Geo energi/ sarwono
masyarakat, emas produksi Antam
dikenal dengan nama Logam
Mulia (LM). Sedangkan untuk
bauksit, Antam saat ini sedang
mengembangkan proyek chemical
grade alumnia dan smelter grade
alumnia di Kalimantan Barat. “Kami
tidak hanya menjual bahan mentah
tetapi harus berdaya guna,” ujar
Direktur Operasi PT Antam, Ir Tedy
Badrujaman, MM kepada GEO
ENERGI, Jumat (20/9/2013) di
ruang kerjanya, Jakarta.
Tedy menyebutkan, hilirisasi
seperti yang tertuang dalam UU
No 4 Tahun 2009 sudah sejak
lama diterapkan di Antam. Pria
alumni ITB ini menerangkan
betapa luar biasanya keuntungan
yang diperoleh dari smelter. Jika
tanpa smelter, penambangan
itu ibarat mencangkul tanah.
Setelah dicangkul tanahnya lalu
dijual. Tanpa diolah terlebih dulu.
Berbeda bila hasil tambang diolah
lagi di pabrik smelter. Contoh,
stainless steel awalnya berasal
dari nikel yang kemudian diolah
menjadi feronikel. Cara seperti
ini sudah diterapkan India yang
kemudian berhasil memproduksi
mobil murah. “Stainless steel itu
salah satunya digunakan di Tata,
perusahaan mobil India. Mereka
mengolah terlebih dulu makanya
mobilnya bisa dijual murah,” dia
menguraikan.
Hal serupa juga dilakukan
Malaysia, Cina, dan Korea. Padahal,
sambung Tedy, bahan bakunya
diimpor dari Indonesia. Bahkan,
Cina sampai saat ini belum
memakai bahan tambang dari
negerinya sendiri. Negeri tirai
bambu itu tetap mengimpor bahan
baku untuk diolah kembali menjadi
barang jadi. Sebaliknya, jika bahan
tambang terlebih dulu melewati
proses smelter di Indonesia, tentu
saja ceritanya akan berbeda.
“Keuntungannya berlipat-lipat.
Di samping banyak menampung
tenaga kerja. Jadi kita tidak hanya
mencangkul. Kalau itu yang terjadi,
bisa-bisa Indonesia menjadi negara
tukang cangkul saja. Kalau smelter
tidak ada, kita akan menjadi negara
pembeli. Padahal ada bahan
bakunya. Ini sepertinya menjadi
budaya bangsa kita. Makanya kita
berharap semangat ini bukan hanya
EDISI 36 / Tahun III / oktober 2013
GEdung Antam
smelter. Harus di semua sektor
seperti ini. Agar lebih berdaya
guna,” kata pria yang mengabdi di
Antam sejak 1992 ini.
Antam, yang berdiri sejak
1968, sebetulnya bisa memahami
kenapa perusahaan tambang
merasa alergi membangun smelter.
Dalam UU itu disebutkan, setiap
perusahaan tambang mineral dan
batubara diwajibkan mempunyai
pabrik smelter. Tujuannya agar
bahan tambang mempunyai
nilai tambah. Tak cuma sekadar
mengekspor gundukan bahan
tambang yang masih mentah.
Tetapi apa yang terjadi, perusahaan
tambang ramai-ramai menolak,
termasuk PT Freeport Indonesia
dan PT Newmont Nusa Tenggara,
perusahaan kelas kakap asal
Amerika. Untung saja, ancaman
Menteri Perindustrian MS Hidayat
yang akan mencabut izin industri
penolak smelter, ternyata cukup
manjur. Alhasil, Freeport dan
Newmont bersedia membangun
smelter, meski tidak seratus persen
milik sendiri. Masih menumpang.
“Karena biayanya sangat mahal,
seperti membangun pembangkit
listrik dan pembangunan dermaga
untuk pengapalan,” jelas Tedy.
Tedy yang pernah menduduki
berbagai posisi di Antam ini
mengemukakan, investasi smelter
memang tidak mudah dan
memakan biaya. Itu sudah dialami
Antam ketika membangun smelter
di Pomalaa, yang terletak di tengah
hutan. Meski memberatkan, Antam
tetap saja tidak kapok. “Jadi bukan
smelternya saja yang dibangun,
termasuk sekolah, perumahan, dan
rumah sakit juga ikut dibangun.
Pada akhirnya, harus ada komunitas
masyarakat tersendiri di sana. Ini
memang tantangan cukup berat,”
ulas pemegang Master Manajemen
Internasional dari Prasetiya Mulya
Business School, ini.
Meski begitu, mahalnya
pembangunan smelter sebenarnya
tidak bisa diklaim sangat merugikan
perusahaan. Tedy mengatakan,
bisa saja dari smelter merugi, tetapi
dari produk turunannya justru
memperoleh keuntungan besar.
Pria yang sebelumnya menjabat
sebagai Sekretaris Perusahaan
Antam ini menambahkan,
pemerintah juga memberikan
kemudahan berupa pemberian
insentif bagi perusahaan yang
membangun smelter.
Sudah Teruji Sudah Terbukti
Pengalaman PT Antam di
sektor pertambangan dimulai
sejak 1968. Saat ini, Antam
merupakan produsen bauksit
tertua di Indonesia. Seiring
perkembangannya, komoditas
utama yang diproduksi Antam pun
35