Garuda Indonesia Colours Magazine October 2013 | Page 118

116 Travel | Jakarta Travel | Jakarta Tak banyak yang berubah di tempat ini sejak pertama kali dibangun pada tahun 1650. Swirling incense at Vihara Dharma Bakti temple. Untuk melihat lebih dekat bagaimana penduduk Jakarta mencari hiburan, saya mengunjungi Alun-alun Kota Tua pada hari Minggu pagi. Pertunjukan jalanan mencapai puncak keramaiannya pada jam 10 pagi; atraksi dari para penelan api yang menunjukan kebolehan mereka, pesulap amatir yang mempertontonkan aksi sulap mereka di hadapan anak-anak, dan sejumlah pria (hanya berpura-pura) saling mencambuk dengan diiringi musik gamelan. Sementara di sisi lainnya, tampak anak-anak mengayuh sepeda tandem sambil bersorak girang saat berhasil menghindar dari rintangan yang menghalangi jalan mereka. Tenda-tenda kaki lima pun bermunculan di sepanjang pinggir alun-alun, menjual segala macam benda mulai dari pisau lipat impor murah, batik, wayang golek, baju-baju, kerajinan seni lokal hingga beragam kerajinan tradisional. Religious tolerance is a hallmark of the country as Buddhists pray in the Chinatown area. Colourful bajaj, a Jakarta icon. © AFP/Getty Images © Getty Images Worshippers gather for prayer at Vihara Dharma Bakti, Glodok. 117 © David Metcalf Hal yang paling menarik dari Jakarta adalah pada pribadi masyarakatnya. Di situlah kekhasan Jakarta bisa ditemukan. Masyarakat Jakarta penuh dengan ide-ide kreatif, optimis, peduli, baik hati dan ramah. Berkeliling Jakarta Rasanya sulit bagi Anda untuk berkendara di Jakarta tanpa melihat atau mencium keberadaan bajaj berwarna oranye yang mengangkut penumpang di antara barisan mobil-mobil, truk dan sepeda motor. Bajaj adalah ikon Jakarta yang sudah cukup lama bertahan di tengah derasnya arus perubahan dan modernisasi. Beberapa tahun lalu kendaraan rendah polusi ini sempat dilarang beroperasi sehingga banyak bajaj yang menghilang dari jalanan, tetapi Jakarta tak lagi sama tanpa keberadaan bajaj-bajaj ini. Di akhir pekan, saat jalanan tak terlalu macet, menumpang bajaj untuk menjelajahi Sunda Kelapa ART OF BATIK Hand Crafted © Venus Angel / Shutterstock Aman bekerja seharian penuh di bawah terik matahari dan di tengah pekatnya asap knalpot agar anaknya bisa bersekolah. Dalam sebulan dia bisa mengantongi sekitar Rp.1,5 juta. Namun dia ikhlas dan bahagia dengan hidupnya, bahkan menyapa saya dengan senyumnya yang hangat. Dia pun seorang yang jujur – tanpa berusaha mengambil keuntungan dari pria asing berdasi – langsung mengantar saya ke tempat tujuan. 5 Senses – Touch © Natali Glado/Shutterstock © Getty Images Saya bertemu dengan Amanurohim pagi ini saat saya hampir terlambat untuk datang ke rapat dan bajaj adalah satu-satunya pilihan dalam menembus kemacetan. Cerita mengenai pengemudi bajaj ini sama seperti kebanyakan mereka yang bekerja di jalanan Ibu Kota. Tiga puluh tahun lalu, Aman pindah ke kota dari desanya yang berada dekat Semarang untuk mengadu nasib. Banyaknya perantau yang pindah ke Jakarta untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik pun terus berlanjut hingga kini. The ancient art of batik comes to life at the Textile Museum: hold the hot wax in a small brass scoop and, with instruction, learn how to create your very own batik ‘masterpiece’. The museum has lovely grounds, with shady trees that offer peaceful respite from the city. www.museumtekstiljakarta.com Anda bisa merasakan bagaimana cara membatik di Museum Tekstil. Dengan canting berisi lilin panas, sambil mendengarkan instruksi, untuk mencoba membuat batik sendiri. Museum ini memiliki halaman yang indah, dengan pohon-pohon rindang yang menawarkan ketenangan.