Garuda Indonesia Colours Magazine May 2018 | Page 93

Travel | Seoul 91 Temple-stay participants walk through the forests of Geumsunsa temple. Jika Anda sudah puas dengan pusat-pusat perbelanjaan serba K-pop dan hiburan malam 24 jam, saatnya Anda melihat sisi lain Korea Selatan yang lebih tenang. Tinggalkan sejenak keramaian Seoul dan rasakan pengalaman menginap di kuil, bersantai di sauna dan minum teh di kedai tradisional. Pada suatu sore di hari Sabtu, saya berada di ketinggian Gunung Bukhan di utara Seoul. Udaranya segar, ada sungai kecil di dekatnya dan saya bisa melihat kota dari kejauhan. Biasanya, saya menghabiskan akhir pekan dengan berbelanja di Myeong-dong, atau mencoba restoran baru di Itaewon. Tapi kali ini, saya berencana menjelajahi sisi lain Korea yang lebih tenang, dan saya akan memulainya dengan mengikuti program menginap di kuil untuk pertama kalinya. Selama dua hari satu malam, saya menjalani hidup layaknya seorang biksu Buddha: tidur sesuai jadwal para biksu, makan apa yang mereka makan dan bersujud sebanyak yang mereka lakukan. Korea Selatan memperkenalkan program menginap di kuil saat negara ini menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2002, untuk menunjukkan bahwa ada hal lain dari budaya Korea selain Gangnam. Program ini biasanya dikemas dengan kegiatan seperti membuat kerajinan tangan, meditasi di gunung, konsultasi dengan biksu dan, tentu saja, makan masakan Buddha yang luar biasa. “Pengunjung kami berasal dari Korea dan luar negeri,” kata kepala kuil Geumsunsa, Sunwoo, ketika saya sampai di sana. Suara dan tatapannya yang ramah membuat saya merasa nyaman. “Orang Korea biasanya datang untuk beristirahat. Sedangkan tamu asing datang karena mereka ingin tahu tentang agama Buddha, yang mereka anggap unik dan eksotis.” Pengalaman Menginap di Kuil Penginapan kuil bisa ditemukan di seluruh Korea Selatan. Beberapa di antaranya berlokasi di pusat Kota Seoul, sementara yang lain beberapa jam berkendara ke pegunungan. Geumsunsa berada di tengah-tengahnya; cukup jauh dari Seoul sehingga lebih tenang, namun juga cukup dekat untuk kembali ke kota. Setelah berkeliling kuil, saya diberi pakaian dan diantar ke kamar saya—sebuah ruang persegi sederhana di lantai dua bangunan kayu yang cantik. Di dalamnya terdapat dua kasur gulung, lemari berisi kain linen bersih dan kamar mandi modern dengan air panas. Bahkan kamar ini dilengkapi balkon yang menghadap ke halaman. Meski berada di pegunungan, kami tidak merasa terjebak di Abad Pertengahan. Saya mengenakan baju kuil berwarna abu-abu, dan terlihat seperti kakek saya dengan pakaian olahraganya. Busana kuil ini sederhana dan tidak pernah berubah, namun nyaman dipakai. Saya pun langsung menyukainya setelah melihat di cermin. Penginapan kuil bisa ditemukan di seluruh Korea Selatan. Beberapa di antaranya berlokasi di pusat Kota Seoul...