Patofisiologi
Peradangan usus buntu terjadi akibat adanya sumbatan di lumen usus tersebut, umumnya disebabkan oleh kotoran yang
mengeras (fecalith) atau karena pembesaran kelenjar getah bening
di usus buntu tersebut yang menyebabkan sumbatan pada saluran
(lumen) usus tersebut.
Kita ketahui fungsi dari usus adalah menyerap dan
mengeluarkan cairan (excresi dan secresi), sumbatan di lumen
usus buntu akan membuat cairan yang diproduksi oleh usus buntu
tertahan, tidak dapat dibuang ke kolon besar, cairan yang
dikeluarkannya akan terperangkap di dalamnya dan menyebabkan
usus bengkak, meradang, kuman di dalamnya berkembang biak,
peregangan usus ini merangsang persyarafan sehingga pasien
mulai tidak nyaman dan nyeri di daerah perut. Jika keadaan ini terus
berlangsung dinding usus akan mengalami kekurangan darah.
Bagian dinding usus yang kekurangan darah itu akan mengalami
kematian akibatnya usus akan mengalami kebocoran. Isi usus (sisa
makanan dan bakteri) yang tumpah ke dalam rongga perut akan
menyebabkan infeksi yang lebih luas, menyebar ke seluruh rongga
perut, kondisi pasien tampak lebih parah dan tentunya memerlukan
tindakan operasi yang lebih besar.
Gejala
Gejala yang dirasakan pasien terkadang tidak jelas dan tidak
sama dari tiap penderita. Beberapa gejala yang umum dirasakan
adalah : kurang selera makan ( anorexia), gejala ini umumnya
kurang mendapat perhatian dari penderita dan keluarganya. Keluhan
ini penting pada anak kecil yang belum dapat menerangkan
keluhannya dengan jelas. Anak yang tadinya normal tiba-tiba rewel,
seperti kesakitan yang tidak jelas asalnya kemudian juga tidak mau
makan. Mual dan muntah, sering menyertai gejala usus buntu,
sehingga sering di awal penyakit penderita diduga mengalami sakit
lambung (gastritis) atau sakit maag sehingga kalau tidak jeli pasien
tidak dirawat, disuruh pulang, dan kemudian usus buntunya pecah
di rumah, pasien datang lagi dengan keluhan yang lebih berat
7 nyeri perut yang perlu diwaspadai.
9