Anjungan
ariCalon Presiden
Dic
Yang Kuasai Sektor Energi
Rubiyanto
Pemimpin Umum Geo Energi
P
emilu 2014 tinggal hitungan
bulan. Partai-partai politik
berlomba mencari figur
calon presiden yang hebat,
mumpuni, dan bisa mengatasi
segala masalah. Untuk menjaring jago
yang berkualitas dan disenangi rakyat,
sebagian partai politik sudah membuka
lowongan calon presiden yang lazim
disebut konvensi. Lowongan ini dibuka
untuk umum. Ada puluhan calon yang
berminat menjadi orang nomor satu di
republik ini.
Mekanisme penjaringan ini
memang jauh lebih terbuka. Siapapun
berhak untuk mencalonkan diri.
Jadi, tak ada lagi istilah ibarat kucing
dalam karung. Ini salah satu buah
dari keterbukaan yang dimulai sejak
lengsernya orde baru tahun 1998.
Demokrasi telah memberikan banyak
perubahan terhadap tatanan dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat
Indonesia. Negara ini bahkan telah
berubah menjadi negara yang paling
demokratis di dunia.
Para calon kini sudah mulai
berka mpanye dan beriklan, meskipun
musim kampanye belum dimulai. Di
televisi, koran, dan baliho, mereka tampil
simpatik, religius, dan kesatria. Di hotel
dan resto mewah, di warung kopi, di
tengah-tengah pengajian, di kawasan
kumuh, bahkan di wilayah perbatasan
mereka memberi perhatian khusus
kepada kita semua, dengan harapan
kelak bisa memilihnya.
Pada satu kesempatan mereka
tampil bagaikan ulama, pada
kesempatan lain mereka tampil seperti
artis, hingga kita susah membedakan
mana artis, mana ulama, dan mana calon
presiden. Waktu terasa begitu berharga
buat mereka. Tak ada celah untuk tidak
EDISI 36 / Tahun III / oktober 2013
berkomunikasi dengan masyarakat.
Mereka menjual mimpi, seakan di
tangannya, Indonesia akan berubah
menjadi negara yang makmur, damai,
dan sejahtera. Indah sekali.
Isu-isu penting di negara ini mereka
uraikan dan carikan jalan keluarnya.
Mereka fasih bicara kemiskinan,
keterbelakangan, pendidikan,
transportasi, dan bencana alam,
tetapi ada yang lupa yang mereka
kampanyekan, yakni sektor energi.
Ajang konvensi ini, seharusnya
bisa digunakan untuk menemukan
pemimpin yang benar-benar
mempunyai visi kemandirian dan
ketahanan energi. Dua isu ini yang
mutlak harus dikuasai oleh Presiden
Indonesia mendatang. Betapa tidak,
tanpa kemandirian dan ketahahan
energi, perjalanan bangsa ini akan
terseok-seok. Kita sangat tergantung
kepada bangsa asing, kita akan menjadi
bangsa yang konsumtif. Kita tak punya
bargaining power apapun. Kalau tidak
dipikirkan sejak sekarang, maka kita
pasti akan menjadi negara dengan
impor energi terbesar di dunia.
Untuk mencapai kemandirian dan
ketahanan energi, pemerintah harus
merumuskan perencanaan yang jelas
dan matang. Dengan demikian, negara
ini bisa mencapai swasembada energi.
Untuk bisa mencapai swasembada
energi, teknologi harus dikuasai untuk
mengahasilkan energi baru serta harus
terus dikembangkan. Pemanfaatan
energi baru dan energi alternatif
membutuhkan proses yang lama,
oleh karena itu harus dimulai dari
sekarang. Tanpa dukungan pemimpin
bangsa ini, rasanya agak sulit rencana
besar tersebut dapat diwujudkan.
Maka, sangat penting untuk mencari
pemimpin yang pro dan peduli
terhadap sektor energi.
Presiden mendatang juga harus
menjadi wadah untuk mencari dan
memberikan kesempatan kepada
orang-orang mempunyai kepedulian
terhadap sektor energi. Sektor energi
merupakan sektor yang sangat
penting, menguasai hajat hidup orang
banyak, untuk itu perlu pemimpin yang
berwawasan luas dan mempunyai visi
mengenai sektor energi. Masyarakat
tentu berharap konvensi capres ini
tidak hanya menjadi ajang bagi partai
untuk menggalang dana kampanye
atau menaikkan elektabilitas partai
semata. Akan tetapi, sebagai ajang
untuk mencari calon pemimpin yang
bekualitas, prorakyat, mempunyai
visi terhadap ketahanan energi, serta
kemandirian bangsa.
Presiden mendatang juga harus
menguasai persoalan energi tanah
air. Presiden mendatang jangan
hanya puas bahwa Indonesia memiliki
banyak sumber energi, tapi tak mampu
mengelolanya. Presiden mendatang
harus bisa menjadi pelopor pelaksanaan
diversifikasi energi, pemanfaatan energi
terbarukan, penguasaan ilmu dan
teknologi serta mencari sumber-sumber
energi baru lainnya.
Kita jangan hanya menjadi
penonton. Pada saat negara maju
sudah merintis pemanfaatan shale gas,
kita sibuk dengan tabung gas yang
meledak. Pada saat negara maju sudah
menemukan teknologi penghemat
bahan bakar, kita sibuk menimbun
BBM. Pada saat negara maju sudah
mampu meningkatkan kemampuan
geothermal, kita malah cakar-cakaran
mengurusi patok lahan kehutanan. Pada
saat negara maju berhasil menciptakan
listrik dari sampah, kita sibuk berantem
dengan tetangga gara-gara membuang
sampah sembarangan. Jangan sampai
waktu dan energi kita habis untuk hal-hal
yang remeh temeh. Paradoks-paradoks
semacam ini harus segera diakhiri.
Mari, siapapun presidennya harus
bisa mengubah mindset rakyat kita.
Kita sudah tertinggal jauh dari negaranegara yang dulu berada di bawah kita.
Di zaman sekarang capres tak cukup
hanya ganteng, dekat dengan rakyat,
dan pintar orasi. Capres sekarang
harus tahu masalah energi, karena
bangsa yang besar adalah bangsa yang
menguasai energi. G
5