GREAT ISS Mei 2021 | Page 28

SCHOOL OF LIFE
Opik mengakui bahwa profesi cleaner bukanlah sebuah cita-cita baginya . Apalagi , ia kerap menjadi juara kelas hingga menuntut ilmu pendidikan formal di sebuah SMA favorit di Kabupaten Sumedang , kampung halamannya . Namun sayang , ketiadaan biaya membuat ia harus membuang kesempatan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi pilihannya dulu .
“ Bagi orang lain mungkin SMA favorit itu biasa saja . Kalau saya bilang ke orang tua bahwa saya lulus tes masuk kuliah , mereka pasti bela-belain . Tapi saya tidak ingin membebankan ,” kenang Opik .
Sempat bekerja sebagai cleaner di sebuah bank dan menjadi pelayan toko , takdir kemudian membawa Opik kepada profesi cleaner di ISS Indonesia , tahun 2003 silam .
Tak butuh waktu lama bagi anak dari seorang buruh tani dan pedagang ini untuk bisa mencintai pekerjaannya sebagai cleaner , waktu itu . Meski untuk mengakui kepada orang tuanya tentang pekerjaan yang dilakukannya , masih berat ia ungkapkan karena tak ingin menyakiti hati mereka .
“ Saya bilang aja udah kerja . Saya ajak orang tua saya keliling mall di area saya pertama itu , makan di restoran fast food terkenal , itu sudah luar biasa bagi saya waktu itu ,” Opik menceritakannya dengan penuh keceriaan .
Tinggal di petakan indekos seluas 1 × 2 meter saja , tak jauh dari area penugasan pertamanya , membuat Opik tak betah berlama-lama di kamarnya . Saat ada rekan cleaner lain yang berhalangan hadir dan ia dibutuhkan untuk menggantikan , Opik selalu siap kapan pun itu .
Opik juga kerap dulunya dikenal cerewet , atau yang dirinya sendiri menyebutnya resek , karena kerap mengingatkan tingkat kebersihan hasil pekerjaan cleaner yang lain . Tapi di sisi lain , hal itu justru memberikan kemudahan bagi pengawasnya dulu .
Enam bulan bekerja , Opik pun mendapat tawaran untuk menjadi office girl di area perbankan . Dua tahun kemudian , ia dipromosikan sebagai pengawas , di mana ia barulah bisa mengakui profesinya selama itu kepada orang tuanya .
Pada tahun 2010 , Opik yang sudah menikah dan memiliki seorang putri , harus menghadapi kenyataan bahwa kecelakaan lalu lintas telah merenggut nyawa suaminya . Kehilangan pendamping hidup untuk selama-lamanya sempat membuat Opik sempat terpuruk secara mental , dan ia hampir saja melepas perjuangan dan kesempatannya berkarier di ISS Indonesia .
Adalah kinerja yang sangat baik di mata klien , yang membuat Opik dipertahankan , bahkan dinantikan oleh klien untuk kembali memberikan pelayanan di area yang sempat Opik tinggalkan . Dorongan dari orang tua dan anak semata wayangnya waktu itu pun menguatkannya untuk bisa melanjutkan hidup dengan lebih baik .
“ Jadi yang memotivasi itu anak saya dan ibu saya . Saya harus membesarkan anak saya , harus membuat anak saya sukses . Kalau saya hanya diam , hanya mengeluh , meratapi keadaan , saya nggak akan bisa membuat anak saya sukses . Di situlah , saya harus jadi wanita kuat ,” kenang Opik .
Perlahan tapi pasti , Opik berupaya untuk tegar dan menunjukkan profesionalismenya dalam bekerja . Berbagai area kemudian dipercayakan kepadanya , dari area pusat perbelanjaan , hotel , sekolah , bank , hingga rumah sakit . Dalam kesehariannya bekerja , Opik selalu menanamkan disiplin dan komitmen bekerja bagi dirinya sendiri dan tim yang ia pimpin , di samping juga membangun komunikasi yang baik .
“ Yang pertama itu , disiplin dari diri saya dulu . Dari hal-hal kecil , saya datang lebih awal daripada cleaner . Terus kita punya daily activity dan waktu pengerjaannya , itu saya buatkan untuk cleaner
28 Vol . 6 - No . 21 | Mei 2021