TOKOH
Chalid Arifin lahir di Payakumbuh, 6 Mei
1928 dan wafat di Jakarta, 4 Januari 1928.
Pada tahun 1950, beliau memutuskan untuk
studi di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Seni Rupa. Tetapi pada tahun 1952,
beliau berhenti dari studinya dan mulai berkarir di industri perfilman Indonesia.
Chalid Arifin merintis karir dengan bekerja di Perfini, yakni sebuah perusahaan film
terpenting dalam sejarah film Indonesia
yang melahirkan film-film nasional klasik
periode 1950-an seperti; Darah dan Doa/
The Long March, Lewat Djam Malam, Krisis,
Harimau Tjampa dan Tjambuk Api. Awalnya,
beliau menjadi Pembantu Penata Artistik
di film Kafedo (1953). Dan tak lama kemudian, Chalid Arifin langsung dipercaya untuk menjadi Penata Artistik pada film Krisis
(1953) yang dilanjutkan dengan film Putri
Dari Medan (1954) dan Lewat Djam Malam
(1954). Melalui film Lewat Djam Malam inilah
akhirnya beliau berhasil menjadi Penata Artistik Terbaik pada Festival Film Indonesia
tahun 1955.
Majalah AKSI | 61
Kemudian untuk mengembangkan kemampuannya, Chalid Arifin pun bertolak ke Paris, Prancis untuk menimba ilmu di College
Technique Des Art Le Industrie pada tahun
1954 hingga tahun 1956. Sebagai syarat
untuk lulus dari kampus tersebut, Chalid
Arifin membuat dua film, yaitu Qu’as Fait
de la Jeunesse (1958) dan Pourquoi Yiens si
Tard (1958). Dengan begitu, Chalid Arifin
menjadi seorang Penata Artistik dengan
gelar akademik di Indonesia. Setelah itu
pada tahun 1959, Chalid Arifin melanjutkan
studi di Institut des Hautes Études Cinématographiques/IDHEC (sekarang telah berganti
nama menjadi École Nationale Supérieure des
Métiers de l’Image et du Son/ La FEMIS) dengan mengambil jurusan arsitektur/dekorasi.
Indonesia. Film-film tersebut antara lain
Pagar Kawat Berduri (1961), Toha Pahlawan
Bandung Selatan (1961), dan Balada Kota Besar (1693). Tetapi setelah itu beliau memnutuskan untuk tidak aktif lagi di dunia film.
Meskipun begitu ia tetap bekerja sebagai
designer untuk interior, teater, iklan, dan
lain-lain. Chalid Arifin juga pernah mengajar di LPKJ (sekarang IKJ) untuk mata kuliah
Tata Artistik dan juga Sejarah Film Dunia.
Bahkan nama beliau diabadikan sebagai
nama perpustakaan Institut Kesenian Jakarta, yaitu Perpustakaan Arifin.
Sepulangnya ke tanah air, Chalid Arifin kembali aktif menjadi Penata Artistik untuk film
Edisi .1 | No.2 | Oktober 2013