Geo Energi edisi oktober 2013 | Page 21

MANDIRI OIL Dari Properti hingga Migas Nama Mandiri Oil disebut-sebut sebagai pihak yang akan berperan dalam pengelolaan Blok Mahakam. Dunia migas adalah bisnis baru bagi Mandiri Oil. Mereka tengah membidik ikon-ikon besar sektor migas di Indonesia. Kelompok usaha ini lebih banyak bergerak di sektor properti, mayoritas di Bali, tempat kelahiran Menteri ESDM Jero Wacik. Pemilik Mandiri Oil dekat dengan lingkaran Presiden. Oleh Ishak Pardosi I nsiden penolakan Menteri ESDM Jero Wacik perpanjangan izin kerja Presiden Direktur ExxonMobil Indonesia Richard J. Owen awal Januari tahun ini menyisakan bumbu-bumbu kurang sedap. Ketika itu, Menteri Jero menolak memperpanjang izin kerja Owen setelah perusahaan minyak Amerika itu membatalkan tender penjualan lapangan gas Arun di Aceh. Kepada media, Jero Wacik beralasan bahwa pemutusan izin kerja Owen karena warga negara asing itu tidak kooperatif. “Richard Owen tak mendapat izin kerja kembali di Indonesia. Alasannya tidak kooperatif, misalnya tidak mau menambah CSR, ya pokoknya banyak alasannya,” jelas Wacik, kepada wartawan, Selasa, 8 Januari 2013 silam. Sas-sus di lapangan menjelaskan peristiwa yang sesungguhnya terjadi. Kabar yang beredar di lapangan menyebutkan, pemutusan izin kerja Owen erat kaitannya dengan permintaan Menteri Jero Wacik memenangkan peserta tender penjualan aset Exxon di Arun, yakni Mandiri Oil. Pada akhir 2011, Exxon melakukan tender tiga asetnya di Aceh, yakni 30 persen saham pada PT Arun NGL yang mengelola kilang gas Arun, lapangan gas blok-B, dan tambang gas North Sumatra Offshore (NSO). Mandiri Oil adalah satu dari tiga peserta terakhir yang EDISI 36 / Tahun III / oktober 2013 masuk ke kantong ExxonMobil. Dua peserta lainnya adalah PT Energi Mega Persada (kelompok usaha Bakrie) dan Ratu Prabu, sebuah perusahaan publik yang sahamnya dikuasai keluarga Burhanuddin (Bur) Maras, bekas anggota DPR dari Partai Demokrat. Ratu Prabu berkongsi dengan PT Intera Arun Energi, perusahaan yang dikelola sejumlah ‘alumnus’ Exxon. Medco Energy juga ikut dalam tender ini, tapi gugur sebelum mencapai babak final. Sebelumnya, ada 27 perusahaan yang ikut tender. Belakangan, Exxon memenangiz konsorsium Ratu Prabu bersama Intera Arun Energi. Harga final tiga aset itu disebut-sebut mencapai US$ 1,1 miliar. Namun, hasil tender ini “menyinggung” Jero Wacik. Dalam rapat di kantor Kementerian ESDM, Desember 2012 lalu, Jero Wacik meminta agar ExxonMobil Indonesia ‘memilih’ pemenang yang lain yang ada di urutan ketiga, yakni Mandiri Oil. Dalam rapat yang agenda resminya membicarakan lapangan gas Natuna itu, berkali-kali Pak Menteri mengingatkan Exxon agar perusahaan tersebut ikut ‘memberi’ bukan sekadar ‘meminta’. Dalam rapat itu, Jero menyebut take and give sampai enam kali. Akibat Exxon menolak, Jero pun berang. Walhasil, izn kerja Owen pun diputus. Insiden ini turut membuat Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta mengirimkan nota keberatan yang ‘serius’ kepada pemerintah. Akibat ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegur Jero dalam rapat kabinet pekan pertama Januari 2013 lalu. Dalam rapat kabinet itu pula Presiden memutuskan Menteri ESDM tidak boleh merangkap jabatan sebagai Kepala SK Migas. Tak sampai seminggu berselang, Wakil Menteri ESDM, Rudi Rubiandini, ditunjuk sebagai Kepala SK Migas menggantikan Jero Wacik. Yanuar Arsad, pemilik sekaligus Komisaris Utama Mandiri Oil, kepada sejumlah media membantah kabar bahwa mereka turut “menekan” Menteri ESDM Jero Wacik agar tidak memperpanjang izin kerja Owen. “Cerita soal tekanan ke ExxonMobil untuk memenangkan kami itu bohong,” katanya. Sejak peristiwa ini, nama Mandiri Oil mencuat. Pertanyaannya, ada apa sehingga Jero begitu ngotot ingin menggolkan Mandiri Oil? Siapa Mandiri Oil? Bila ditelusuri lebih jauh, di bisnis migas, Mandiri Oil bukanlah apa-apa dibanding perusahaanperusahaan lain sekelas ExxonMobil, Pertamina, ConocoPhillips, Chevron, atau lainnya. Mandiri Oil baru dipercaya pemerintah untuk mengelola Blok Sembilang di Natuna, sebuah lapangan migas yang sebelumnya dikelola oleh ConocoPhillips. Perusahaan yang sebelumnya 21