Garuda Indonesia Colours Magazine September 2016 | Page 81
Explore | Interview
“Every variety of coffee has its own special
qualities and individual flavour profile,
but for me Indonesian coffee, in addition
to its wonderful taste, has a unique
complexity to it,” explains Yoshua.
79
Surprisingly, he wasn’t
always passionate
about coffee.
In the last few years the business and lifestyle
of coffee in Indonesia has begun trending,
with more knowledgeable cafés opening up
and even movies being produced about
Indonesia’s coffee culture. Yoshua attributes
this to a shift in the social and cultural
attitude of Indonesians – particularly in
Jakarta and the archipelago’s other main
urban hubs – where we are seeing greater
appreciation for quality and detail in food
and drink, especially when it’s homegrown.
High-quality premium and commercial grade
coffees are the result of good processing, and
Yoshua makes it a mission to further inform
and educate consumers about the quality of
locally grown coffee through his work.
Yoshua’s love for Indonesian coffee is what
drives him to push his creative boundaries
in exploring coffee and cupping creations
from the Indonesian taste perspective. He
was proud to represent Indonesia at the 2016
World Barista Championships in Dublin;
even though he didn’t take the title, he was
simply humbled to share Indonesian coffee
with the world and be surrounded by true
coffee lovers from every corner of the globe.
When brewing a cup for himself, Yoshua
prefers beans from Toraja or Flores. He likes
Toraja for its stability, consistency and
natural, subtle sweetness. Flores tends to
have mild but rich musty notes with a
delicate nut- and fruit-toned character.
But Yoshua doesn’t encourage people to
simply take his word for it.
“When it comes to Indonesian beans,
there’s much more to a cup of coffee than
the initial flavour. Consider the aroma and
acidity, the aftertaste and the balance. Is it
spicy and pungent or almost winey and
tart? The only way to find your favourite
and develop your palate is to get out there
and taste for yourself!”
Yoshua Tanu berbincang dengan
Colours mengenai ihwal menjadi barista
dan kecintaannya pada kopi asli Indonesia.
Bagi Yoshua Tanu, kopi yang sempurna adalah
kopi yang mampu mengeluarkan rasa, yang
dihasilkan dari racikan yang terukur, dimulai
dari pemilihan biji kopi, penggilingan, suhu air
dan juga lama penyeduhan. Mengamati
Yoshua beraksi seperti melihat perpaduan
antara sains dan seni. Tak heran bila Yoshua
dikenal luas sebagai barista terbaik Indonesia
dengan prestasi dua kali memenangkan
Indonesia Barista Championship (tahun
2014 dan 2016).
“Kami selalu membuat kopi dengan suhu
yang pas untuk dapat langsung diminum,
karena bila Anda diamkan terlalu lama,
rasanya bisa berubah,” kata Yoshua saat
berbincang di Common Grounds, kafe
miliknya yang cukup terkenal dan ada di
Jakarta, Bandung dan Surabaya
Yoshua membuatkan saya kopi jenis
Arabika yang berasal dari Toraja dan kami
pun mulai berbincang soal kopi. Saya
terpaku dan kagum—tak hanya karena
menariknya tampilan kopi yang disajikan
ke hadapan saya—tetapi juga dengan
keluasan pengetahuan pria di depan
saya ini tentang kopi.
Yang mengejutkan, pada awalnya Yoshua
bukanlah pencinta kopi.
Dia mulai mencintai kopi saat kembali ke
Indonesia setelah mendapatkan gelar S2-nya
di UC Davis Graduate School of Management
dan membuka kafe dengan tiga orang
temannya. Setiap mereka ingin menambahkan
menu kopi baru, mereka harus mengujinya
bersama dengan 15 pilihan kopi lainnya,
untuk memastikan kopi yang mereka
pilih adalah yang terbaik.
“Setiap jenis kopi memiliki kualitas dan
kekhasan rasanya sendiri, dan bagi saya kopi
Indonesia tak hanya memiliki rasa yang luar
biasa tetapi juga kompleksitas yang unik,” jelas
Yoshua. Dalam beberapa tahun terakhir, bisnis
kopi dan gaya hidup menikmati kopi semakin
digemari, ditambah maraknya kafe untuk
menikmati kopi dan film-film tentang kopi.
Yoshua menganggap fenomena ini adalah
akibat perubahan sosial dan kultur masyarakat
Indonesia—khususnya mereka yang tinggal di
Jakarta dan kota besar lainnya di Indonesia—
di mana kualitas dan detail untuk kuliner
begitu mendapatkan perhatian, khususnya
bila berasal dari dalam negeri. Kopi berkualitas
premium dan mahal merupakan hasil dari
proses yang bagus, dan Yoshua bertekad
untuk terus memberi pengetahuan dan
mengedukasi pelanggannya mengenai kopi
lokal berkualitas melalui hasil karyanya.
Kecintaan Yoshua pada kopi Indonesia
membuatnya tak lelah untuk terus
mengeksplorasi kopi dan menciptakan menu
kopi baru. Yoshua boleh berbangga hati
karena telah berkesempatan mewakili
Indonesia pada “2016 World Barista
Championships” di Dublin, walaupun tak
mendapatkan gelar, Yoshua cukup senang
bisa mengenalkan kopi Indonesia di dunia
internasional di ajang yang dihadiri pencinta
kopi dari seluruh dunia. Yoshua sendiri
menyukai kopi yang berasal dari Toraja atau
Flores. Bagi dia, kopi Toraja memiliki
konsistensi, terasa alami dengan rasa manis
yang samar. Sementara kopi Flores lebih
lembut dan memiliki rasa seperti kacang
dan buah yang samar. Namun Yoshua
meminta orang agar tidak lantas ikut
menyukai kopi yang digemarinya.
“Bila berbicara tentang biji kopi asal Indonesia,
ada banyak hal dari secangkir kopi daripada
sekadar rasanya. Anda juga dapat menikmati
aroma dan keasamannya, rasa yang
ditinggalkan setelah meminumnya dan
komposisinya. Apakah beraroma manis dan
kuat atau apakah winey dan tart? Satu-satunya
cara untuk menemukan kopi apa yang Anda
sukai adalah dengan mencobanya sendiri!”