Garuda Indonesia Colours Magazine March 2014 | Page 147
Travel | Seram
Saya bisa saja menghabiskan waktu
dengan duduk santai menikmati
pemandangan selama tinggal di sini,
namun ada banyak kegiatan yang harus
dilakukan. Kami memulainya dari Pulau
Tujuh (jumlah sebenarnya adalah enam,
tapi tak seorangpun memperbarui
namanya padahal satu pulaunya telah
tenggelam sekitar satu abad lalu). Letaknya
jauh di tengah Laut Seram, sekitar satu
jam perjalanan (padahal Pantai Ora
sudah cukup terpencil). Pulau-pulau yang
dipenuhi oleh pasir putih yang lembut
dan lambaian nyiur di tepi laut nan biru
ini tidak berpenghuni. Inilah model pulau
terpencil paling sempurna yang mungkin
ingin Anda ciptakan. Dan yang paling
menyenangkan, pulau ini terasa seperti
milik kami sendiri.
Kami menghabiskan waktu ber-snorkeling
di lautan yang sempurna ini, sedikit jauh
dari pulau-pulau tersebut. Lokasi
penyelaman ini cukup terkenal dengan
pemandangan bawah lautnya yang sangat
menakjubkan, bahkan dapat terlihat jelas
hanya dengan mengapung di atas air. Ada
banyak mahluk laut menakjubkan yang
hilir mudik di antara hamparan karang
berwarna-warni, dari ikan kupu-kupu
yang berbibir tebal nan seksi hingga
angelfish dengan garis-garis di
badannya yang berwarna cerah.
© hongchanstudio / Shutterstock
bisa diakses lewat sebuah jalan kayu.
Berbar ing di kursi malas balkon ini rasanya
seperti tengah melayang di atas alam
perawan dan bentangan air yang indah tak
terbayangkan. Airnya sejernih kristal dan
di manapun Anda berdiri, Anda akan dapat
melihat berbagai jenis koral dan warnawarni ikan tropis yang hilir mudik di
bawah kaki Anda. Walaupun sederhana,
kamarnya sangatlah nyaman dan para
pegawainya pun ramah-ramah.
145
Dari Ora, kami juga menyempatkan
diri mengunjungi desa terapung terdekat –
sebuah desa nelayan yang dibangun
di atas air. Dan saat senja menjemput,
kami kembali ke Saleman untuk melihat
pemandangan aneh tapi menarik di mana
ribuan burung Lusiala menghambur keluar
dari sebuah lubang di pegunungan. Konon,
mereka membawa jiwa-jiwa nenek moyang
manusia dan tak ada seorang pun yang
tahu apa yang dilakukan burung mirip
kelelawar itu di malam hari.
Di hari terakhir, kami mencoba
mengunjungi suku pedalaman yang
tinggal jauh di dalam hutan. Didorong
oleh kesuksesan petualangan sebelumnya,
kami memutuskan untuk menggunakan
kapal melewati jalur sungai yang sebelumnya
tidak pernah dilewati. Kapal yang kami naiki
mengarungi perairan terbuka dan masuk ke
mulut sungai. Rimbunan pohon bakau yang
lebat dan pucuk daun-daun nyiur menghias
kedua sisi sungai. Kami melihat beberapa
burung tropis – Seram adalah rumah burungburung liar yang mengagumkan, termasuk
burung beo, kakaktua dan juga lusinan
spesies unik lainnya – dan juga beberapa
penduduk lokal yang berkumpul di pinggiran
sungai, memotong pohon Sagu dan
memproses buburnya melalui sebuah alat
yang rumit terbuat dari bambu dan daun
palem untuk membuat sagu, makanan
pokok mereka.
Setelah dua jam menyusuri sungai ke
arah hulu, kami sadar sudah terlalu jauh
melangkah. Ini bukanlah jalur penjelajahan
untuk wisatawan – yang kami lalui adalah
alam liar di tengah hutan belantara. Airnya
semakin berlumpur, serangga-serangganya
semakin besar dan beragam, dan kami
semakin sering tersangkut di akar bakau
di sungai yang semakin mengecil dengan
arus yang semakin kencang. Mau tak mau
kami harus kembali, namun kami lega
karena telah berhasil menjelajahi tempattempat terpencil. Pulau ini adalah
surganya para petualang.
5 Senses – Taste
ORGANIC
FOOD
As well as being one of
the most pleasant, simple and
affordable eco-resorts you can
find, the Ora Beach Resort
offers plenty of tasty local food,
including delicious chicken dishes
in the local sweet-and-sour sauce
and, of course, plenty of produce
fresh from the sea, such as
barbecued red snapper.
Tak hanya menawarkan
suasana menyenangkan,
sederhana dan harga yang
terjangkau, resor ramah
lingkungan Ora Beach Resort
juga menyediakan makanan
lokal yang nikmat, termasuk
ayam asam manis, dan tentunya
banyak hidangan laut seperti
ikan kakap merah bakar.
Production of Sagu on the
riverbank upstream.
JAKARTA TO AMBON
Flight time
3 hrs, 45 mins
Frequency
7 flights a week
• Ambon