Garuda Indonesia Colours Magazine June 2018 | Page 42

Explore | What’s On INDONESIA CULTURE FESTIVAL Lake Sentani Festival 2018, Jayapura, June 19–23 Yadnya Kasada Ceremony Mt Bromo, June 29–30 A major event in Papua, the annual Lake Sentani Festival in Kalkote, East Sentani, Jayapura Regency, celebrates the diverse local culture in a magnificent setting. The most anticipated event of the festival is Isolo, a colossal traditional dance performed aboard decorated boats circling the lake and accompanied by the resounding sound of tifa drums. www.indonesia-tourism.com Perhelatan besar “Lake Sentani Festival” di Kalkote, Sentani Timur, Kabupaten Jayapura ini diselenggarakan setiap tahun untuk mengangkat keragaman budaya lokal berlatar keindahan alam. Puncak perhelatan adalah tarian Isolo, tarian tradisional yang dilakukan di atas perahu hias yang berjalan mengitari danau diiringi tabuhan tifa. CULTURE Yadnya Kasada is an age-old ritual of the Tenggerese people in Probolinggo, East Java. Held on the 14 th day of the Kasada month in the traditional Hindu lunar calendar, the Tenggerese head to Mt Bromo to present offerings of rice, fruit, vegetables and livestock to the mountain gods. www.indonesia.travel Upacara adat “Yadnya Kasada” adalah tradisi tua suku Tengger di kawasan Probolinggo, Jawa Timur. Menginjak hari ke-14 bulan Kasada, sesuai penanggalan tradisional Hindu, suku Tengger menuju Gunung Bromo untuk memberikan sesajen berupa hasil bumi dan ternak kepada Sang Hyang Widhi. FESTIVAL Asmat Cultural Festival, June 19–23 Bakdan Neng Solo, June 18–20 Every year, the provincial government of Solo presents a performance of the ancient epic dance, the Ramayana. Taking place at the 18 th -century Dutch fort Benteng Vastenburg, a Solo landmark, the three-day performance of traditional opera involves 75 dancers and 30 musicians. It’s free and open to the public. www.eventsolo.com Setiap tahun, pemerintah daerah Kota Solo menyelenggarakan pertunjukan sendratari “Ramayana”. Bertempat di Benteng Vastenburg, benteng peninggalan kolonial Belanda pada abad ke-18 sekaligus ikon Kota Solo, pertunjukan selama tiga hari tersebut melibatkan 75 penari dan 30 pengrawit. Sendratari ini terbuka untuk umum tanpa dipungut bayaran. Papua’s renowned Asmat people showcase their cultural wealth at their eponymous annual festival. A highlight is the signature woodcarving, as seen on superbly designed shields, canoes and sculptures. Much of the design is symbolic of warfare, headhunting and warrior-ancestor veneration. www.indonesia.travel Suku Asmat yang terkenal di Papua menunjukkan kekayaan budaya yang dimilikinya lewat festival tahunan, yang menyoroti seni ukir karya suku ini. Ukiran tersebut biasa ditemukan pada perisai, kano dan patung. Sebagian besar motif ukiran menggambarkan peperangan, perburuan dan penghormatan pada para pejuang. 40