Great ISS Februari 2020 | Page 9

HEADLINE Tidak juga. Mengapa demikian? Kita tentu masih ingat ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim belum lama ini menepis hal tersebut. Pendiri Go-Jek ini menyampaikan bahwa konsep-konsep seperti ini tidaklah relevan terhadap kesuksesan seseorang. Hal ini tentunya ia kemukakan bukanlah tanpa alasan. Selain dari pengalaman yang Nadiem lalui, adalah penelitian Thomas J. Stanley yang mendukung pernyataannya itu. Dalam buku yang berjudul “The Millionaire Mind” terbitan tahun 2000, Thomas yang merupakan ahli teori bisnis asal Amerika Serikat ini melakukan survey pada sekitar 733 milyuner AS dan mengemukakan 10 faktor penting yang akan memengaruhi kesuksesan yaitu: 1. Kejujuran (Being honest with all people) 2. Disiplin keras (Being well-disciplined) 3. Mudah bergaul (Getting along with people) 4. Dukungan pendamping (Having a supportive spouse) 5. Kerja keras (Working harder than most people) 6. Kecintaan pada yang dikerjakan (Loving my career/business) 7. Kepemimpinan (Having strong leadership qualities) 8. Kepribadian kompetitif (Having a very competitive spirit/personality) 9. Hidup teratur (Being very well-organized) 10. Kemampuan menjual ide (Having an ability to sell my ideas/products) Di ISS Indonesia, ke-10 hal ini merupakan fundamental dalam pengembangan modal insani (human capital) yang selama ini dilakukan. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang layanan jasa dan fasilitas manajemen terpadu, ISS Indonesia mempekerjakan tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar, dimana 70% diantara karyawan yang baru direkrut adalah angkatan kerja baru lulusan SMA dengan tanpa memiliki pengalaman ataupun keahlian khusus. Mereka kemudian dibekali dengan sejumlah pelatihan dan pendidikan yang tidak sebatas pada ketrampilan (skills) dan pengetahuan (knowledge) saja, tetapi juga yang terpenting adalah pengembangan sikap dan karakter (attitude). Proses pengembangan sikap dan karakter atau dengan kata lain character building ini memiliki rasio implementasi tertinggi yaitu 70%. sehingga akhirnya mereka bangga menjadi orang Indonesia. Hal ini salah satunya didukung dengan eksistensi perusahaan dalam menilai dan merekognisi secara non-monetary kepada karyawan-karyawan terbaik. Mereka yang berkinerja dan berprestasi dengan baik dan konsisten, diberikan kesempatan untuk meniti jenjang karir, bahkan sampai ke level manajerial. Di sinilah, setiap individu karyawan mengembangkan karakternya melalui interaksi dan pengalaman bekerja mereka sehari-hari, dengan mengedepankan nilai-nilai positif yang berakar dari budaya asli Indonesia. Kebanggaan akan diri sendiri pun akan muncul, yang memicu kebanggaan terhadap profesi, Namun seiring waktu, mereka mampu memperbaiki taraf kehidupannya. Mereka bak terlahir kembali sebagai orang-orang yang kompeten dan terpercaya di bidangnya. Dengan pengembangan karakter yang mereka lakukan, kesuksesan pun dengan sendirinya menghampiri. Dari hal-hal tersebut, lalu apa hubungannya antara konsep-konsep pendidikan yang dianggap tidak relevan, dengan faktor-faktor penting akan kesuksesan seseorang? Sederhana saja. Para front liners ISS Indonesia tidaklah berpendidikan tinggi, tidak juga menuntut ilmu di sekolah-sekolah favorit. Bisa dikatakan, tingkat intelligence quotient atau kecerdasan mereka ketika melamar pekerjaan juga tidaklah tinggi. Vol. 5 - No. 16 | Februari 2020 9