23
| Inspirations
4
Oleh karena itu, Iqbal pun tumbuh menjadi
seorang remaja yang kekurangan gizi. Pada
usia 10 tahun, Iqbal berhasil melarikan diri
dari perbudakan ini. Iqbal pun segera mencari
pertolongan dan akhirnya bergabung dengan
Front Pembebasan Buruh Pakistan. Melalui
gerakan inilah Iqbal akhirnya dapat membebaskan
sebanyak lebih dari 3.000 anak yang bernasib
sama dengan dirinya. Oleh karena jasanya
itu, kemudian Iqbal dianugerahi Penghargaan
Hak Asasi Manusia Reebok pada tahun 1994.
Ironisnya, Iqbal dibunuh oleh “Mafia Karpet” pada
tahun 1995 atas aksi pembebasan perbudakan
anak yang telah dilakukannya.
5. Nkosi Johnson (1989 – 2001)
Nkosi adalah seorang tokoh pahlawan dari Afrika.
Semangatnya untuk memperjuangkan hidupnya
melawan HIV+ patut diacungi jempol. Nkosi lahir
pada tahun 1989 di Johannesburg. Saat itu, Nkosi
sudah lahir dengan membawa penyakit HIV+. Nkosi
terlahir dengan kondisi demikian karena tertular
oleh ibunya sendiri yang sudah mengidap HIV+.
Ironisnya, Nkosi lahir tanpa kehadiran seorang
ayah. Ia bahkan sama sekali tidak mengetahui
siapa ayahnya. Karena kondisi kesehatan ibunya
yang tidak memungkinkan untuk merawatnya,
Nkosi diadopsi oleh Gail Johnson. Gail adalah
seorang praktisi Humas Johannesburg. Seiring
pertumbuhannya, Nkosi mendaftar ke sebuah
sekolah pada tahun 1997. Namun sekolah tersebut
menolaknya karena alasan medis. Sekolah tersebut
tidak mau menerima seorang siswa pengidap penyakit
Alumni Magz IIK Bhakti Wiyata | Agt - Okt 2013
HIV+. Penolakan ini kemudian dilaporkan
Gail kepada pihak pemerintah Afrika Selatan.
Lembaga pemerintahan Afrika Selatan sempat
dihebohkan dengan laporan ini.
Namun akhirnya, keputusan bahwa semua
sekolah dilarang mendiskriminasikan siswa
karena alasan medis diberlakukan. Semenjak
insiden itu, nama Nkosi mulai menjadi perhatian
publik. Sampai akhirnya Nkosi dapat menjadi
juru bicara di Konferensi AIDS Internasional
yang ke-13. Isi pidato Nkosi menekankan akan
persamaan hak yang selayaknya diterima
oleh semua penderita HIV+. Moto hidup Nkosi
sendiri adalah “Kita Semua Sama.” Melalui
pidatonya di depan publik, Nkosi mengajak
kepada seluruh penderita AIDS agar terbuka
mengenai penyakitnya dan segera meminta
pertolongan atau pengobatan. Bahkan Nelson
Mandela menobatkan Nkosi sebagai tokoh
perjuangan hidup. Nkosi adalah penderita
HIV+ yang dapat bertahan hidup paling lama.
Nkosi dan ibu angkatnya sempat mendirikan
tempat perawatan dan perlindungan bagi
para penderita HIV+, khususnya para ibu dan
penderita anak – anak.