Garuda Indonesia Colours Magazine October 2019 | Page 65
Lifestyle / Interview
Aidir Amin Daud
Technocrat of
Different Eras
Interview by Bonny Dwifriansyah
Reformasi birokrasi mungkin adalah
salah satu hal besar yang sangat
diimpikan Aidir Amin Daud, mantan
Inspektur Jenderal Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Maklum, selama 12 tahun berkutat
dengan birokrasi, Aidir melihat sangat
banyak hal yang harus dilakukan
terhadap kerja birokrasi di
pemerintahan.
Dan apa yang dilihat oleh Aidir itu
bukanlah isapan jempol belaka. Buku
berjudul Memangkas Birokrasi yang
ditulisnya sendiri bisa menjadi “cermin”
tentang kondisi birokrasi di Indonesia.
Dalam buku tersebut, pemikiran-
pemikiran serta pengalaman Aidir
selama mengabdi di Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia dapat
dilihat dengan jelas.
Meski mengaku belum bisa berbuat
banyak terhadap birokrasi di negeri ini,
Aidir merasa puas karena sudah
melakukan beberapa hal penting saat
dirinya masih menjabat Direktur Tata
Negara Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia untuk masa bakti
2007–2009. Salah satunya adalah
mengubah sistem verifikasi terhadap
partai politik peserta pemilu tahun 2009.
Yang paling berkesan, sekitar tiga tahun lalu, saya
mendapatkan diskon 90% untuk penerbangan ke
Kota Jeddah.
mengaku bahwa berprofesi sebagai
guru atau dosen sudah menjadi “tradisi”
di keluarga besarnya. “Jadi, adik-adik
dan kakak-kakak saya juga berprofesi
sebagai dosen,” ungkapnya.
Aidir bercerita, menjelang Pemilu 2009,
ada salah satu syarat bahwa partai
politik bisa diberi badan hukum kalau
sudah memiliki kepengurusan di
sejumlah kecamatan. “Tapi saya
memutuskan cukup partai-partai politik
saja yang mengurus verifikasinya sendiri
di daerah dan saya tidak perlu pergi ke
daerah,” tutur pria kelahiran 20
November 1958 ini. Hasilnya, Aidir
menjelaskan, proses verifikasi seperti
itu ternyata sangat menghemat biaya. Dan mungkin banyak orang yang tidak
tahu bahwa Aidir juga pernah lama
menjadi wartawan di Kota Makassar.
Profesi ini dijalani Aidir bukan tanpa
alasan. Menurut kolektor lukisan
bertema sejarah ini, profesi wartawan
adalah profesi yang selalu melatih diri
untuk bekerja dengan cepat karena
terbatas oleh waktu. “Bahkan pekerjaan
jurnalistik adalah pekerjaan menulis
karya sastra di atas air yang harus
dilakukan dengan cepat supaya tidak
terhapus,” tuturnya.
Jauh sebelum menjadi teknokrat, Aidir
telah lama menjadi dosen di Fakultas
Hukum Universitas Hasanuddin
Makassar, tepatnya sejak tahun 1987.
Bahkan, ayah bagi tiga anak ini juga Dalam urusan perjalanan ke luar negeri,
siapa sangka ternyata Aidir termasuk
pelanggan setia Garuda Indonesia sejak
tahun 1980-an. Ia pun mengaku
mendapat banyak keuntungan dari
program loyalty GarudaMiles Platinum.
Bersama anggota keluarganya, Aidir
telah beberapa kali memanfaatkan
poin-poin dari program tersebut, salah
satunya adalah untuk penerbangan
umroh.
“Yang paling berkesan, sekitar tiga
tahun lalu, saya mendapatkan diskon
90% untuk penerbangan ke Kota
Jeddah. Saya langsung memesan tiga
tiket penerbangan di kabin business
class,” kenang Aidir.
Pemegang gelar Doktor Hukum dari
Universitas Hassanudin ini juga
menemukan banyak sekali kelebihan
dari program loyalty GarudaMiles,
meskipun juga mengantongi kartu
khusus frequent flyer di maskapai
kelas dunia lainnya. “Dengan fasilitas
GarudaMiles, saya bisa tiga kali
menikmati layanan first class, yaitu
satu kali ke London dan dua kali
ke Arab Saudi,” tuturnya.
63