geo energi/ sarwono
dan pelestarian lingkungan. “Di BNI,
kami senantiasa memegang teguh
3P: Profit, People dan Planet. Bukan
kebanggaan bagi BNI bila dapat
mencetak laba sekian triliun per tahun,
tetapi tidak mampu menciptakan
harmoni pada ketiga hal tersebut,”
terang Sakariza.
Berangkat dari prinsip tersebut,
BNI kemudian ikut ambil bagian dalam
Sumba Iconic Island (Pulau Ikonik
Sumba) mulai tahun 2011. Kala itu,
Sumba Iconic Island masih berupa
masterplan dari lembaga inisiator Hivos.
Namun, hal tersebut tidak menyurutkan
minat BNI untuk bergabung. “Sumba
punya alam yang indah tetapi tingkat
penduduk miskin masih tinggi. Sumba
Iconic Island menawarkan energi
terbarukan sebagai salah satu solusinya.
Kami sependapat,” ujar Sakariza.
Dalam mendukung Sumba
Iconic Island, BNI menaruh perhatian
khusus terhadap biogas sebagai
sumber energi baru terbarukan.
Biogas, yang memanfaatkan kotoran
hewan ternak sebagai sumber energi
untuk menghidupkan kompor dan
penerangan, dianggap memiliki potensi
terbesar di Sumba. Hal ini dikarenakan
sebagian besar penduduk Sumba
memang bekerja sebagai peternak.
istimewa
Peternakan sapi di Sumba
Namun, mengenalkan pemanfaatan
biogas kepada masyarakat Sumba
bukanlah hal yang mudah. Untuk
mendapatkan kotoran hewan yang
mencukupi standar setiap harinya,
hewa n ternak tersebut haruslah
berkumpul di dalam suatu kandang.
Hal ini tidak biasa dilakukan para
peternak di Sumba yang umumnya
memelihara hewan ternak tanpa
EDISI 39 / Tahun Iv / JANUARI 2014
kandang dan membebaskan para
hewan untuk bepergian mencari
makan. “Membuat masyarakat setuju
untuk mengkandangkan hewan mereka
itu yang sulit,” ujar Sakariza.
Perbenturan budaya tersebutlah
yang menjadi pandangan khusus
dalam program CCR BNI. Istilah CCR
digunakan sebagai penekanan bahwa
program BNI ini menitikberatkan
kepada pemberdayaan masyarakat
(community), dan bukan hanya ajang
charity. “Kunci adalah engagement,
atau melibatkan masyarakat lokal; dan
empowerment, atau pemberdayaan
masyarakat. Sehingga terbangun
sense of belonging terhadap segala
infrastruktur yang diberikan lewat
program Sumba Iconic Island,” tandas
Sakariza.
Setelah dua tahun mendukung
Sumba Iconic Island, masyarakat
Pulau Sumba mulai setuju untuk
mengandangkan hewan ternaknya.
Alhasil, sebanyak 15 reaktor biogas
telah dibangun oleh BNI di berbagai
penjuru pulau yang terletak di Provinsi
Nusa Tenggara Timur ini. Sakariza
menjelaskan bahwa biogas sebagai
sumber energi mempunyai multiplier
effect yang luar biasa. “Ketika kotoran
sapi sudah habis gasnya, kotoran
tersebut dapat
dimanfaatkan
untuk kompos
(pupuk padat),
pupuk organic
cair, dan palet
pakan ikan.
Sludge-nya
dicampur
dengan
tanaman. Jadi
tidak ada yang
terbuang,”
papar Sakariza
Program
CCR BNI
melalui Sumba
Iconic Island
ini memang
merepresentasikan pemberdayaan
masyarakat dan melestarikan
lingkungan dalam kegiatan non-bisnis.
Namun, ke depan, BNI tidak menampik
bahwa perusahaan ini berharap
pemanfaatan energi terbarukan di
Pulau Sumba bukan hanya untuk
keperluan sehari-hari, tetapi juga
bertransformasi menjadi sebuah
industri. “Dengan begitu, kami dapat
Sakariza Qori Hermawan, Kepala Divisi
Pengembangan BNI
menawarkan bisnis atau pendanaan
investasi kepada masyarakat, tentunya
dengan bunga yang rendah. Namun
utamanya, kami dapat melihat peluang
bisnis yang tercipta, sehingga tingkat
kemiskinan di Pulau Sumba dapat mulai
terurai,” tandas Sakariza.
Menjelang tahun ketiga dukungan
BNI terhadap Sumba Iconic Island,
BNI berencana untuk merambah
pemanfaatan energi terbarukan
lainnya, yaitu mikro hidro. Menurut
Sakariza, walaupun bentuk geologis
Sumba cenderung panas dan gersang,
terdapat beberapa titik air terjun yang
potensial untuk diberdayakan. Salah
satunya adalah air terjun di La’au, desa
Laimbonga, Kecamatan Kaha’u Eti,
Sumba Timur. BNI, bersama dengan
Jababeka dan Hivos, berkomitmen
untuk memulai pembangunan instalasi
mikro hidro bernilai Rp 1.020.000.000.
Rencananya, mikro hidro di La’au akan
dinikmati oleh 47 kepala keluarga di
daerah yang jauh dari jangkauan listrik
PLN (off-grid).
Sakariza memastikan, BNI akan
tetap mendukung Sumba Iconic Island
hingga tujuan kemandirian energi
tercapai 100 persen pada tahun 2025.
“Berjangka panjang, memang. Bersama
dengan stakeholder lain, kami yakin
akan timbul sinergi dan misi yang sama
to make it real. Jika berhasil, proyek ini
tentu akan menjadi proyek prestisius,
satu-satunya di dunia. Semua mata akan
melirik ke Sumba,” tutup Sakariza. G
49