Majalah AKSI Edisi 1 No.2 / 2013 | Page 61

TOKOH Chalid Arifin lahir di Payakumbuh, 6 Mei 1928 dan wafat di Jakarta, 4 Januari 1928. Pada tahun 1950, beliau memutuskan untuk studi di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Seni Rupa. Tetapi pada tahun 1952, beliau berhenti dari studinya dan mulai berkarir di industri perfilman Indonesia. Chalid Arifin merintis karir dengan bekerja di Perfini, yakni sebuah perusahaan film terpenting dalam sejarah film Indonesia yang melahirkan film-film nasional klasik periode 1950-an seperti; Darah dan Doa/ The Long March, Lewat Djam Malam, Krisis, Harimau Tjampa dan Tjambuk Api. Awalnya, beliau menjadi Pembantu Penata Artistik di film Kafedo (1953). Dan tak lama kemudian, Chalid Arifin langsung dipercaya untuk menjadi Penata Artistik pada film Krisis (1953) yang dilanjutkan dengan film Putri Dari Medan (1954) dan Lewat Djam Malam (1954). Melalui film Lewat Djam Malam inilah akhirnya beliau berhasil menjadi Penata Artistik Terbaik pada Festival Film Indonesia tahun 1955. Majalah AKSI | 61 Kemudian untuk mengembangkan kemampuannya, Chalid Arifin pun bertolak ke Paris, Prancis untuk menimba ilmu di College Technique Des Art Le Industrie pada tahun 1954 hingga tahun 1956. Sebagai syarat untuk lulus dari kampus tersebut, Chalid Arifin membuat dua film, yaitu Qu’as Fait de la Jeunesse (1958) dan Pourquoi Yiens si Tard (1958). Dengan begitu, Chalid Arifin menjadi seorang Penata Artistik dengan gelar akademik di Indonesia. Setelah itu pada tahun 1959, Chalid Arifin melanjutkan studi di Institut des Hautes Études Cinématographiques/IDHEC (sekarang telah berganti nama menjadi École Nationale Supérieure des Métiers de l’Image et du Son/ La FEMIS) dengan mengambil jurusan arsitektur/dekorasi. Indonesia. Film-film tersebut antara lain Pagar Kawat Berduri (1961), Toha Pahlawan Bandung Selatan (1961), dan Balada Kota Besar (1693). Tetapi setelah itu beliau memnutuskan untuk tidak aktif lagi di dunia film. Meskipun begitu ia tetap bekerja sebagai designer untuk interior, teater, iklan, dan lain-lain. Chalid Arifin juga pernah mengajar di LPKJ (sekarang IKJ) untuk mata kuliah Tata Artistik dan juga Sejarah Film Dunia. Bahkan nama beliau diabadikan sebagai nama perpustakaan Institut Kesenian Jakarta, yaitu Perpustakaan Arifin. Sepulangnya ke tanah air, Chalid Arifin kembali aktif menjadi Penata Artistik untuk film Edisi .1 | No.2 | Oktober 2013