Garuda Indonesia Colours Magazine November 2018 | Page 7

Voice of Garuda Pelanggan Garuda Indonesia yang terhormat, Keindahan Indonesia membentang dari Sabang sampai Merauke dengan gugusan kepulauan yang menyerupai rangkaian permata. Tak salah bila dijuluki Zamrud Khatulistiwa. Salah satu permata itu terserak di jantung Sulawesi. Tepatnya di Palu, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah. Tak pernah terbayangkan kota tersebut kini luluh lantak pasca-gempa bumi disusul tsunami yang terjadi pada akhir September lalu. Seluruh keluarga besar Garuda Indonesia Group, dan tentunya juga dunia, merasakan duka mendalam dan berbelasungkawa kepada para korban bencana alam di Palu. Sebagai bentuk kepedulian, sehari setelah terjadinya gempa, Garuda Indonesia melaksanakan “Humanity Flight” rute Makassar–Palu pp untuk mengangkut petugas dan menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi para korban. Secara intens, Garuda Indonesia melakukan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan layanan kebandar-udaraan untuk memastikan pesawat dapat segera terbang ke Palu pasca-penutupan Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie. Kelancaran operasional penerbangan dari Makassar ke Palu menjadi misi penting kami, saat itu. Kemampuan runway Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie yang terbatas akibat gempa bumi memaksa Garuda Indonesia hanya mengoperasikan pesawat ATR 72-600. Garuda Indonesia juga menugaskan personel khusus, Andi Ichsan Tahir, Senior Manager Line Station Management, untuk bertindak sebagai Station Manager di Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie. Di tengah kondisi prasarana yang sangat terbatas—minim pasokan listrik, komunikasi terputus, personel hanya segelintir dan bekerja secara manual; Andi tetap bekerja dengan semangat tinggi. Andi dan tim kecilnya harus bekerja sejak dini hari hingga larut malam. Sepanjang 72 jam pertama setelah gempa, Andi bahkan terlupa sempat tidur atau tidak. “Karena saya harus berkoordinasi dan menyiapkan pesawat mulai dari A sampai Z,” kata Andi. “Bahkan saya dan tim harus menelepon—untuk berkoordinasi dengan Makassar—sambil memanggul bahan bantuan turun dari kargo pesawat. Terkadang untuk bisa menelepon, saya harus memanjat pohon,” ia menambahkan. Pada saat itu, banyak personel yang belum bisa bekerja karena harus mencari sanak saudara yang terdampak tsunami dan hubungan komunikasi pun masih sangat sulit. Bermalam di tenda seadanya di area parkir bandara, terkadang makan dan terkadang tidak, semua itu tidak menyurutkan keteguhan dan kegigihan mereka. Andi dan tim berhasil memastikan penerbangan Garuda Indonesia dari dan menuju Palu dapat berjalan dengan lancar untuk membawa pengungsi, relawan dan bantuan logistik. Aksi heroik dan persisten Andi saat memastikan kelancaran operasional penerbangan Garuda Indonesia memiliki arti tersendiri dalam merefleksikan komitmen budaya kerja Garuda Indonesia yang selalu mengedepankan prinsip responsiveness dan safety oriented yang tidak hanya dilakukan di lingkungan kerja, tapi juga di kehidupan sehari-hari yang bersinggungan dengan kepentingan masyarakat umum. Kami juga mencatat upaya Capt. Abdul Rozaq yang melakukan evakuasi dan penyelamatan para penghuni di salah satu hotel yang ambruk akibat gempa bumi. Pada saat itu, Capt. Abdul Rozaq sedang tugas terbang ke Palu. Suatu perjalanan, sekalipun menuju tempat yang sama, akan membuahkan pengalaman berbeda. Bagaimana pun, sangat penting memiliki kesigapan dan inisiatif dalam keadaan genting. Di atas semua itu, kami bersyukur, tim Garuda Indonesia di Palu selamat dan berhasil dievakuasi. Dan kami bangga atas dedikasi mereka untuk pelayanan tidak terbatas kepada masyarakat. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaan Bapak/Ibu untuk senantiasa terbang bersama Garuda Indonesia. Salam, Flytizen Garuda Indonesia 5