Garuda Indonesia Colours Magazine March 2014 | Page 92
90
Explore | Art & Design
ART & DESIGN
Symbols & Signs
Words by Juliana
Agus Suwage
A prolific contemporary
artist, Agus Suwage is known
for his bold and provocative
paintings, sculptures and
installations, which often
incorporate popular culture
symbols and iconography.
His works have been shown in over 150
museum and gallery exhibitions around
the world. He has also exhibited at a
number of international biennales.
Super Flower.
Untitled.
Social Mirror.
Wall of Tolerance.
Agus Suwage merupakan seorang
seniman kontemporer yang cukup produktif.
Karya-karyanya dikenal berani dan
provokatif. Lukisan, patung dan instalasi
yang dibuatnya sering melibatkan simbolsimbol yang akrab di masyarakat. Hasil
karyanya sendiri telah dipamerkan di lebih
dari 150 museum dan galeri di seluruh
dunia. Agus juga aktif berpartisipasi
dalam sejumlah pameran biennale
berskala internasional.
The skull is a recurring symbol in Agus’s
oeuvre, reflecting the artist’s exploration of
life and death. “Some of my past works circle
the theme of death, perhaps partly because
I’m getting older,” he muses. “For me, birth,
life and death are naturally inseparable, even
though death is certain while life is not.”
Tengkorak merupakan simbol yang
sering muncul dalam karya-karya Agus,
menunjukkan ketertarikannya pada tema
kehidupan dan kematian. “Beberapa karya
terakhir saya memang bertemakan kematian,
mungkin juga karena bertambahnya umur.
Bagi saya, kelahiran, kehidupan dan
kematian itu adalah suatu hal yang
alamiah; walaupun kematian itu pasti,
dan kehidupan itu tidak.”
In Tembok Toleransi (Wall of Tolerance, 2012)
and Cermin Sosial (Social Mirror, 2012), Agus
contemplates the precarious multicultural
paradigm in Indonesia. Tembok Toleransi
comprises a wall made of zinc panels
mounted with gold-plated brass ears from
which the azan call to prayer can be heard,
while Cermin Sosial, a car audio system
hidden in a trumpet, plays a melodious
rendition of azan.
Dalam karyanya ‘Tembok Toleransi’ dan
‘Cermin Sosial’, Agus berusaha mengkritik
paradigma sosial di Indonesia. Pada Tembok
Toleransi, misalnya, Agus membuat replika
telinga yang ditempel di dinding berbahan
seng. Dari telinga tersebut terdengar suara
azan. Sementara pada karyanya Cermin
Sosial, lantunan suara azan terdengar dari
model terompet yang dilengkapi dengan
sistem audio di dalamnya.