Geo Energi januari 2014 | Page 40

Profil 40 publik lantaran mundur dari Komisaris Utama di PT Pertamina (Persero). Ia meninggalkan Pertamina karena merasa kebijakan perusahaan milik negara tersebut dinilai tidak pro-rakyat. Saat itu, Pertamina tengah berjuang keras melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang konversi minyak tanah ke elpiji, para petugas antara lain menjelaskan kepada masyarakat bahwa menggunakan elpiji itu lebih ekonomis dibanding menggunakan minyak tanah. Namun di tengah upaya sosialisasi tersebut, direksi justru menaikkan harga elpiji. Endriartono menilai keputusan tersebut benarbenar mencederai janji termasuk melukai hati dan kepentingan rakyat. Sikap fenomenal lainnya ditunjukkan Tarto saat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengalami goncangan akibat kasus kriminalisasi pimpinan KPK yang dikenal sebagai kasus Cicak vs Buaya. Endriartono tampil sebagai penasehat hukum, membela komisi antikorupsi itu bersama kawan-kawannya. Selepas keberhasilannya menyelamatkan upaya kriminalisasi pimpinan KPK, saat KPK menghadapi upaya pelemahan oleh beberapa anggota DPR-RI melalui revisi atas UU KPK. Ia didaulat oleh ketua KPK sebagai Ketua Tim Analisis dan Advokasi KPK untuk menggagalkan upaya tersebut, Menurutnya, korupsi adalah sumber malapetaka besar, akibat korupsi, rakyat semakin terbelenggu dalam kemiskinan dan kesengsaraan. Barangkali, konsep ketahanan energi yang ditawarkan Endriartono tidak jauh berbeda dari gagasan yang sudah sering wira-wiri di banyak diskusi. Bedanya, Endriartono punya gagasan yang lebih membumi. “Tinggalkan era BBM” Dengan kita tidak lagi bergantung pada BBM, kita akan lebih mandiri di bidang energi. Motto yang dipegang teguh Endriartono adalah keberanian dalam mengambil keputusan yang menguntungkan rakyat banyak walau harus dengan mengambil risiko yang tidak ringan. G EDISI 39 / Tahun Iv / JA