geoenergi/ tania
Ketua Unit LOBP PPTMGB Lemigas
KESDM, Rona Malam Karina kepada
GEO ENERGI di kantor Lemigas
KESDM, Selasa (10/12).
Adanya LOBP memungkinkan
PPTMGB Lemigas KESDM melayani
jasa blending pelumas untuk badan
usaha maupun koperasi. Pembukaan
usaha jasa blending tersebut
dimungkinkan karena adanya
Peraturan Menteri (Permen) ESDM
Nomor 3 tahun 2011.
“Permen tersebut memberi
peluang bagi kami untuk bekerja
sama dengan pihak lain dalam bidang
jasa blending. Jadi kami memberikan
jasa blending bagi perusahaan yang
ingin memproduksi dengan merk
mereka. Model pelayanannya ada dua.
Pertama adalah toll blend. Pada skema
tersebut, kami menyediakan bahan
baku dan peralatan, tapi kemasan,
merk, label, dan formula diberikan
oleh rekanan. Opsi kedua, semuanya
dari rekanan, kami hanya blending,
seperti penjahit. Kami hanya modal
sarana saja. Dua opsi ini
yang diberikan kepada
kami,” ujar Staf Ahli LOBP
PPTMGB Lemigas
KESDM, Dedy Sudrajat.
Keberadaan
LOBP juga amat
membantu PPTMGB
Lemigas KESDM
dalam penelitian
dan pengembangan
berbagai formula
pelumas. Sejak
tahun 2004 hingga
2013, PPTMGB
Lemigas KESDM telah
mengembangkan
30 formula
pelumas. Formulaformula tersebut
dipublikasikan dan
menjadi acuan bagi
banyak pebisnis
pelumas.
PPTMGB Lemigas
KESDM tak hanya
mengembangkan
pelumasnya dalam
skala laboratorium
saja. Jika hasil
penelitiannya
konsisten dan
berhasil, karena
adanya LOBP,
mereka mampu
EDISI 39 / Tahun Iv / JANUARI 2014
Rona Malam Karina, Ketua Unit LOBP PPTMGB
Lemigas KESDM
mengembangkan penelitiannya
hingga ke dalam skala produksi. Meski
Lemigas KESDM dibolehkan menjual
jasa blending, namun mereka tetap
tidak boleh menjual produk. “Karena
kami lembaga penelitian, hasil produk
tidak bisa kami jual. Kami bagikan di
kalangan KESDM,” imbuh Rona.
Tahun 2013, PPTMGB Lemigas
KESDM telah mengembangkan tiga
formula pelumas baru. Tiga formula
pelumas tersebut saat ini berada
dalam produksi skala laboratorium
untuk dikembangkan lebih lanjut.
Pertama adalah grease atau
gemuk berbahan nabati. Bahan yang
digunakan berasal dari tanaman
jarak. Menurut Dedy, penggunaan
tanaman jarak dimaksudkan untuk
menghindari penggunaan bahan
pangan, yang dikhawatirkan akan
menimbulkan persaingan dengan
industri makanan dalam mencari
bahan bakunya. Menurut Dedy,
di Indonesia, perusahaan yang
memproduksi gemuk berbahan
tanaman jarak masih amat jarang.
Pihaknya telah mengujicobakan
gemuk tersebut pada beberapa alat.
“Kenapa kami memilih nabati?
Karena ramah lingkungan. Misalnya
saja untuk melumas bantalan rel
kereta api. Kalau gemuknya terpapar
ke tanah sekitarnya, itu tidak akan
mencemari tanah. Lalu di traktor
tangan. Alat itu kan perlu grease.
Kalau terpapar ke sawah, gemuk
yang terbuat dari minyak bumi
akan merusak tanamannya, tapi
tidak dengan gemuk yang terbuat
dari tanaman jarak. Lalu di industri
makanan. Misalnya, kalau ada biskuit
di ban berjalan terpapar gemuk yang
berasal dari minyak bumi, kan bisa
jadi beracun biskuitnya. Namun tidak
begitu kalau gemuknya dari bahan
nabati,” papar Dedy.
Formula pelumas selanjutnya
adalah pelumas untuk mesin
kendaraan yang menggunakan BBG.
Pelumas tersebut diklaim mampu
membantu menghemat penggunaan
bahan bakar karena mampu
membantu mengurangi beban
mesin saat bekerja. Pengembangan
pelumas ini nantinya diharapkan bisa
mendukung program konversi BBM
ke BBG. “Saat ini, pembuat pelumas
untuk BBG masih terbilang jarang.
Kalaupun ada, kebanyakan untuk
turbin gas. Kalau untuk kendaraan
masih belum banyak. Kalau kami
bisa mengembangkan sampai tahap
produksi, maka akan sangat bagus,”
tutur Dedy.
Formula ketiga yang
dikembangkan adalah pelumas untuk
transformator atau trafo. Menurut
peneliti PPTMGB Lemigas KESDM,
Tri Purnami, Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN) dalam pelumas
tersebut hampir mendekati 100%.
“Kebanyakan pelumas untuk trafo di
Indonesia adalah impor. Tujuan dari
pengembangan pelumas untuk trafo
ini adalah supaya nanti di pasaran
bisa beredar pelumas trafo dengan
TKDN 100%. Dengan demikian, impor
pelumas trafo bisa dikurangi,” ujar Tri.
Ke depannya, Rona berharap
pihaknya bisa terus membuat
formula-formula pelumas baru, dan
mengembangkan berbagai formula
pelumas yang tengah dijalankan.
“Rencananya, tahun depan kami
akan mengembangkan pelumas
untuk motor matic. Pengembangan
gemuk lumas nabati juga akan
terus dikembangkan,” ujar Rona. Ia
juga berharap, agar hasil penelitian
PPTMGB Lemigas bisa diketahui
banyak kalangan, agar nantinya
bisa mendorong semakin banyak
pihak yang ingin bekerja sama
dalam blending pelumas dengan
lembaganya. G
57