan keahlian
kita sebagai manusia mampu untuk melindungi diri kita
sendiri,” paparnya. @Cakrawala (sumber viva.co.id)
Cakrawala Edisi 422 Tahun 2014
75