Majalah Bewara Edisi Februari 2017 Majalah Bewara Edisi Februari 2017 | Page 34

OPINI

Meneguhkan Kembali Persatuan

Oleh Ineu Purwadewi Sundari, S. Sos., M. M Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat

SETUJU atau tidak, kini Indonesia harus kembali memaknai bhineka tunggal ika. Mengapa? Sebab gejala“ bergembira” terhadap kebebasan sangat menguat, banyak pihak atasnama kebebasan menuntut haknya, tapi pada saat yang bersamaan sepertinya banyak yang abai terhadap tanggungjawab menunaikan

kewajiban. Banyak yang sukaria berbicara soal HAM tapi tidak banyak yang bergairah berbicara soal KAM( Kewajiban Azasi Manusia). Barangkali, banyak yang lupa pentingnya tunggal ika. Itulah sebabnya kita harus meneguhkan kembali kohesi sosial( persatuan seluruh anak bangsa). Maka dalam pandangan saya, tunggal ika merupakan solusi atau jalan keluar bagi aneka masalah yang sedang dihadapi Indonesia. Tanpa tunggal Ika, cepat atau lambat, Indonesia akan berkeping-keping. Tentu saja hal tersebut sama sekali tidak kita inginkan. Saya jadi teringat salah satu fatwa Bung Karno:“ Kuat karena bersatu, bersatu karena kuat”. Ini jelas merupakan pesan yang tidak mungkin bisa dibantah untuk tegaknya NKRI. Di sisi lain, kenyataan sosial pasca-reformasi mengindikasikan maraknya kebebasan tapi abai terhadap pentingnya ketertiban. Bukankah tunggal ika itu merupakan ajaran persatuan? Itulah sebabnya, tunggal ika amatlah penting untuk kembali dimaknai dan diimplementasikan oleh seluruh anak bangsa, terutama oleh mereka yang masuk dalam kategori tokoh di semua sektor dan levelnya, baik tokoh formal maupun tokoh nonformal. Hal tersebut semakin dirasakan penting sebab belakangan ini, banyak orang atau bahkan tidak sedikit kelompok masyarakat yang mati-matian menuntut dan memperjuangkan hak-nya namun tidak ada yang serius mempersoalkan kewajiban-kewajibannya selaku warga negara Indonesia. Bagaimanapun, hak dan kewajiban selaku warga Negara harus dijalankan secara seimbang. Kritik berubah menjadi caci-maki, bahkan kesantunan dalam berdebat, semakin terlihat jelas. Lalu, dimana penghargaan kita terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila? Dari catatan sejarah diketahui bahwa Bung Karno berhasil mempersatukan seluruh anasir bangsa melalui Pancasila sebagai“ lem” dan kunci persatuan bagi
kemajemukan bangsa Indonesia. Kini, apa yang akan dijadikan perekat demi terwujudnya persatuan Indonesia? Ini penting sebab penulis memiliki pandangan bahwa selama pemerintah dan warga negaranya tidak bisa membumikan nilai-nilai Pancasila selama itu pula pemerintah tidak mungkin berhasil mewujudkan cita-cita proklamasi. Di tengah atmosfir dunia yang sudah sangat mengglobal dan karenanya sejak lama merebak isu the end of ideology( berakhirnya ideologi), beranikah seluruh elemen bangsa mengukuhkan Pancasila sebagai ideologi bangsa ini, dimulai dengan cara menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai life style bagi seluruh aparatur pemerintahan yang ada? Kini kebanyakan negara di dunia beranggapan bahwa ideologi sudah“ mati” maka inilah kesempatan pemerintahan menunjukan secara serius, kita harus terus menerus menegakan dan membangun persatuan Indonesia melalui ideologi Pancasila. Pemerintah Jokowi-JK telah berhasil memberlakukan / menetapkan tanggal 1 Juni sebagai lahirnya Pancasila, yang ini juga perlu pemahaman penuh bahwa Indonesia berlandaskan ideologi Pancasila, yang bisa menguatkan kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat untuk menegakan keadilan dan kesejahteraan sosial sebagai amanat pendiri bangsa ini. Momen tersebut dapat dipertautkan ke dalam sebuah sinthesis bernama Pancasila sebagai sebuah way of life( pandangan hidup) sekaligus life style( gaya hidup). Bukan dalam bentuk indoktrinasi tetapi Pancasila sebagai ideologi unggulan untuk merekatkan kembali seluruh anasir bangsa agar kembali bersatu padu. Ini penting sebab dalam berbagai berita menunjukan bahwa neokolonialisme itu justru sedang gencar berupaya agar masyarakat Indonesia segera melupakan Pancasila, sebab nilai-nilai Pancasila jika diimplementasikan oleh seluruh anak bangsa maka bangsa-bangsa di dunia akan“ takut” terhadap Indonesia. Ruh negara ini adalah Pancasila, maka neokolonialisme melakukan berbagai upaya agar ruh Indonesia bernama Pancasila itu keluar dari“ jasad” Indonesia sehingga lebih mudah“ menjajah kembali” negara yang kaya raya ini. Kesadaran inilah yang harus terus ditumbuhkan melalui political will( kemauan politik) dan political action( aksi politik) yang jelas dan tegas dari pemerintahan. Tunggal ika, bagaimanapun, merupakan jalan keluar bagi berbagai persoalan yang sedang kita hadapi bersama. ***
34
Majalah BEWARA Edisi 15 | Februari 2017