Garuda Indonesia Colours Magazine March 2014 | Page 145

Travel | Seram kehidupan alam liar di tengah hutan – seekor kupu-kupu raksasa berwarna biru terang melintas di tengah-tengah suara derikan keras jangkrik yang bersembunyi di rimbunan pohon di sekitarnya. Setelah berangkat dari Pulau Ambon terdekat, kapal feri yang kami naiki tiba di Masohi, Ibu Kota Seram yang sepi untuk kemudian menuju bagian utara pulau ini. Saat tiba di pesisir utara, pengemudi kami tiba-tiba berhenti mendadak di pinggiran bukit terjal yang memperlihatkan pemandangan di seberang teluk. Saya terkaget-kaget namun entah kenapa pada akhirnya tertawa terbahak-bahak saat melihat keindahan alam yang luar biasa ini. Teluk Sawai adalah sebuah teluk besar dengan perairan yang tenang dikelilingi oleh pegunungan-pegunungan raksasa di sepanjang pesisir; rasanya mustahil untuk mengira-ngira ukuran gunung tersebut sebenarnya. Dari atas sini, pondok-pondok yang nantinya akan kami tinggali terlihat sangat mungil, pantainya nampak seperti benang putih keemasan berbatasan dengan karang-karang yang dihempas air biru jernih. Kami turun ke sebuah desa bernama Saleman. Anak-anak tersenyum lebar dan menyapa hangat saat kami tiba di pelabuhan. Kami melempar barang bawaan kami ke sebuah perahu kecil dan sempit yang akan membawa kami menyebrang teluk selama lima menit menuju resor. Sejenak, saya merenungkan bagaimana kami bisa sampai ke tempat ini – terbang dari Jawa ke Ambon, naik taksi selama satu jam ke pelabuhan, naik kapal feri ke Masohi dan berkendara selama 90 menit melewati Seram. Saat kapal merapat, ada keyakinan terbesit kalau semua ini layak dilalui. Inilah pantai di tengah surga yang paling terpencil – tak ada TV, internet dan jauh dari peradaban – satu-satunya hal yang harus dikhawatirkan adalah keinginan untuk menetap selamanya. Hanya ada tujuh pondok di Ora Beach Resort yang berdiri di atas air yang hanya Bagi masyarakatnya, Seram selalu menjadi Nusa Ina – Pulau Kelahiran – yang diyakini sebagai tempat asal mula nenek moyang masyarakat Maluku. 143