Majalah AKSI Edisi 1 No.2 / 2013 | Page 35

ARIAH - JAY SUBIAKTO bikin karet yang gampang di pel, dan kita juga sudah pikirin penutup-penutup untuk lampu kalau ada hujan. Terus penutup untuk orkestra karena banyak listrik. Tapi untungnya dalam 3 hari itu ternyata tidak hujan walaupun sekarang bulan Juni tapi kok masih banyak hujan. Kendalanya itu, kalau yang lain nggak, kita dibantu oleh DKI seperti izin, kebersihan, terus keamanan juga dijaga oleh DKI. Tapi yang penting itu, kalau saya bilang, pertunjukan ini bisa karena didukung oleh DKI, untung mereka punya concern bahwa pertunjukkan seni ini harus besar, harus kolosal, harus bisa ditonton oleh orang sebanyak-banyaknya. Nah itu kan jarang dalam beberapa puluh tahun yang lalu tidak pernah ada gubernur yang gitu. Dan untuk kepentingan rakyat yah, sepertinya harus gratis. Kayak IKJ sendiri kan dulu yang menggagas kan Ali Sadikin, tapi habis itu nggak pernah dirawat. OA : Setelah Ariah ini, mungkin mas Jay ada proyek lagi? JS : Belum sih, sekarang mau istirahat dulu. OA : Tapi menurut mas Jay kemarin kolaborasi dengan sutradara,musik bagaimana? Majalah AKSI | 35 JS : Oke sih kalau saya bilang, karena kalau sama Atila ini kerja sama kedua dengan dia. Terus kalau dengan musik, bareng Erwin Gutawa sudah sering banget. Karena dia kan dulu teman kuliah saya di arsitektur. Terus pertama kali saya bikin konser juga sama dia, konser Chrisye tahun 1994, terus ada banyak lagi. Ada 3 diva, ada konser Krisdayanti. Jadi memang kita sudah kenal banget. Bahkan penari-penarinya yang sebagian besar dari Solo kita sudah kenal banyak, karena waktu saya ikut dalam Matah Ati. Kan prosesnya hampir 2 tahun, jadi memang mereka sudah terbiasa sekali dengan bidang-bidang miring. Jadi itu yang sangat membantu. karena teknis jumlah. Terus juga menurut saya, penarinya kurang banyak untuk skala panggung seperti ini harusnya ditambah 100 lagi, baru itu orang bisa lihat bahwa seluruh panggung ini bisa digunakan. Paling itu aja sih, masalah-masalah kayak itu aja. Dan harusnya ini bisa jadi panggung permanen. Kan bagus, Jokowi maunya pusat kebudayaan kesenian yang outdoor di Monas. Sebenarnya panggung ini fleksibel, buat Band bisa, buat pagelaran lain bisa, karena besar dan sangat lapang. Kemudian bisa dilihat dari berbagai sudut dan sebenarnya tidak mubazir. Misalkan dalam sebulan tapi pertunjukannya ganti-ganti itu bisa aja. Karena sayang sudah kayak gini, tapi cuma dipakai 3 hari. OA : Mas Jay sendiri, dengan pertunjukkan Ariah sudah puas atau masih ada yang kurang? OA: Dokumentasi acara ini nanti akan ditayangkan atau bagaimana mas? JS : Ya saya masih belum puas 100%. Karena menurut saya, masih banyak yang bisa kita maksimalkan karena ada beberapa, seperti proyektor banyak yang dikurangi, tata cahaya juga. Jadi memang karena itu, Biaya itu tadi yah, jadi sebenarnya lampunya harus lebih banyak. Proyektornya harusnya lebih banyak. Terus kayak apinya juga harusnya lebih banyak. Itu saja, kebanyakan JS : Nggak sih, buat kita saja. Hehe.... karena menurut saya ini memang lebih enak ditonton secara LIVE, karena begitu di TV nanti ada close up jadi sayang karena pengalamannya berbeda. Karena kalau di TV orang jadi berpikir, apa sih ini? Karena skalanya sudah lain. Sementara kalau di sini penonton bisa bagi, dia mau lihat yang mana dulu tapi mereka bisa merasakan keseluru- Edisi .1 | No.2 | Oktober 2013