Garuda Indonesia Colours Magazine March 2014 | Page 133

Travel | Solo 131 Sebagai pusat kebudayaan Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa, Solo adalah kota modern yang menawarkan jendela untuk melihat masa lampau negeri ini. Eric Randolph menjelajahinya untuk Anda, sebuah destinasi yang mampu memuaskan pecinta belanja dan penikmat sejarah. Tak butuh waktu lama untuk mengetahui bila bakat seni yang saya miliki tidaklah besar. Saat ini saya sedang mengikuti workshop sederhana, duduk di bangku kecil di belakang Gunawan Setiawan, salah satu produsen dan penjual pakaian batik terkenal di Indonesia. Kanvas dan canting telah berada di tangan saya, namun batik yang saya buat mungkin hanya akan membuat malu sepupu saya yang berumur dua tahun. Baru-baru ini UNESCO menetapkan batik Indonesia sebagai ‘warisan budaya dunia’. Saya yakin UNESCO tidak melihat batik buatan saya saat memutuskan keputusan penting tersebut. Mengikuti kursus batik di Gunawan Setiawan adalah kegiatan yang tepat untuk menghabiskan waktu satu jam di kota ini. Kegiatan ini dapat memberikan wawasan lebih jauh tentang kemahiran para pembuat batik yang duduk di sekeliling saya – mereka telah mengasah keahliannya selama bertahun-tahun. Batik adalah teknik mewarnai dengan lilin yang cukup kompleks. Di Jawa, seni kuno ini diketahui sudah ada bahkan lebih dulu daripada tulisan, diperkirakan masuk bersamaan dengan para pedagang India dan Sri Langka yang datang pada abad keenam atau ketujuh. Walaupun ada banyak negara yang juga memiliki kesenian batik, namun entah kenapa Jawa menjadi rumah spiritualnya. Saya memperhatikan para pembuat batik menggores-goreskan cantingnya – sebuah pena kayu dengan wadah bundar penuh lilin di ujungnya – mendesai n sebuah gambar yang indah pada setumpuk kain dengan sangat cekatan. Lilinnya mencegah warna masuk ke pori-pori kain saat kain tersebut dicelupkan ke ember berisi pewarna kain di belakang bangunan ini. Saat kain dicuci untuk meluruhkan lilinnya, pola baru pun terbentuk diantara celah-celah yang tadinya diisi oleh lilin batik. Prosesnya sangat rumit, namun hasil akhirnya sangat indah dan bervariasi. Ada sebuah tradisi panjang tersimpan di balik pembuatan batik Solo. Museum Danar Hadi milik sebuah keluarga pedagang yang ternama di kota ini memamerkan berbagai macam jenis batik – dari yang diciptakan istri para pejabat Belanda hingga desain mewah milik para sultan dan ratu, dan desain tertentu yang digunakan untuk perayaan besar seperti pernikahan atau hari kelahiran. Walaupun Solo – atau lebih dikenal secara formal dengan sebutan Surakarta – memiliki Traditional puppets for sale in the flea market. Becak, or pedicab, a popular form of transport in Solo. banyak tradisi kuno, namun kota ini sebenarnya cukup ‘muda’. Solo diciptakan pada tahun 1745 setelah Ibu Kota Kerajaan Mataram diambil alih oleh kolonial Belanda. Tak ingin berbuat kesalahan untuk memancing kemarahan Belanda, para bangsawan Solo akhirnya membuat kesepakatan dengan Belanda dan mendirikan sebuah dinasti besar di tempat baru ini. Bangsawan Solo tidak lagi berkuasa setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tahun 1945, namun keberadaan mereka tetap menjadi sebuah tradisi lokal yang masih terpelihara hingga sekarang. Saya menuju salah satu dari dua istana yang ada di Solo – yang dikenal sebagai keraton – untuk mempelajari sejarahnya yang menarik dan cerita para bangsawan, sembari berteduh dari terik matahari di bawah pepohonan yang memenuhi halaman istana dan juga bangunan-bangunan megahnya. Saat ini kekuasaan sultan hanya sebatas pada memimpin tradisi keagamaan yang dianut masyarakat sekitar. Sultan dianggap memiliki hubungan erat dengan penguasa laut selatan – istana ini memiliki menara yang digunakan sultan untuk berkomunikasi dengannya, begitu juga pasir yang diangkut dari pantai selatan untuk melambangkan hubungan mereka. Sultan juga dianggap sebagai sumber keberuntungan dan perintahnya masih dihormati, terbukti masyarakatnya masih mengikuti kereta yang dinaiki sang sultan saat upacara tradisional. Aura magis yang tersebar di seluruh kerajaan ini adalah bukti dari keberagaman budaya keagamaan di Solo. Wilayah ini telah bertahan dari berbagai konflik antar umat beragama dan sekarang menjadi simbol keberagaman umat beragama: mayoritas penduduknya beragama