PESAN DIREKSI
Patuh pada
Aturan, Kunci
Keberlangsungan
Bisnis
Great People,
Sulit dipungkiri bahwa di tengah perkembangan teknologi digital saat ini banyak hal yang
dahulu terasa tidak mungkin dilakukan, sekarang dengan mudah diwujudkan di depan mata.
Dahulu kita tidak pernah tahu apa yang sedang dilakukan sahabat kita ketika berada di bangku
sekolah menengah atau bangku kuliah. Kita tidak pernah tahu bagaimana keadaannya atau
keluarganya kecuali kita angkat telepon dan berbicara dengannya.
Namun sekarang dengan semakin berkembangnya
media sosial, seperti Facebook, Instagram, LinkedIn, atau
yang lainnya – kita dengan mudah mencari tahu apa yang
sedang dilakukan oleh teman-teman atau sahabat kita.
Kita juga dengan mudah bisa saling bertukar informasi
dengan orang lain tanpa harus bertatap muka.
Setiap perubahan selalu membawa efek positif dan
negatif bersamanya. Kemudahan mencari informasi
mengenai seseorang atau sesuatu terkait kebutuhan
hidup kita dengan mudah dapat diakses kapan saja dan
di mana saja. Namun di sisi lain, banyak sekali data pribadi
kita diketahui oleh pihak-pihak yang tidak ada kaitannya
dengan kita sama sekali dan ini seringkali nyebelin.
Baru-baru ini kita mendengar bahwa terjadi kebocoran
data lebih dari satu juta pengguna sebuah media sosial
yang sangat populer di Tanah Air. Kebocoran data ini
mengindikasikan adanya kelemahan pengawasan
terhadap data konsumen dari si pengelola media sosial
tersebut. Era teknologi informasi seperti sekarang ini
memberi peluang besar bagi mereka yang memiliki
beragam data untuk unggul dalam persaingan politik
maupun bisnis.
Yang ingin saya tekankan bukanlah siapa yang akan
memegang data tersebut, namun lebih pada bagaimana
pengamanan data konsumen yang adalah juga aset bagi
banyak perusahaan bisa dilindungi kerahasiaannya.
Jika kita bicara soal ‘keamanan’, teori hierarki kebutuhan
yang dikemukakan oleh Abraham Maslow meletakkan
rasa aman dan perlindungan pada posisi kedua setelah
kebutuhan fisiologis. Sedemikian pentingnya rasa
aman tersebut, sampai-sampai beberapa orang atau
perusahaan bersedia merogoh kocek mereka secara
dalam demi mendapatkannya. Hukum supply dan
demand berlaku di sini.
Pasar persaingan penyedia jasa keamanan (security
guard) saat ini sedang diramaikan oleh belum tegasnya
ketetapan mengenai jumlah jam kerja dari para personel
petugas keamanan. Di satu sisi, masih banyak pemain
yang mempertahankan aturan main 12 jam kerja dengan
ketentuan dua shift dan membayar kelebihan jam
kerja dengan sistem lump sum (tidak dibayarkan sesuai
ketentuan Undang – Undang Ketenagakerjaan) sehingga
dapat memberikan penawaran harga lebih murah kepada
calon pelanggan, sementara sisi lain memberlakukan
8 jam kerja dengan ketentuan 3 shift dalam sehari.
Tantangan ISS Indonesia saat ini adalah mengedukasi
market yang mayoritas masih tertarik menggunakan pola
kerja 12 jam dengan sistem pembayaran kelebihan jam
kerja dengan lump sum, karena harga yang didapatkan
bisa lebih murah. Pasar masih belum menyadari
sepenuhnya bahwa hal tersebut melanggar serta tidak
sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan.
Sebagai salah satu penyedia jasa keamanan terbesar di
Indonesia saat ini, ISS Indonesia tidak ingin membebani
kondisi ini sepenuhnya menjadi tanggungan para
personelnya. ISS Indonesia tetap mengedepankan
kesejahteraan karyawannya dalam hal ini para security
guard sekaligus juga mendukung peraturan yang
ditetapkan pemerintah terkait jumlah 8 jam kerja.
Compliance (patuh pada aturan yang ditetapkan)
adalah semangat menjalankan bisnis yang mendapat
prioritas utama di ISS Indonesia. Acapkali konsekuensi
dari semangat ini membebani calon klien yang ingin
mempercayakan keamanannya kepada ISS Indonesia.
Dalam kondisi seperti ini, kita akan datang ke mereka
dengan konsep “output based” (Technology &
Manpower Working Together, Security Empowered by
People & Technology). Tidak lagi soal berapa banyak
personel yang kita tempatkan di suatu lokasi, namun
lebih pada hasil akhirnya.
Menggabungkan antara manpower dengan devices
adalah solusi terbaik saat ini. Dengan hadirnya devices,
kondisi keamanan benar-benar terpantau selama 24
jam. Fungsi personel di sini untuk memastikan bahwa
semua perangkat keamanan yang digunakan berfungsi
dengan baik. Tapi, apakah mungkin semua fungsi ini
dialihkan kepada devices? Jawabnya bisa ya, bisa juga
tidak, tergantung pada kondisi di mana jasa keamanan
diaplikasikan.
Kalau kita bicara layanan keamanan di sebuah rumah
sakit, bank, atau mal misalnya – fungsi seorang security
guard bukan hanya mengamankan area tersebut
dari tindak kejahatan atau kerusuhan, namun juga
diharapkan mampu berkomunikasi dan berinteraksi
dengan para pasien atau keluarganya, nasabah, dan juga
pengunjung mal. Sisi inilah yang belum bisa digantikan
oleh teknologi atau mesin.
Kita juga berusaha mengangkat kesan bahwa seorang
security guard itu adalah informan yang andal di lini
depan bisnis klien kita. Segala hal yang terkait informasi
yang dibutuhkan pengunjung atau nasabah terkait
industri klien, bisa mereka berikan. Di sinilah nilai plus ISS
security guard diberikan.
Sebagai penutup, saya mengajak kita semua agar
mampu menciptakan dan menghadirkan rasa aman,
nyaman, dan merasa terlindungi bagi semua klien
yang menggunakan ISS Security Service. Keamanan
yang terkendali dengan baik secara langsung dapat
mendukung berputarnya roda bisnis klien maupun ISS
Indonesia dengan baik.
Salam GREAT!
Syaefullah, EVP
Head of Specialized Service Security & Parking Management
Vol. 3 - No. 09 | Mei 2018 | GREAT ISS
3