Geo Energi edisi oktober 2013 | Page 35

Geo energi/ sarwono masyarakat, emas produksi Antam dikenal dengan nama Logam Mulia (LM). Sedangkan untuk bauksit, Antam saat ini sedang mengembangkan proyek chemical grade alumnia dan smelter grade alumnia di Kalimantan Barat. “Kami tidak hanya menjual bahan mentah tetapi harus berdaya guna,” ujar Direktur Operasi PT Antam, Ir Tedy Badrujaman, MM kepada GEO ENERGI, Jumat (20/9/2013) di ruang kerjanya, Jakarta. Tedy menyebutkan, hilirisasi seperti yang tertuang dalam UU No 4 Tahun 2009 sudah sejak lama diterapkan di Antam. Pria alumni ITB ini menerangkan betapa luar biasanya keuntungan yang diperoleh dari smelter. Jika tanpa smelter, penambangan itu ibarat mencangkul tanah. Setelah dicangkul tanahnya lalu dijual. Tanpa diolah terlebih dulu. Berbeda bila hasil tambang diolah lagi di pabrik smelter. Contoh, stainless steel awalnya berasal dari nikel yang kemudian diolah menjadi feronikel. Cara seperti ini sudah diterapkan India yang kemudian berhasil memproduksi mobil murah. “Stainless steel itu salah satunya digunakan di Tata, perusahaan mobil India. Mereka mengolah terlebih dulu makanya mobilnya bisa dijual murah,” dia menguraikan. Hal serupa juga dilakukan Malaysia, Cina, dan Korea. Padahal, sambung Tedy, bahan bakunya diimpor dari Indonesia. Bahkan, Cina sampai saat ini belum memakai bahan tambang dari negerinya sendiri. Negeri tirai bambu itu tetap mengimpor bahan baku untuk diolah kembali menjadi barang jadi. Sebaliknya, jika bahan tambang terlebih dulu melewati proses smelter di Indonesia, tentu saja ceritanya akan berbeda. “Keuntungannya berlipat-lipat. Di samping banyak menampung tenaga kerja. Jadi kita tidak hanya mencangkul. Kalau itu yang terjadi, bisa-bisa Indonesia menjadi negara tukang cangkul saja. Kalau smelter tidak ada, kita akan menjadi negara pembeli. Padahal ada bahan bakunya. Ini sepertinya menjadi budaya bangsa kita. Makanya kita berharap semangat ini bukan hanya EDISI 36 / Tahun III / oktober 2013 GEdung Antam smelter. Harus di semua sektor seperti ini. Agar lebih berdaya guna,” kata pria yang mengabdi di Antam sejak 1992 ini. Antam, yang berdiri sejak 1968, sebetulnya bisa memahami kenapa perusahaan tambang merasa alergi membangun smelter. Dalam UU itu disebutkan, setiap perusahaan tambang mineral dan batubara diwajibkan mempunyai pabrik smelter. Tujuannya agar bahan tambang mempunyai nilai tambah. Tak cuma sekadar mengekspor gundukan bahan tambang yang masih mentah. Tetapi apa yang terjadi, perusahaan tambang ramai-ramai menolak, termasuk PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara, perusahaan kelas kakap asal Amerika. Untung saja, ancaman Menteri Perindustrian MS Hidayat yang akan mencabut izin industri penolak smelter, ternyata cukup manjur. Alhasil, Freeport dan Newmont bersedia membangun smelter, meski tidak seratus persen milik sendiri. Masih menumpang. “Karena biayanya sangat mahal, seperti membangun pembangkit listrik dan pembangunan dermaga untuk pengapalan,” jelas Tedy. Tedy yang pernah menduduki berbagai posisi di Antam ini mengemukakan, investasi smelter memang tidak mudah dan memakan biaya. Itu sudah dialami Antam ketika membangun smelter di Pomalaa, yang terletak di tengah hutan. Meski memberatkan, Antam tetap saja tidak kapok. “Jadi bukan smelternya saja yang dibangun, termasuk sekolah, perumahan, dan rumah sakit juga ikut dibangun. Pada akhirnya, harus ada komunitas masyarakat tersendiri di sana. Ini memang tantangan cukup berat,” ulas pemegang Master Manajemen Internasional dari Prasetiya Mulya Business School, ini. Meski begitu, mahalnya pembangunan smelter sebenarnya tidak bisa diklaim sangat merugikan perusahaan. Tedy mengatakan, bisa saja dari smelter merugi, tetapi dari produk turunannya justru memperoleh keuntungan besar. Pria yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Perusahaan Antam ini menambahkan, pemerintah juga memberikan kemudahan berupa pemberian insentif bagi perusahaan yang membangun smelter. Sudah Teruji Sudah Terbukti Pengalaman PT Antam di sektor pertambangan dimulai sejak 1968. Saat ini, Antam merupakan produsen bauksit tertua di Indonesia. Seiring perkembangannya, komoditas utama yang diproduksi Antam pun 35