Garuda Indonesia Colours Magazine May 2018 | Page 114

Travel | Labuan Bajo 1 Batu Cermin cave near Labuan Bajo is set within an impressive prominent rock formation. Through a hole in the cave, rays of light find their way onto the inside walls where they perform a spectacular show of reflected sunlight. 1 2 Wall climbing at Batu Cermin cave. Terlepas dari pulau-pulaunya, bagian daratan Labuan Bajo pun pelan-pelan memunculkan tempat-tempat baru yang merayu untuk disinggahi. Taman Nasional Komodo enggan menghabiskan waktu di daratan, resor-resor ini jadi pilihan mumpuni, terlebih bagi pasangan bulan madu atau para penyelam. Saya menjelajahi pulau-pulau yang memiliki resor tersebut. Nama-nama pulau sohor seperti Gili Lawa, Padar, Komodo dan Rinca, saya sisihkan. Anggap saja ini island hopping tanpa harus tidur di kapal. Lagipula saya suka mendaki bukit dan berlama-lama di atasnya demi menikmati terbit serta terbenamnya matahari. Di Pulau Kanawa, mendaki bukitnya sangat mudah, begitu pun ber-snorkelling pada hamparan koralnya yang panjang. Pertemuan dengan penyu lazim terjadi. Sekitar tiga puluh menit dengan speed boat ke arah barat Pulau Kanawa, terdapat Pulau Sebayur, yang juga memiliki resor istimewa serta taburan terumbu yang tak kalah subur. Saya tidak bisa melupakan jus asam jawa-nya yang belum pernah saya dapatkan di resor atau hotel mana pun. Pada malam hari, kawanan bayi hiu berseliweran di bibir pantai dekat dermaga resor. Di sisi utara pulau, topografinya lebih terjal, tapi di sana pun terdapat penginapan, semacam persembunyian bagi penyuka kesunyian. Saya mencoba bermalam di XP Pirates Camp dan tak mengeluh meski dua kali mendaki bukitnya yang tinggi demi vista yang permai. Mikel, manajer operasional tempat ini menyarankan saya berenang di ujung karang, di mana saya menemukan pari minyak berbintil biru. Sebetulnya pulau dengan resor yang paling dekat Labuan Bajo adalah Pulau Bidadari. Sayangnya saya kesulitan untuk menghubungi stafnya. Sebagai gantinya, sa ya lantas berlayar ke utara. Bila ingin sedikit menyingkir, Pulau Seraya Kecil siap menyambut. Keberadaan akomodasi di pulau ini sebetulnya sudah lebih dari satu dekade, namun namanya baru akrab didengar setelah terjadi perombakan resor. Usai mendaki bukitnya, saya berendam santai di kolam sembari menunggu senja. Jika dihitung-hitung, mungkin ada lebih dari 50 pulau yang berserakan di Labuan Bajo, termasuk juga pulau-pulau dalam kawasan lindung Taman Nasional Komodo, rumah bagi komodo yang terkenal di dunia. Setelah satu abad berlalu usai Lieutenant Jacques 2 Karel Henri van Steyn van Hensbroek pertama kali memotret komodo pada 1910, lantas Pieter Ouwens memublikasikannya dengan nama Varanus komodoensis, pulau-pulau ini belum semuanya dijejaki. Boleh jadi karena terlindung oleh arus laut yang deras atau karena daya tariknya belum tersiar. Belum lagi pulau-pulau pasir yang hilang timbul. Pernah suatu kali Mat membawa saya ke Pulau Sembilan yang kolamnya dipenuhi ubur-ubur ekor biru tak berpenyengat. Selang beberapa bulan kemudian, pulau ini dinyatakan lenyap. Saya penasaran dan ingin bermalam di pulau-pulau sempit yang dihuni penduduk. Mat menunjuk Pulau Kukusan, Pulau Papagaran, Pulau Pungu Kecil dan Pulau Mesa. Bahkan di Pulau Mesa, katanya, rumah-rumah amat padat seolah mengapung di atas laut. Terlepas dari pulau-pulaunya, bagian daratan Labuan Bajo pun pelan-pelan memunculkan tempat-tempat baru yang merayu untuk disinggahi. Gua Rangko, contohnya. Meskipun akses ke tempat ini belum sempurna, banyak pengunjung tetap nekat untuk melajukan 112