Great ISS Mei 2018 | Page 3

PESAN DIREKSI Patuh pada Aturan, Kunci Keberlangsungan Bisnis Great People, Sulit dipungkiri bahwa di tengah perkembangan teknologi digital saat ini banyak hal yang dahulu terasa tidak mungkin dilakukan, sekarang dengan mudah diwujudkan di depan mata. Dahulu kita tidak pernah tahu apa yang sedang dilakukan sahabat kita ketika berada di bangku sekolah menengah atau bangku kuliah. Kita tidak pernah tahu bagaimana keadaannya atau keluarganya kecuali kita angkat telepon dan berbicara dengannya. Namun sekarang dengan semakin berkembangnya media sosial, seperti Facebook, Instagram, LinkedIn, atau yang lainnya – kita dengan mudah mencari tahu apa yang sedang dilakukan oleh teman-teman atau sahabat kita. Kita juga dengan mudah bisa saling bertukar informasi dengan orang lain tanpa harus bertatap muka. Setiap perubahan selalu membawa efek positif dan negatif bersamanya. Kemudahan mencari informasi mengenai seseorang atau sesuatu terkait kebutuhan hidup kita dengan mudah dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Namun di sisi lain, banyak sekali data pribadi kita diketahui oleh pihak-pihak yang tidak ada kaitannya dengan kita sama sekali dan ini seringkali nyebelin. Baru-baru ini kita mendengar bahwa terjadi kebocoran data lebih dari satu juta pengguna sebuah media sosial yang sangat populer di Tanah Air. Kebocoran data ini mengindikasikan adanya kelemahan pengawasan terhadap data konsumen dari si pengelola media sosial tersebut. Era teknologi informasi seperti sekarang ini memberi peluang besar bagi mereka yang memiliki beragam data untuk unggul dalam persaingan politik maupun bisnis. Yang ingin saya tekankan bukanlah siapa yang akan memegang data tersebut, namun lebih pada bagaimana pengamanan data konsumen yang adalah juga aset bagi banyak perusahaan bisa dilindungi kerahasiaannya. Jika kita bicara soal ‘keamanan’, teori hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow meletakkan rasa aman dan perlindungan pada posisi kedua setelah kebutuhan fisiologis. Sedemikian pentingnya rasa aman tersebut, sampai-sampai beberapa orang atau perusahaan bersedia merogoh kocek mereka secara dalam demi mendapatkannya. Hukum supply dan demand berlaku di sini. Pasar persaingan penyedia jasa keamanan (security guard) saat ini sedang diramaikan oleh belum tegasnya ketetapan mengenai jumlah jam kerja dari para personel petugas keamanan. Di satu sisi, masih banyak pemain yang mempertahankan aturan main 12 jam kerja dengan ketentuan dua shift dan membayar kelebihan jam kerja dengan sistem lump sum (tidak dibayarkan sesuai ketentuan Undang – Undang Ketenagakerjaan) sehingga dapat memberikan penawaran harga lebih murah kepada calon pelanggan, sementara sisi lain memberlakukan 8 jam kerja dengan ketentuan 3 shift dalam sehari. Tantangan ISS Indonesia saat ini adalah mengedukasi market yang mayoritas masih tertarik menggunakan pola kerja 12 jam dengan sistem pembayaran kelebihan jam kerja dengan lump sum, karena harga yang didapatkan bisa lebih murah. Pasar masih belum menyadari sepenuhnya bahwa hal tersebut melanggar serta tidak sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan. Sebagai salah satu penyedia jasa keamanan terbesar di Indonesia saat ini, ISS Indonesia tidak ingin membebani kondisi ini sepenuhnya menjadi tanggungan para personelnya. ISS Indonesia tetap mengedepankan kesejahteraan karyawannya dalam hal ini para security guard sekaligus juga mendukung peraturan yang ditetapkan pemerintah terkait jumlah 8 jam kerja. Compliance (patuh pada aturan yang ditetapkan) adalah semangat menjalankan bisnis yang mendapat prioritas utama di ISS Indonesia. Acapkali konsekuensi dari semangat ini membebani calon klien yang ingin mempercayakan keamanannya kepada ISS Indonesia. Dalam kondisi seperti ini, kita akan datang ke mereka dengan konsep “output based” (Technology & Manpower Working Together, Security Empowered by People & Technology). Tidak lagi soal berapa banyak personel yang kita tempatkan di suatu lokasi, namun lebih pada hasil akhirnya. Menggabungkan antara manpower dengan devices adalah solusi terbaik saat ini. Dengan hadirnya devices, kondisi keamanan benar-benar terpantau selama 24 jam. Fungsi personel di sini untuk memastikan bahwa semua perangkat keamanan yang digunakan berfungsi dengan baik. Tapi, apakah mungkin semua fungsi ini dialihkan kepada devices? Jawabnya bisa ya, bisa juga tidak, tergantung pada kondisi di mana jasa keamanan diaplikasikan. Kalau kita bicara layanan keamanan di sebuah rumah sakit, bank, atau mal misalnya – fungsi seorang security guard bukan hanya mengamankan area tersebut dari tindak kejahatan atau kerusuhan, namun juga diharapkan mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan para pasien atau keluarganya, nasabah, dan juga pengunjung mal. Sisi inilah yang belum bisa digantikan oleh teknologi atau mesin. Kita juga berusaha mengangkat kesan bahwa seorang security guard itu adalah informan yang andal di lini depan bisnis klien kita. Segala hal yang terkait informasi yang dibutuhkan pengunjung atau nasabah terkait industri klien, bisa mereka berikan. Di sinilah nilai plus ISS security guard diberikan. Sebagai penutup, saya mengajak kita semua agar mampu menciptakan dan menghadirkan rasa aman, nyaman, dan merasa terlindungi bagi semua klien yang menggunakan ISS Security Service. Keamanan yang terkendali dengan baik secara langsung dapat mendukung berputarnya roda bisnis klien maupun ISS Indonesia dengan baik. Salam GREAT! Syaefullah, EVP Head of Specialized Service Security & Parking Management Vol. 3 - No. 09 | Mei 2018 | GREAT ISS 3