48 | KALIBRASI | JUNI 2013
Hingga kebangkitan fisika modern, umumnya dipercaya bahwa segala pengetahuan di dunia dapat diperoleh melalui pengamatan langsung; bahwa segalanya adalah sebagaimana adanya, seperti diserap pancaindera kita. Namum kesuksesan spektakuler fisika modern, yang didasarkan kepada konsep milik Feynman yang bertentangan dengan pengalaman sehari-hari, menunjukkan bahwa kenyataan tidaklah demikian. Pandangan naif atas realitas pun jadi tak cocok dengan fisika modern. Untuk menghadapi paradoks seperti itu kita akan menggunakan pendekatan yang kita namakan realisme bergantung model. Dasarnya adalah gagasan bahwa otak kita menafsirkan masukan dengan organ indera dengan membuat model dunia.
Ketika model seperti itu berhasil menjelaskan peristiwa, maka kita cenderung menganggap model tersebut, juga unsur dan konsep yang menyusunnya, sebagai kenyataan atau kebenaran mutlak. Tapi boleh jadi ada macam-macam cara kita bisa membuat model situasi fisik yang sama, nasubfonasubng menggunakan unsur dasar dan konsep yang berbeda-beda. Jika dua teori atau model fisika sama-sama bisa memprediksi peristiwa yang sama dengan akurat, maka salah satunya tak bisa dikatakan lebih nyata daripada yang lain; justru kita bebas mengguhe mystery of existence
“
Jika dua teori atau model fisika sama-sama bisa memprediksi peristiwa yang sama dengan akurat, maka salah satunya tak bisa dikatakan lebih nyata daripada yang lain; justru kita bebas menggunakan model mana saja yang paling praktis.
48 | KALIBRASI | JUNI 2013