iik Alumni Magazine ed.3 - Aug 2013 | Page 24

23 | Inspirations 4 Oleh karena itu, Iqbal pun tumbuh menjadi seorang remaja yang kekurangan gizi. Pada usia 10 tahun, Iqbal berhasil melarikan diri dari perbudakan ini. Iqbal pun segera mencari pertolongan dan akhirnya bergabung dengan Front Pembebasan Buruh Pakistan. Melalui gerakan inilah Iqbal akhirnya dapat membebaskan sebanyak lebih dari 3.000 anak yang bernasib sama dengan dirinya. Oleh karena jasanya itu, kemudian Iqbal dianugerahi Penghargaan Hak Asasi Manusia Reebok pada tahun 1994. Ironisnya, Iqbal dibunuh oleh “Mafia Karpet” pada tahun 1995 atas aksi pembebasan perbudakan anak yang telah dilakukannya. 5. Nkosi Johnson (1989 – 2001) Nkosi adalah seorang tokoh pahlawan dari Afrika. Semangatnya untuk memperjuangkan hidupnya melawan HIV+ patut diacungi jempol. Nkosi lahir pada tahun 1989 di Johannesburg. Saat itu, Nkosi sudah lahir dengan membawa penyakit HIV+. Nkosi terlahir dengan kondisi demikian karena tertular oleh ibunya sendiri yang sudah mengidap HIV+. Ironisnya, Nkosi lahir tanpa kehadiran seorang ayah. Ia bahkan sama sekali tidak mengetahui siapa ayahnya. Karena kondisi kesehatan ibunya yang tidak memungkinkan untuk merawatnya, Nkosi diadopsi oleh Gail Johnson. Gail adalah seorang praktisi Humas Johannesburg. Seiring pertumbuhannya, Nkosi mendaftar ke sebuah sekolah pada tahun 1997. Namun sekolah tersebut menolaknya karena alasan medis. Sekolah tersebut tidak mau menerima seorang siswa pengidap penyakit Alumni Magz IIK Bhakti Wiyata | Agt - Okt 2013 HIV+. Penolakan ini kemudian dilaporkan Gail kepada pihak pemerintah Afrika Selatan. Lembaga pemerintahan Afrika Selatan sempat dihebohkan dengan laporan ini. Namun akhirnya, keputusan bahwa semua sekolah dilarang mendiskriminasikan siswa karena alasan medis diberlakukan. Semenjak insiden itu, nama Nkosi mulai menjadi perhatian publik. Sampai akhirnya Nkosi dapat menjadi juru bicara di Konferensi AIDS Internasional yang ke-13. Isi pidato Nkosi menekankan akan persamaan hak yang selayaknya diterima oleh semua penderita HIV+. Moto hidup Nkosi sendiri adalah “Kita Semua Sama.” Melalui pidatonya di depan publik, Nkosi mengajak kepada seluruh penderita AIDS agar terbuka mengenai penyakitnya dan segera meminta pertolongan atau pengobatan. Bahkan Nelson Mandela menobatkan Nkosi sebagai tokoh perjuangan hidup. Nkosi adalah penderita HIV+ yang dapat bertahan hidup paling lama. Nkosi dan ibu angkatnya sempat mendirikan tempat perawatan dan perlindungan bagi para penderita HIV+, khususnya para ibu dan penderita anak – anak.