Indonesia Traveler edisi1 | Page 27

Dengan wajah kusam baju kumal, anak-anak pedalaman Kabupaten Kepulauan Mentawai tampak serius menatap gurunya yang sedang membaca buku pelajaran. Di tengah keheningan hutan belantara, suara 15 siswa menggema mengikuti ejaan kalimat yang dibacakan seorang guru. Di pedalaman Mentawai tepatnya di desa Butui anak-anak ingin sekolah. Inilah kisah bagaimana sekolah berlangsung hanya dengan dua guru di hutan Siberut Selatan. Dengan menempuh perjalanan sekitar kurang-lebih dua jam serta melewati beberapa anak sungai dan jalan berlumpur anak-anak suku pedalaman Mentawai tetap bersemangat pergi ke sekolah walaupun terletak di tengah hutan. Tampak sedang baris sekitar 20an murid Sekolah Patas sebelum memasuki ruangan kelas, di sekolah hutan ini hanya terdapat dua ruang kelas dengan tenaga pengajar honorer lulusan SMP. Sepertinya klise, tapi mendengar alasannya bersusah payah untuk bersekolah tetap saja mengharukan: “Supaya kami pandai, bisa menulis nama, bisa membaca surat.” Surat di Siberut artinya luas. Buku, majalah, dan koran juga dinamakan surat. Kini beberapa anak sudah mulai bisa menuliskan namanya dan membaca beberapa kata. Tekad anak-anak desa Butui untuk bersekolah sekeras nyanyian mereka pada awal jam pelajaran. Lagu Ainai Kakai Sikolah Onimia Patas dinyanyikan dengan penuh semangat. “Sebenarnya susah mengajari mereka membaca dan berhitung. Tetapi, melihat semangat mereka yang begitu besar, saya jadi ikut bersemangat mengajar. Apalagi anak-anak ini masih kerabat saya,” Ujar salah seorang guru yang mengajar di sekolah 2014 Edisi 1 33