Garuda Indonesia Colours Magazine September 2016 | Page 115
Travel | Padang
113
saat kami memasuki bangunan restoran dari
kayu kelapa, “selain itu pohon-pohon ini
juga memberikan banyak manfaat.”
Nad, begitu ia biasa disapa, pernah melihat
sendiri bagaimana badai dahsyat di pantai
barat Sumatera ini menghancurkan atap
bangunan-bangunan di sekitarnya, sementara
pondok-pondok miliknya—yang terlindungi
oleh pepohonan kokoh—t idak rusak sama
sekali. Ia juga telah melihat dampak erosi
akibat hilangnya tanaman pelindung dari
garis pantai. Nad percaya bahwa properti
ramah lingkungan yang sukses seperti
Rimba memiliki tanggung jawab untuk saling
mengingatkan agar kesalahan yang sama
tidak terjadi di tempat lain. Bagi Nad, ecolodge
sejati harus lebih fokus membangun jaringan
ketimbang berkompetisi dengan sesamanya.
5 Senses – Sound
HEAR THE JUNGLE
Rimba Ecolodge boasts the
full jungle soundtrack. Listen to
the whoop of the gibbons, the chug
of a flapping hornbill, the cackle of
kingfishers and the electric buzz
of cicadas. A short walk up to the
viewpoint can reveal a lot of wildlife
(occasionally tigers and clouded
leopards even prowl here), but even
if you just stick around the lodge
you have a chance of seeing
otters, binturong, civets and
colugo (flying lemurs).
Di Rimba Ecolodge Anda akan
disuguhi suara para penghuni hutan.
Dari teriakan owa, kepakan burung
enggang, celoteh burung raja udang,
sampai dengungan tonggeret. Dan
tak jauh dari penginapan, Anda dapat
melihat kehidupan satwa-satwa liar
(bahkan harimau dan macan tutul
kadang-kadang berkeliaran di sini).
Kalaupun memilih berdiam di sekitar
pondok, Anda masih bisa melihat
berang-berang, musang binturong,
luwak dan kubung (lemur terbang).
Looking like potential candidates for
Indonesia’s next Olympic kayak team, a couple
of local men head for the Sungai Pinang
paddy fields.
A baby long-tailed macaque that was found
abandoned on the edge of the rice paddies.
Di salah satu sisi pulau hutan
terbesar keempat di dunia,
tak jauh dari Kota Padang,
sebuah lokasi pariwisata
nan unik sengaja diluncurkan
guna mengatasi masalah-masalah
regional pada tingkat lokal.
Colours berkunjung ke pesisir
barat Sumatera guna menyingkap
dunia tersembunyi di
Rimba Ecolodge.
Saat perahu berhenti di teluk dangkal di
Rimba Ecolodge, Anda mungkin akan berpikir
bahwa Anda mendarat di pantai terpencil.
Lalu mata Anda akan tertuju pada ilalang dan
pondok-pondok dari kayu kelapa yang nyaris
tersembunyi di balik pepohonan. Tempat
yang masih sangat alami ini terlihat seperti
latar belakang dalam film Swiss Family Robinson.
Dan memang itulah yang diinginkan sang pemilik,
warga negara Perancis Nadége Lanau dan suaminya
yang berkebangsaan Indonesia, Reno Putra.
Ada banyak cara untuk mengelola “ecolodge”
(penginapan ramah lingkungan), namun selama
ini istilah tersebut lebih sering dianggap sekadar
taktik pemasaran. Karena itu saya senang
melihat Rimba tidak menawarkan banyak
hal, kecuali keindahan pantainya yang
masih alami dan belum terjamah.
“Kami biarkan pepohonan di sini karena
kami ingin mempertahankan hutan ini
sealami mungkin,” kata Nadége kepada saya
Karena alam dibiarkan tetap utuh,
suasana kehidupan hutan di sini begitu
terasa sehingga penginapan bergaya pedesaan
yang relatif sederhana ini menjadi favorit
banyak tamu (umumnya dari Eropa) yang
selalu rutin kembali ke tempat ini. Pada pagi
hari, segerombolan lutung kelabu melompat
melewati pepohonan dan suara melengking
kera owa ungko bergema di tengah hutan.
Saya bertanya tentang kegiatan trekking
di hutan. “Kami sengaja tidak membuka jalur,”
kata Nad kepada saya, “karena kami tidak
mau para pemburu masuk.”
Hanya ada satu trek untuk satwa dan
menjadi akses bagi pengunjung untuk melihat
pemandangan ke arah teluk. Jalur ini lebih
banyak dilewati oleh satwa dibanding manusia,
yang membuat saya jadi ekstra waspada saat
mendaki jalur yang dipenuhi akar ini.
“Kira-kira enam bulan lalu seekor harimau turun
lewat jalur setapak ini dan memakan anjing
saya,” kata Nad sebelum saya pergi. “Sepertinya
harimau muda karena saya mendengar
suaranya dan mirip seperti macan tutul.”