Sempat kami mewancarai seorang
pengamat di Dinas Sosial tersebut
bernama
pak
Ahadiat,
kami
menanyakan
tentang
jumlah
keseluruhan penyandang cacat dan
berapa jumlah penyandang cacat
yang
ditempatkan
dikerajinan
sampah.
“Jumlah penyandang cacat disini
sekitar 100 orang, untuk yang
kerajinan sampah ini ada 18 orang
yang di bekerja disini khususnya ada
yang cacat fisik, Tunarungu, dan
Tunawicara” jawabnya. Kegiatan ini
dilakukan hari Selasa—Kamis jam
08.15 s.d. 13.00 WIB, hari Sabtu dan
Senin jam 08.15 s.d. 12.00 WIB.
Nahh!!! Dari mana sampah-sampahnya berasal? Kami menjumpai seorang pekerja sosial yang akrab
disapa ‘Teh Nila’, dialah yang mengumpulkan sampah-sampah tersebut, Nahh!!!! (lagi) berarti dia
pemulung??? Bukan! Teh Nila mendapatkan sampah-sampah plastik dari tetangga-tetangganya,
karena masyarakat setempat tahu bahwa Teh Nila seorang pekerja sosial.
Sampah itu sesuatu yang ‘worthless’ dan akhirnya menjadi ‘worth’, sudah bagaikan superhero saja
bukan?
11