Tabel 1. Perbandingan berbagai bahan baku biodiesel (Teresa M. Mata et al., 2010)
Bahan Baku
Kandungan
lipid (%/bobot
biomassa)
Yield minyak
(L/ha/tahun)
Lahan yang
digunakan
(m2 tahun/kg
biodiesel)
Produktivitas
biodiesel
(kg biodiesel/
ha/tahun)
Jagung
44
172
66
152
Kedelai
18
636
18
562
Jarak
28
741
15
656
Canola
41
974
12
809
Bunga Matahari
40
1070
11
946
Castor
48
1307
9
1156
Kelapa Sawit
36
5366
2
4747
Mikroalga
(rendah lipid)
30
58700
0.2
51927
Mikroalga
(medium lipid)
50
97800
0.1
86515
Mikroalga
(tinggi lipid)
70
136900
0.1
121104
campuran biodiesel yang dihasilkan dari
beberapa spesies mikroalga.
Dalam hal kekayaan sumber daya hayati,
bisa dibilang Indonesia adalah juara dunia,
termasuk keragaman spesies mikroalga.
Eksplorasi megabiodiversitas alam Indonesia
untuk mendapatkan spesies mikroalga
potensial penghasil biodiesel mutlak
dilakukan agar proses produksi biodiesel
berbahan baku mikroalga layak secara
tekno-ekonomi dan berkelanjutan. Dengan
begitu, target Pemerintah untuk mengurangi
atau bahkan meniadakan impor solar bisa
tercapai. Tidak hanya itu, pencampuran
biodiesel ke solar bahkan bisa ditingkatkan
dari 10% menjadi 15 atau mungkin 20%
dengan produksi mandiri.
Keuntungan Menggunakan Mikroalga
sebagai Bahan Baku Biodiesel
Tidak hanya unggul telak dari sisi
produktivitas bila dibandingkan dengan
bahan baku lain, penggunaan mikroalga
untuk produksi biodiesel juga membawa
berbagai keuntungan di antaranya adalah:
•
Penggunaan lahan untuk perbanyakan
mikroalga relatif sangat kecil bila
dibandingkan tanaman lain. Sebagai
perbandingan, mikroalga dengan 30%
kandungan lipid hanya membutuhkan
lahan seluas 1 m2 untuk memroduksi
5.9 liter biodiesel per tahun, sementara
untuk menghasilkan liter biodiesel
per tahun yang sama dari k elapa sawit
membutuhkan lahan seluas 10 m2.
•
Produksi biodiesel dari mikroalga tidak
bersaing dengan produksi bahan
pangan, karena perbanyakan mikroalga
dapat dilakukan pada lahan yang tidak
layak ditanami tanaman, termasuk
tanaman untuk bahan pangan, seperti
kelapa sawit ataupun kedelai.
•
Selain menghasilkan biodiesel, produksi
dari mikroalga juga bisa ditujukan
untuk mendapatkan produk lainnya,
EDISI 39 / Tahun Iv / JANUARI 2014
seperti protein, biopolimer, karbohidrat
dan residu biomassa yang juga dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk ataupun
untuk produksi biogas.
•
Mikroalga mampu memfiksasi gas
karbon dioksida (CO2) yang ada di
atmosfer Bumi. Hal tersebut akan
mengurangi jumlah CO2 yang ada
di atmosfer yang selama ini dikenal
sebagai gas rumah kaca atau penyebab
utama pemanasan global yang telah
menjadi masalah negara-negara dunia.
1 kilogram biomassa mikroalga kering
dapat memfiksasi 1.8 kg gas CO2.
•
Produksi massal biodiesel dari
mikroalga tidak menyebabkan
terjadinya deforestasi, karena, seperti
telah disebutkan di atas, perbanyakan
mikroalga dapat dilakukan pada lahan
yang tidak layak ditanami tanaman.
Rasanya uraian di atas sudah cukup
menjelaskan potensi yang dimiliki mikroalga
sebagai bahan baku biodiesel. Namun,
Swastika Praharyawan, MSi, Apt
Peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
bagaimana dengan aplikasi produksi skala
besarnya? Apakah layak secara tekno
ekonomi? Studi terbaru yang dilakukan oleh
Nagarajan et al. (2013) menyatakan bahwa
produksi biodiesel berbahan baku mikroalga
membutuhkan biaya sekitar USD$ 0.42 –
0.97 per liter. Angka itu tentunya belum
disesuaikan dengan kondisi di Indonesia,
tetapi dapat dijadikan kisaran untuk menilai
secara kasar kelayakan produksi biodiesel
dari mikroalga. Sebenarnya, angka itu masih
bisa “digoyang” jika produksi biodiesel dari
mikroalga diiringi dengan produksi komoditi
lain yang juga dihasilkan dari mikroalga
yang sama, sebut saja antioksidan, protein,
karbohidrat, biopolimer ataupun biogas.
Kesemua produk sampingan tersebut
memiliki nilai ekonomis tersendiri yang
dapat dioptimalkan untuk membuat proses
produksi biodiesel mikroalga menjadi lebih
layak.
Tabel 2. Perbandingan karakteristik fisiko-kimia petrodiesel dengan biodiesel dari mikroalga
Scenedesmus incrassatulus dan kelapa sawit (Martha TAP et al. & M. Mofijur et al., 2013)
Karakteristik
Petrodiesel
Biodiesel Mikroalga
Scenedesmus
incrassatulus
Biodiesel
Kelapa Sawit
Densitas pada 15oC
(kg/m3)
850
803
864.42
Viskositas kinematis
pada 40oC (cSt)
2.6
3.78
4.5
Calorific value (MJ/kg)
45.5
41
36.8
Cetane number
40-55
62
54.6
Stabilitas oksidasi, 110
o
C (jam)
-
19
10.3
Cloud point (oC)
-20
9
16
Pour point (oC)
-35
3
15
Cold filter plugging
point (oC)
-25
-4
12
55